Mohon tunggu...
Sofwan Hidayat
Sofwan Hidayat Mohon Tunggu... -

Nulisnya dikit, Bengongnya Banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Salah Jurusan Kuliah? Tenang, Ada Sertifikasi Profesi

3 Maret 2016   00:02 Diperbarui: 3 Maret 2016   03:35 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi-pictureverse.wordpress.com"][/caption]Salah Jurusan

Saya pernah di-curhati teman (bahkan tidak sedikit), merasa menyesal mengambil jurusan kuliah yang diambilnya, setelah teman saya sadar sepenuhnya atas potensi yang paling kuat di dalam dirinya. Mungkin teman-teman juga ada yang merasa seperti itu. Entah sistem pendidikan kita yang tidak menitik beratkan pada diagnosa potensi kita lebih dini atau kekuatan kultur lingkungan yang membuat kita mengambil sebuah jurusan kuliah. Masalahnya memang tidak sederhana, komplek sekali, bahkan keluarga atau orang tua kita sangat menentukan apa yang harus kita ambil dalam menentukan jurusan yang kita ambil. Parahnya kadang, justru kita sendiri yang benar-benar tidak mau tahu alias yang penting kuliah. Setelah semua terlewati kemudian menyesal.

Sperti kata pepatah, tepatnya bukan pepatah, entah karya siapa, hanya saya pernah membaca pada sebuah jejaring sosial: "menyesal selalu ada dibelakang kalau didepan namanya pendaftaran" begitu. Bahkan mungkin banyak diantara kita yang mengambil jurusan A tapi kemudian bekerja di jurusan B. Tak apa yang penting bekerja tidak maling seperti koruptor-koruptor itu. Salah Jurusan. Ah, itu sudah rahasia umum, di Indonesia yang bekerja sesuai dengan jurusan kuliah cuma dokter.  Haruskah kemudian berkecil hati? 

Ketika kita mengambil jurusan kuliah terkadang kita tidak cukup memahami apa sebenarnya minat dan bakat yang kita miliki. Kadang-kadang Itu tidak sepenuhnya salah anda kok, kadang ada hal yang mengharuskan kuliah dengan pilihan kampus yang paling dekat, paling murah alias karena ekonomi. Itu dia! Lebih baik menyalakan satu lilin dari daripada menyalahkan kegelapan. Ok, setuju!

Sertifikasi Profesi

Seritifkasi profesi mulai dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2004, tepatnya setelah Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2004, Tentang Badan Nasioal Sertifikasi Profesi atau yang dikenal dengan BNSP. Sekali lagi BNSP, awas keliru dengan BSNP, Right keduanya hampir sama tapi berbeda. BSNP adalah Badan Standar Nasional Pendidikan.

Sertifikasi profesi dicanangkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara umum. paradigma yang dikembangkan pada prosesnya adalah menyiapkan individu yang ahli atau kompeten dibidangnya sesuai dengan kebutuhan industri atau pengguna jasa yang disebut dengan asas demand driven. Asas kedua adalah bahwa penyiapan individu yang kompeten dibidangnya dengan pelatihan berbasis kompentensi atau Competency Based Training (CBT).

Dasar pengembangan sertifikasi profesi adalah kompetensi. Kompetensi meliputi 3 faktor yang harus dipenuhi seseorang yang ingin mendapatkan predikat kompeten pada bidangnya, yaitu:

1. Attitude: Aspek sikap profesionalisme individu.

2. Skill: Aspek keterampilan profesi sesuai bidangnya masing-masing.

3. Knowledge: Aspek pengetahuan tentang jenis keterampilan yang dimiliki.

Pada era digital ini banyak individu yang terlibat intens dengan teknologi informasi, bahkan banyak kasus terjadi, contoh seorang Mahasiswa Ilmu Ekonomi gagal lulus alias DO karena minat yang timbul kemudian tidak sesuai dengan apa yang sedang dia pelajari dijurusannya. Fenomena yang terjadi kemudian adalah terlalu asyik belajar tentang ilmu pemrograman komputer, terlalu asik dengan dunia website design, tertarik dengan seluk beluk jaringan komputer dan lain sebagainya. Terlena, lupa bahwa ia adalah seorang mahasiswa ilmu ekonomi. pernah menemui kejadian ini? syukur bisa tuntas walaupun dengan perasaan salah jurusaan. 

BNSP memberikan mandat kepada lembaga-lembaga yang terlisensi untuk melakukan uji kompetensi. Uji kompetensi dilakukan kepada individu-individu yang benar-benar mumpuni untuk diuji. Serangkaian uji yang meliputi Attitude, Skill dan Knowledge akan menjadi intrumen penilaian. Jika individu yang diuji dinilai kompten akan mendapatkan Sertifikat Profesi yang diakui secara nasional yang dikeluarkan oleh BNSP.

Bagi anda yang kuliah di ekonomi atau lainnya yang memiliki kemampuan di bidang komputer anda dapat melakukan sertifikasi profesi untuk mendapatkan sertifikat uji kompetensi, jadi ketika anda memasukkan lamaran untuk komputer technical support misalkan, anda dapat bersaing dengan lulusan S-1 dibidangnya. Menarik bukan? ini bisa dijadikan solusi bahwa salah jurusan tidak jadi masalah. Jadilah diri anda sesungguhnya. 

Jika anda tertarik, anda bisa ke Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Komputer, anda akan dibantu untuk memastikan dan memelihara kompetensi yang anda miliki sesuai dengan keterampilan anda: Operator komputer, technical support, ahli jaringan komputer, admin jaringan komputer, programmer, desain grafis, multimedia designer atau pengembang aplikasi web. Atau jika anda membutuhkan informasi lanjut tentang ini anda bisa menghubungi saya disini. Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun