Mohon tunggu...
Lambok Manogi
Lambok Manogi Mohon Tunggu... -

#anak agribisnis , Fak. Pertanian Unsri (Universitas Sriwijaya) Pengalaman akan membuatmu mempunyai cerita dimasa depan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

`About Me, You And The World #3

6 Februari 2014   07:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:07 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

C.Terbaginya Memori Otakku

Kebaikan  seseorang  itu  jangan  langsung  kita  anggap sebagai  bentuk perhatian  khususnya  ke kita.

Mungkin  saja  itu  sebagai  bentuk  persahabatan.

Intinya  Jangan  GR

Aku mungkin kemarin tak mengingat si  abang ramah ini tapi itu kemarin bukan sekarang. Sekarang memori otakku mulai terbagi oleh dua abang senior ditempat ini. Bang rey. Ternyata dia telah mencuri perhatianku. Entah magnet apa yang dia punya sehingga secepat itu aku mengingatnya.

“hey, gez,.. udah donk stop ngingat si abang. Jangan terlalu ingat juga sama dia. Nanti dia bersin-bersin lho di kamarnya”. Aku mulai kembali berbicara pada diriku sendiri. Apa aku sudah gila ya bicara sendiri?

****

Malam buat hari berjalan sangat cepat. Matahari pagi tiba-tiba sudah muncul saja diufuk timur. Jam 6 pagi tepatnya, aku melihat sunrise yang begitu indah dari kaca nako kamarku. Segera kubuka pintu kamarku, berjalan keluar menghirup udara pagi yang segar. Aku mulai memejamkan mataku. Menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan.

“seger ya,.?”

Tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh suara itu. Spontan mataku terbuka , aku tau suara itu, suara si abang . Aku menoleh kebelakang , mencoba membuktikan diagnosaku sementara. “Benar itu si abang”. Aku terseyum padaku. Aku tahu seyumku sungguh tulus dari hati.

“cepat nian bangun paginya, dek,.? Mau sarapan gak ?” katanya padaku.

Aku gak bisa ngomong lagi. Bingung mau ngomong apa. Speechless. Akhirnya hanya ada satu hal yang harus dilakuin yaitu senyum. Only smile...

Si abang ramah pergi meninggalkanku dalam senyum. Dia beranjak menjauh dari pagar tempat kost_an ku. Membalas senyumku yang tulus tadi.

Tanpa kusadari ternyata temanku yang satu ini memperhatikan tingkah anehku. Momo.

“kenapa si, gez,..? senyum-senyum mulu liat abang itu ? kesemsem ya ?” kata momo padaku sambil meledekku.

“apaan si, mo,..gak akh.”, jawabku sedikit naif.

Momo masih saja terus menggodaku , menjadikan hal yang dilihatnya tadi sebagai bumerang buatku. Selalu saja.

“Mo,..jangan godain aku terus donk kayak gitu,.. malu-maluin tau gak si.”

“okeh-okeh, kawanku yang baik. Agak bakal lagi dech. Janji....”, kata momo sambil mencubit pipiku.

Momo memang teman yang baik. Gak salah dech aku milih dia sebagai teman.

****

Hari-hari yang kulewati disini semakin terasa indah.  Sebegitu indahnya sampai aku beragan aku hidup ditaman bunga yang indah, banyak kupu-kupu dan serangga penghisap madu dengan berbagai bentuk dan warna, ada juga burung-burung yang hinggap didahan bunga. Sungguh sangat indah. Aku terseyum sendiri membayangkan agan ku sendiri.

Sekarang mungkin aku tidak tahu apa artinya semua ini. Jika ini cinta, aku saja belum mengetahui apa defenisi dari cinta itu sendiri maka aku menjawab keras buat hatiku “ini bukan cinta. Jadi, kalau ini tidak cinta ? ini apa ? aku tahu. Ini pasti yang dinamakan sebuah persahabatan. Sama seperti kurcaci kecil atau ASAIIKI. Tapi satu hal yang kutahu, aku tak ingin ini berakhir. Ini terlalu manis untuk berakhir.

Aku terus tersenyum-senyum senudiri bagaikan orang gila. Ya, gila karena semua ini, yang aku sendiri pun tak tau apa namanya. Jika momo mengatakan ini cinta. Maka aku benar-benar menyangkalnya sangat hebat. Aku tetap naif seperti apa diriku yang sebelumnya. Tak mudah memang mengatakan ini cinta.  Sanagat sulit. Membayangkan saja rasanya aku tak ingin.

“hei,..ngapain kamu senyum-senyum, gez,.? Kayak gak ada kerjaan lain aja,.”, kata momo padaku memulai pembiaraan

“oh,. Gak,. Aku gk pa-pa, mo,. Hanya teringat seseorang aj, mo,,”, kataku

“aku tau,.. pasti si abang yang baik hati itu kan,.? Ayolah, gez,. Atau si abang itu tuch ?” menunjuk ke arah abang senior yang pertama kali diam dihatikku.

Aku hanya terseyum mengubris omongan momo. Rasanya tak mungkin aku menyangkal apa yang dikatakan oleh momo tapi tak semua. Hanya setengah kalimat dari yang diucapkan momo tadi.

“lah,..dia malah senyum-senyum lagi.. jawab aku donk, gez,..?” kata momo  sedikit memohon padaku

Okeh, mo,. Aku akan kasih tau kamu. Tapi nanti ya,.. setelah aku tau apa arti semua ini. Aku masih terus mencari jawaban yang tepat.” Jawabku

Momo sepertinya mengerti maksud dari perkataanku. Aku bisa melihat raut wajah momo yang berusaha mengerti sedikit ruang privasi ku. Aku memeluk momo erat menyakinkannya bahwa aku akan memberitahukan rahasiaku padanya. Yang perlu dilakukan momo hanya perlu sedikit bersabar. Aku memeluk momo agar semakin yakin padaku. Aku berkata pada hatiku.” Momo sabarlah sampai aku tau apa yang sebenarnya ku rasakan ini...”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun