Mohon tunggu...
Ogie Urvil
Ogie Urvil Mohon Tunggu... Wiraswasta - CreativePreneur, Lecturer

Orang biasa yang banyak keponya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengeluarkan Dulu, Masuknya Nanti

14 September 2017   16:26 Diperbarui: 14 September 2017   17:05 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang tidak menyadari, bahwa kesemuanya diawali dengan "mengeluarkan".. Saat bayi lahir, ia mengeluarkan udara di paru-parunya dan mulai bernafas.. Saat sedang ingin menguasai sesuatu, seseorang akan mengerahkan (baca: mengeluarkan) perhatian terbaiknya supaya bisa menyerap sesuatu tersebut.. Bahkan, untuk bisa melakukan sholat dengan  khusyu' pun pada dasarnya seseorang harus bisa "mengeluarkan" niat terbaiknya..

Sepertinya, memang nggak ada yang bisa dihasilkan dari sebuah "kekosongan".. Ruang kosong hanya menghasilkan kesunyian, dibandingkan sebuah ruang studio yang berisi banyak hal, jelas ruang berisi bisa lebih banyak menghasilkan sesuatu.. Filosofi peribahasa "Tong kosong nyaring bunyinya" pun sejatinya mensimbolkan "minus"nya manusia tanpa isi.. Jadi, supaya "berisi" mesti gimana ?? Apa hubungannya dengan "mengeluarkan" ??

Banyak juga dari kita tidak menyadari, bahwa aktivitas "mengeluarkan" selalu akan diikuti oleh aktivitas masuk.. Sejumlah buku menyebutkan ini merupakan hukum dari alam semesta.. Apabila seseorang mengeluarkan sesuatu, maka suatu saat akan ada sesuatu yang masuk, dan tidak menjadi kosong begitu saja.. Oleh sebab itu juga, banyak yang meyakini, jika "mengeluarkan" sedekah nggak akan bikin seseorang miskin..

Mengeluarkan bisa berwujud dalam aktivitas memberikan.. Jadi, mungkin dalam keadaan apapun kondisi seseorang, upayakan untuk tetap bisa memberi.. Pernah dengar di sebuah pengajian, sebenernya ada "mindset" yang kurang tepat soal sedekah.. Yang banyak orang pahami, orang miskin nggak mesti sedekah.. Padahal anjuran sedekah itu untuk semua orang, baik itu orang miskin ataupun orang mampu..

Bahkan si ustad di pengajian itu juga bilang: untuk orang miskin, kalo mau mengubah nasib, ya bisa lewat jalan sedekah.. Ada dasar ayatnya juga: QS. 65:7, "..Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan..

Menurut Makoto Shichida (2014) dalam bukunya "Whole Brain Power"; tindakan memberi tanpa pamrih adalah tindakan memberi yang paling tinggi nilainya.. Dan semakin banyak seseorang memberi, semakin banyak sebenarnya seseorang mengasah diri dalam berbagai hal..

Sedekah sebetulnya juga "mengasah diri" dalam menundukkan ego seseorang.. Kalau mau contoh yang lebih jelas lagi soal memberi sama dengan mengasah diri, lihatlah para blogger yang sudah sukses.. Apakah dulunya baca blog mereka harus bayar ??.. Tapi lihatlah gimana menjadi terasahnya skill bertutur dan menulis mereka akibat selalu memberi tulisan yang "bergizi", dan akhirnya menjadi sukses ??.. Mau contoh yang lebih oke ?? Silahkan baca kisah sukses Jack Ma dengan Ali Babanya..

Makoto Shichida juga menyatakan: "Memberi tanpa pamrih adalah perilaku terbaik di dunia, dan merupakan wujud dari rasa kasih seseorang yang kemudian bisa menimbulkan inspirasi.. Kasih dan inspirasi merupakan dua hal yang terpenting untuk perkembangan diri Anda.."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun