Mohon tunggu...
Ogie Urvil
Ogie Urvil Mohon Tunggu... Wiraswasta - CreativePreneur, Lecturer

Orang biasa yang banyak keponya

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tunda Menunda

20 September 2023   10:00 Diperbarui: 20 September 2023   10:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pengalaman mengajar sejauh ini, memang nggak sedikit mahasiswa yang sering menunda-nunda mengerjakan tugas. Teruuuusss menunda sampai saat-saat terakhir, dan tentu saja hasilnya pasti nggak maksimal, atau malah lewat dari deadline. Dalam istilah ilmu psikologi, pola kerja menunda seperti ini disebut procrastination. Dan para pelakunya bisa disebut dengan procrastinator.

Ada yang mengatakan kalau procrastinator ini adalah mereka yang lemah dalam pengelolaan waktu, atau ada juga yang menganggap mereka itu pemalas. Namun profesor psikologi Joseph Ferrari, Ph.D dari DePaul University -- Chicago, yang melakukan sejumlah penelitian terhadap hal ini punya kesimpulan yang lain.

Ia menyatakan bahwa procrastination ini disebabkan oleh gangguan kejiwaan dan kepribadian. Prof. Ferrari menyimpulkan, bahwa penunda kronis biasanya meragukan kemampuan dirinya sendiri dan sangat khawatir akan penilaian orang lain. Jadi mereka berpikirnya: "Kalau saya nggak menyelesaikan kerjaan saya, orang lain nggak mungkin bisa menilai kemampuan saya."

Dan menunda kerjaan itu membuat mereka gampang menemukan dalih atau alasan, jika hasil kerja mereka nggak optimal. Jadi misalnya saya mengomentari tugas mahasiswa penunda: "Nggak banget nih desainnya.". Mereka bakal dengan gampang berdalih: "Iya nih mas, abis buru-buru sih ngerjainnya."

Padahal kan buru-buru itu karena merekanya yang menunda, meski sebenarnya tenggat waktu yang diberikan sudah cukup. Secara tidak sadar, para penunda telah menciptakan sendiri situasi yang akan bisa dia salahkan jika hasil kerjanya tidak maksimal. Dengan begitu, kalau ada sesuatu yang salah, mereka berharap orang lain akan menyalahkan situasinya, dan bukan kemampuan mereka.

Sekali-sekali menunda kerjaan sih wajar-wajar aja. Tapi kalau sudah jadi kebiasaan dan kebangetan, urusannya malah jadi panjang. Panjang dan 'meluas' malah. Karena ada penelitian juga yang menemukan bahwa sebagian besar para procrastinator merasa hidupnya tidak bahagia.

Penyebab utamanya, karena mereka seringkali mengalami kegagalan dalam banyak hal yang mereka kerjakan. Dan mereka justru merasa nggak punya banyak waktu untuk melakukan hal lain selain pekerjaannya. Plus, mereka juga sering merasa terus dikejar-kejar dan dihantui oleh pekerjaan mereka yang belum terselesaikan.

Nggak sedikit orang yang menganggap dirinya bukan penunda, dan menilai diri sebagai orang yang produktif. Ternyata eh ternyata.. produktif sih memang, namun untuk hal-hal yang nggak penting dan bukan prioritas. (^_^!).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun