Masih ingat dengan Takeru Kobayashi ? Jawara 6 kali lomba makan hotdog internasional yang sudah saya posting di postingan artikel sebelumnya ? Rekor dunia sebelum dia berpartisipasi dalam lomba itu adalah 25 hotdog dalam waktu 12 menit. Saat Kobayashi pertama kali ikut lomba, dia berhasil melipat-gandakan rekor dunia menjadi 50 hotdog.
Levitt & Dubner, penulis buku "Think Like a Freak" (2016), pernah melakukan wawancara langsung dengan Kobayashi. Menurut mereka, pelajaran lain yang bisa diambil dari keberhasilan Kobayashi berkaitan dengan batas kemampuan seseorang.
Siapa yang bisa mengetahui batas-batas seseorang ? Tentu saja harusnya dirinya sendiri. Namun seringkali penetapan batas kemampuan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Nah, Kobayashi berhasil meng-counter faktor luar tersebut.
Kobayashi menolak untuk mengakui bahwa manusia 'hanya' bisa memakan 25 hotdog dalam waktu 12 menit. Alasannya sederhana; karena sejak pertama kali lomba internasional ini diadakan, para pesertanya hanya belum tahu saja cara memakan hotdog yang lebih mudah. Kalau sudah tahu, pasti sejak lama rekor 25 hotdog itu terpecahkan.
Kobayashi memandang rekor dunia tersebut adalah penghalang buatan. Jadi dia berlatih dan kemudian mengikuti lomba tanpa berpikir bahwa batas atasnya adalah 25 hotdog. Saat lomba berlangsung, dia tidak memperhatikan jumlah hotdog yang dia makan. Pikirannya hanya terfokus pada cara dia memakan hotdog. Bila di dalam kepalanya tertanam 25 hotdog adalah batas atas, bisakah Kobayashi menang ? Bisa saja sih, namun sepertinya bakal sulit untuk sampai melipat-gandakan rekor dunia.
Pernahkah memainkan game konsol mobil balap yang di dalam sesi latihannya ada feature 'ghost'-nya ? Jadi saat kita memilih 'practice mode', pertama kali kita akan balapan sendirian, dan komputer akan merekam semuanya. Saat practice kedua kali dan seterusnya, komputer akan turut menampilkan mobil 'ghost' kita dari hasil latihan terbaik kita yang sebelumnya. Feature ini memungkinkan kita untuk balapan langsung dengan 'bayangan pencapaian terbaik' kita sendiri.
Penggunaan 'ghost' di atas juga pernah dijadikan eksperimen pada atlit-atlit balap sepeda. Awalnya si atlit melakukan balapan pada sepeda 'stationer' (sebuah alat treadmill sepeda indoor, plus ada monitornya). Peneliti meminta mereka bersepeda dengan alat itu, ngebut maksimal sebisa mereka, dengan jarak 4.000 meter. Kemudian di lain waktu, mereka diminta mengulanginya. Namun dengan 'ghost' latihan pertama mereka ditampilkan di layar monitor. Jadi mereka 'balapan' dengan performa maksimal mereka sendiri di latihan sebelumnya.
Tanpa mereka ketahui, peneliti telah menambah kecepatan si 'ghost'. Dan ternyata para atlit mampu menyamai 'ghost' mereka. Tanpa sadar, mereka menjadi berhasil melampaui pikiran tentang batas kecepatan maksimal mereka sendiri.
Ahli saraf Roger Bannister menyatakan:
"Bukan jantung atau paru-paru yang merupakan organ terpenting, tapi otak."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H