Mohon tunggu...
Oga Purba
Oga Purba Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Setiap kuasa memberi makna pada kehidupan dan karena setiap kata punya kuasa, maka aku akan berkata-kata untuk memberi makna pada kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Money

HUT RI 66 dalam Antek Kompeni

17 Agustus 2011   11:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:42 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya masih kuliah, saya tidak pernah bermimpi untuk bekerja di perusahaan asing karena saya begitu cinta dengan negeri kaya ini, Negeri Indonesia. Tetapi entah bagaimana ( terlalu panjang untuk diceritakan) ternyata inilah tahun keempat saya bekerja di salah satu perusahaan asing di Pulau Papua. Awalnya saya merasa risih bekerja di perusahaan ini karena seolah-olah saya menjadi pengkhianat bangsa, ibarat zaman penjajahan Belanda maka saya tidak ada bedanya dengan antek-antek kompeni.

" Kamu sudah menjual Nasionalismemu kawan!!!" vonis seorang teman.

"Oh tidak, Saya hanya meminjamkannya." belaku walau dalam hati aku merasa perkataannya benar.

Hari ini tepatnya Indonesia telah merdeka 66 tahun dari penjajahan Belanda dan Jepang. Aku bertanya dalam hati apakah yang sudah saya lakukan dalam 66 tahun kemerdekaan ini? hahaha..saya tersadar bahwa umur saya masih dibawah 30 tahun. Jadi saya kembali memperbaiki pertanyaan saya menjadi apa yang telah  bangsa ini lakukan selama 66 tahun kemerdekaannya? Hakikat kemerdekaan tentunya bukan semata lepas dari penjajahan, tetapi memakmurkan rakyatnya dengan bebas menggunakan sumber daya alam dan dengan sumber daya manusia sendiri. Tetapi apakah ini yang terjadi dengan bangsa kita???

Perusahaan Asing berkuasa di Indonesia yang Merdeka.

Berkuasanya perusahaan asing di Indonesia tentulah menggambarkan beberapa hal mengenai bangsa ini. Saya tidak bisa memastikan gambaran apakah itu, tetapi ada beberapa kemungkinan. Pertama, ketidakmampuan bangsa dalam mengolah sumber daya alamnya. Perusahaan asing yang memiliki teknologi, modal dan keberanian sehingga sumber daya alam kita yang kaya bisa diolah tidak hanya dipandangi tetapi menjadi bagian dari rakyat. Kedua, keserakahan para pejabat yang mengakibatkan berpikir instan. Para pejabat negara yang berpikir instant tentunya berorientasi pada pendapatan jangka pendek dan berpusat pada kepentingan pribadi atau golongan. Mungkin dahulu bangsa kita belum mampu mengolah sumber daya alam kita tetapi dengan umur kemerdekaan yang sudah lebih dari setengah abad, harusnya kita sudah bisa mengolah sumber daya alam kita sendiri. Bukan tidak ada contoh perusahaan nasional yang mampu mengolah sumber daya alam kita, ada dan tidak sedikit. Tetapi jika sumber daya alam ini diolah oleh bangsa Asing maka para pejabat akan memperoleh keuntungan pribadi atau golongan yang lebih besar, karena pastilah perusahaan asing akan melakukan segala cara sehingga perusahaannya bisa beroperasi dan tetap bercokol di Indonesia, termasuk menyuap para pejabat sehingga contract yang dibuat selalu berpihak pada pihak Asing. Tetapi pejabat yang serakah tidak pernah peduli nasib bangsa, yang penting perut kenyang dan keluarga senang. Ketiga, Pemerintah yang tidak berani membela kepentingan rakyatnya. Kita tahu bahwa perusahaan asing bukanlah segala-galanya untuk memajukan bangsa tetapi kita tahu bahwa pendapatan negara dapat meningkat signifikan bila sumber daya alam kita diolah oleh bangsa sendiri. Jika pemerintah berani membela kepentingan rakyat harusnya perusahaan asing tidak akan banyak berdiri di negeri ini, atau paling tidak mereka hanyalah penanam modal minoritas saja sehingga kepemilikan perusahaan mayoritas adalah milik pemerintah. Tentunya pendapatan negara juga mayoritas untuk bangsa Indonesia.

Menjual Nasionalisme bila bekerja di Perusahaan Asing?

Berapa banyak kah perusahaan asing di negeri ini yang mampu membayar mahal karyawannya? jawabannya tidak banyak. Apakah kita mau bekerja pas-pasan bila ada kesempatan yang memberikan kita kehidupan yang lebih baik? jawabnya kita akan mengejar kesempatan yang lebih baik. Mungkin itulah alasan mengapa banyak orang memilih bekerja di perusahaan asing dibanding dengan perusahaan nasional. Pertanyaannya mengapa perusahaan asing mampu membayar lebih mahal dibanding perusahaan Nasional? saya tidak tahu jawaban pastinya tetapi beberapa kemungkinan bisa saja. Pertama, Perusahaan Nasional tidak mampu bersaing secara global. Perusahaan yang tidak mampu bersaing secara global tentunya tidak akan memperoleh keuntungan yang lebih kecil, dan pastilah tidak mampu membayar karyawannya secara bersaing setara dengan perusahaan global. kedua, Perusahaan Nasional sebagai sapi perah. Bayanglah seekor sapi perah, tidak ada susu yang tersisa kecuali daging dan tulang. Perusahaan yang menjadi sapi perah tidak akan bisa menggaji karyawannya secara bersaing karena secara maksimum pendapatannya diambil oleh pemerintah, sehingga hanya sedikit yang tersisa untuk menggaji karyawannya.

Jadi apakah bekerja di perusahaan asing itu menjual nasionalisme? saya pribadi mengatakan tidak. Level saya sebagai rakyat tentulah hanya berpikir bagaimana agar saya mampu memenuhi kebutuhan saya dan perbaikan kehidupan keluarga saya. Dan cara saya adalah bekerja di tempat yang memberi hidup lebih baik. Bukan lepas tangan, tetapi level pemerintah lah yang harusnya bertanggung jawab mengenai perusahaan asing ini. Jika saya menjadi pemerintah Indonesia maka saya sudah menjual nasionalisme saya bila saya mengizinkan perusahaan asing lebih diuntungkan dibanding bangsa Indonesia. Saya tidak bisa menyalahkan rakyat saya yang bekerja kepada asing, karena saya sendiri sebagai pemerintah tidak mampu memberinya hidup yang lebih baik. Dan secara hukum saya tidak berbeda dengan karyawan diperusahaan nasional. Saya dan mereka sama-sama melaksanakan kewajiban yaitu membayar pajak untuk pembangunan bangsa ini.  Jadi bekerja di perusahaan asing bukanlah menjual nasionalisme. Sama seperti jika Anda bekerja di salah satu perusahaan anak bangsa yang tidak membayar pajak atau membayar pajak secara akal-akalan maka anda tidak menjual nasionalisme Anda, tetapi pemilik perusahaan Anda yang tidak nasionalis namun bila anda tidak mengingatkan beliau maka Anda menjadi seoarang yang tidak nasionalis.

Saya termasuk penggemar kartun Upin dan Ipin yang nota bene adalah karya anak Malaysia, negara yang kita benci tetapi kita cinta. Kita benci karena mereka terkadang semena-mena dengan kita, kita benci karena terkadang mereka menindas para TKI, tetapi kita cinta karena kita menikmati hasil karya mereka, kita membeli mobil proton, kita menabung di CIMB Niaga dan bahkan kita berlibur ke negeri jiran. maafkan saya jika saya salah mengartikan apa yang telah kita lakukan kepada malaysia adalah pertunjukan benci tapi cinta. apakah kita bangsa yang munafik??

Makna HUT RI 66

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun