Mohon tunggu...
Sofwan Hidayat
Sofwan Hidayat Mohon Tunggu... -

Nulisnya dikit, Bengongnya Banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Aksi HMI Lewat Platform Modern NDP

10 Mei 2016   21:54 Diperbarui: 10 Mei 2016   22:01 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah Satu Aksi Demo HMI di Bangkalan. (sumber: forumkeadilandotcom)

HMI. Himpunan Mahasiswa Islam, begitulah kependekan HMI ketika dijabarkan, Sekumpulan mahasiswa yang memiliki setampuk intelektualitas mumpuni untuk berkata, bersikap dan bertindak. Aksi HMI di gedung KPK (9/5/16) nampaknya lebih dekat kepada sikap manusia awam, layaknya kericuhan antara supir taksi dengan pengendara ojek yang tempo hari menjadi viral di jagad maya, jauh dari sikap intelek yang memadai. Disini, kemudian publik menilai. 

Pernyataan seorang petinggi KPK yang menyinggung institusi HMI nampaknya menjadi pemicu aksi beberapa kader HMI di gedung KPK, thus aksi ini mengakibatkan beberapa kerusakan di pelataran gedung KPK. Inilah yang kemudian membuat HMI jadi sorotan publik, ketika masyarakat begitu banyak berharap pada institusi KPK untuk menunaikan tupoksi dengan sebenar-benarnya, harapan masyarakat akan bebasnya praktek korupsi di Indonesia, HMI malah melakukan kesan yang tidak relevan dalam koridor harapan masyarakat ini. Muncul kesan HMI melakukan reaksi yang kebablasan, terkesan melabrak institusi KPK secara keseluruhan (bukan pada individu yang memberikan pernyataan menyinggung). 

Ketum PB HMI yang alih alih meminta maaf atas aksi HMI di gedung KPK, malah meminta masyarakat memahami aksi ini seperti diberitakan tribunnews (10/5/16). Terkesan Arogan, disatu sisi HMI menuntut pihak yang memberi pernyataan menyinggung HMI meminta maaf, disisi lain HMI enggan melakukan hal serupa. Lagi-lagi sikap ini memberikan kesan awam. 

HMI adalah organisasi dengan Platform modern yang pernah saya kenal. Adalah NDP yang menjadi tanda betapa modernnya sebuah organisai yang bernama HMI. Saya yakin anda pun ketika membaca NDP akan terpukau dengan bahasa filsafat cerdas yang mendalam. NDP, atau kependekan dari Nilai-Nilai Dasar Perjuangan yang menjadi dasar seluruh kader HMI berkata, bersikap dan bertindak.

Kecuali dasar kepercayaan. Nafas kajian filosofis NDP walaupun didalamnya banyak memuat kajian ayat Al-quran tapi justru membuat ayat Al-quran begitu membumi dan universal. Tidak menjadi sangat sektarian meskipun dalam HMI terdapat embel-embel islam, NDP berisi nilai-nilai yang plural se-plural Indonesia itu sendiri. Bahkan kajian filosofis jihad tidak dalam koridor yang penuh kekerasan tapi dalam nafas yang penuh hikmah. Tak ada cita-cita bahwa Indonesia kelak menjadi sebuah negara kekhalifahan islam di dalamnya. Adalah Nurcholish Madjid (yang akrab disapa Cak Nur) yang menjadi penggagas NDP, salah satu guru bangsa yang siapapun mengakui kadar intelektualitasnya. Cak Nur menolak bahwa NDP adalah produk intelektualnya melainkan sebuah produk organisatoris yg ditetapkan dalam Kongres HMI. Sebuah musyawarah tertinggi di HMI.

Bahkan NDP lebih mirip sebuah mahzab dari hanya sekadar sebuah nilai-nilai itu sendiri, nilai-nilai yang agung tentang dasar manusia dan kemanusiaan. Secara terang dan jelas dinyatakan bahkan kelahiran NDP terinspirasi soliditas PKI dalam masa jayanya tahun 1960-an. Bahwa untuk membentuk sebuah organisasi yang berdaya guna perlu adanya sebuah nilai pengikat yang secara seragam dan bulat diterima sekaligus juga dilaksanakan oleh seluruh elemen organisasi. Nilai itu kemudian haruslah mengkristal kedalam kata, sikap dan tindak, menjadi dasar perjuangan bersama kader HMI. Lahirlah apa yang disebut NDP. Tak heran jika prosesnya kemudian bahwa HMI banyak melahirkan tokoh intelektual untuk bangsa ini.

Jelas bahwa aksi di gedung KPK merupakan bentuk tindak yang sangat kontradiktif dengan nilai NDP. Berikut kutipan NDP yang terdapat pada batang tubuh poin B, tentang pengertian-pengertian dasar tentang kemanusiaan pada paragraf ke-4 dan paragraf ke-5:

"Hidup yang penuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya.Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan - baik yang mengenai alam maupun masyarakat - yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya (29:6). 

Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran (4:125). Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan (39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas,berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya (6:125). Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar,penahan amarah dan pemaaf (3:134). Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik."

Kader HMI diharapkan menjadi pribadi yang toleran dalam arti yang sesungguhnya penahan amarah dan pemaaf, sikap tersebut harus merupakan keutamaan karena merupakan bentuk kekayaan pribadi yang akan senantiasa tumbuh kearah yang lebih baik. Pertanyaannya, lalu siapakah yang senin kemarin melakukan aksi di depan gedung KPK? Apakah benar kader HMI? Bukankah pribadi yang melontarkan pernyataan dengan nada menyinggung telah meminta maaf atas kealpaannya menyematkan kata oknum didalamnya? Tidakkah bisa itu dianggap kritik? Seribu tanya adalah langkah bijaksana yang harus diambil sebelum berkata, bersikap dan bertindak kemudian.

Duduk bersama dalam perbedaan pandang dengan kepala dingin yang penuh dengan dialektika intelektual seraya penuh hikmah adalah langkah yang mulia untuk dikedepankan. Membiarkan hawa angkara murka meraja dalam kata, sikap dan tindak dalam menyikapi persoalan hanyalah akan membawa kedalam lembah kenistaan. Saya hanya bekas anggota HMI biasa yang lulus LK 1 bukan hendak menggurui ataupun merasa paling benar atas persoalan ini, atau bahkan merasa pintar seperti yang dikatakan petinggi KPK itu ketika berhasil lulus LK 1, hanya berharap agar kemuliaan NDP HMI senantiasa menjadi pedoman dalam gerak langkah kader HMI kedepan seperti cita-cita mulia awal didirikannya organisasi ini. Amin.

Note:

*Angka angka dalam NDP adalah index (Surat ke : Ayat ke) dalam Al-Quran

*Sila baca NDP disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun