Mohon tunggu...
Sofwan Hidayat
Sofwan Hidayat Mohon Tunggu... -

Nulisnya dikit, Bengongnya Banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[bukan HUT RTC] Orkes Rasa Death Metal

18 Maret 2016   21:15 Diperbarui: 18 Maret 2016   21:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/3/37/Death-Metal.jpg"][/caption]

Tadinya sih kepengen kaya temen-temen di [HUT RTC] yang pandai bermain diranah FF 200 kata, Eh gagal fokus, jadi FF versi 200x200 atau malah bukan sama sekali. Salam hangat buat kompasianer di semarak [HUT RTC] yang senantiasa berkiprah dan menginspirasi. Mudah-mudahan ini jadi artikel yang menghibur, emang stand up comedy? Ini cuma apresiasi lagu ala ala saja, ala saya, cekidot!

Dengung nada keyboard dan petikan gitar headless Sang Raja tegas mengalun, tidak keras bingar tapi tegas. Andai saja sentuhan gendang dihilangkan, diganti dengan gebukan drum Ian Paice, iramanya tak lain serupa ruh Deep Purple, Sounds Great! Kentara namun tidaklah sama. Ini Orkes Melayu yang mendendangkan nafas transenden, tak elok berdebum-debum nampak Sepultura. Aransemen haruslah mendendang, paling tidak layak untuk sedikit menggoyang kepala atau menggerakan jemari pertanda kesahihan nada orkes. Tandas dengan alunan seruling nan syahdu, lengkap sudah, Orkes Melayu.

Judul lagunya terkesan angker bahkan sangar bak Slipknot, The Carcass Body. Kedengaran seperti sebuah lagu metal bahkan sebelum saya mengubahnya kedalam bahasa Inggris, Sebujur Bangkai. Ya Sebujur Bangkai, tak kalah angker dan sangar dari lagu rock Edane macam Victim of the Strife atau judul album Reign in blood-nya Slayer yang trash metal bukan? Dari judulnya saja terasa layak untuk mengacungkan dua jari ala Ozzy Osbourne membentuk V dengan telunjuk dan kelingking. Hail Metal! Ups, tunggu dulu, ini Orkes Melayu tak perlu salam jari V apalagi sampai Headbanging.

Suara Sang Raja mengalun mendayu khas, bercengkok Melayu mengantarkan bait-bait sederhana sesaat setelah seruling mengiring. Baitnya tak semegah Kahlil Gibran apalagi selevel Shakespeare dalam merangkai kata bernafas transenden. Kawan, tak perlu menganggap orkes ini tak kekinian pun kampungan, jika iya pun. Saya ajak tanggalkan sejenak anggapan itu untuk menggali liriknya yang hakikat. Ayolah, Please. Sebujur Bangkai.

Liriknya sederhana. Mudah dicerna, lugas dan yang pasti sahih sangat. Tak perlu repot memahami arti katanya, seperti pada lagu System Of A Down di lagu Toxicity sebagai contoh, di bait pertamanya saja sudah begini:"Conversation, Software Version 7.0" Ah, Apa pula itu? Maksudnya apa ya? Liriknya njelimet, kayaknya cuma Serj Tankian saja yang paham, mungkin. Lupakan, lanjut saja ke lirik sebuah orkes dengan rasa death metal milik Sang Raja berikut.

"Badan pun tak berharga sesaat ditinggal nyawa, anak istri tercinta tak sudi lagi bersama" begitu bait pertama mengalun. Andaikan saja saya boleh membayangkan Celine Dion melantunkan lagu ini karena baitnya yang masih mengandung unsur love, mungkin Sang Diva akan menyanyikan begini:"The Body was Worthless as soon as lives left, beloved wife and child were hang back together with" mengalun lembut dibibir tipisnya. Pesan Sang Raja tegas dan jelas, siapa yang mau menemani tubuh yang telah mati seumur hayat? Mengerikan, tak sudi! No Doubt.

Saya memilih membayangkan Avril Lavigne yang melantunkan bait keduanya biar greget karena syairnya yang hardcore: "As soon as the body was buried, as soon as the body was buried, coz no longer needed even it previously worshipped, now, its useless carcass!" Sadis dan cadas! tapi dinyanyikan serupa nada i'm with you-nya yang mendayu, sekali lagi ini orkes, Orkes Melayu. Maha Suci Tuhan, sesungguhnya tubuh-tubuh kita yang indah yang mungkin jadi pujaan semasa hidup akan dikubur setelah mati, jadi santapan cacing dan sejenisnya. "Secepatnya jasad dipendam, secepatnya jasad dipendam, karena tak lagi dibutuhkan, kini bangkai tak berguna". Memang, apa gunanya? kecuali bagi seorang Necropilia, seram sudah.

tentu saja saya tak egois menggunakan otak kanan saya untuk berbagi pengalaman, memilih penyanyi yang patut melantunkan. Berbagi imajinasi bait-bait selanjutnya dilantunkan, silahkan melanjutkan. Boleh dengan gaya eastern keimbang western, ala Syahrini dengan maju mundur cantik? Boleh saja. Bait-bait death metal yang ditulis Sang Raja memiliki diksi yang tergolong unik dan tak lazim pada sebuah musik orkes. Diksi itu antara lain: "Bangkai, Kain Kafan, Santapan Cacing, Kuburan, Jasad Dipendam" Sebuah diksi yang mengantarkan makna kemuraman dengan kengerian yang dahsyat, death metal taste tapi dilantuntankan dengan cengkok vokal dan nada Orkes Melayu. Sungguh sebuah Orkes Melayu yang Cadas(liriknya)!

Mudah-mudahan saja pesan pada lirik "...Terkubur dalam perut bumi... Tetapi kali ini didalam kuburan gelap pekat mencekam tanpa seorang teman" menjadi pengingat bagi semua, mengingat mati. Andaikan saja tuan-tuan yang menjadi penguasa negeri ini sehari sekali menyanyikannya dan sesekali menyediakan kederhanaan ruang hati untuk meresapi dan memaknai, oh. Tapi "Kebanyakan manusia terlena sehingga lupa bahwa maut kan datang menjelang!" begitu Sang Raja melantunkan pesan pamungkasnya. Pesan yang cadas dari Sang Raja(Dangdut)!

Mari Head Bangs! Eh, Mari Berdendang! Selamat ber-weekend! end.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun