Mohon tunggu...
L. J. Literary Works©
L. J. Literary Works© Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Novelist

To Inspire, To Motivate and To Explore

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lima Fakultas Kehidupan (Five Faculties of Life)

17 Juni 2022   19:33 Diperbarui: 17 Juni 2022   19:47 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit Source : Ven. Dhamma Samiddha

               

              Tidak selamanya segala sesuatu hal dalam hidup ini berjalan atau terjadi sesuai dengan apa yang kita pikirkan atau rencanakan. Kata bijak ini benar adanya dan tidak dapat disangkal. Pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa dalam kehidupan ini, kerapkali bagaimanapun kita menghindari atau menolak sesuatu hal buruk untuk tidak terjadi kepada diri kita, namun tetap saja kita masih bisa mengalami hal -- hal yang terjadi di luar dugaan tersebut? Terkadang kita sudah merencanakan sesuatu hal besar yang menurut kita akan berhasil dan mencapai target serta sesuai dengan tujuan kita di awal, namun pada akhirnya apa yang telah kita targetkan ternyata malah meleset bahkan kita akan kehilangan tujuan awal itu ketika ia sudah hilang begitu saja. 

Sebagai contoh, hal ini banyak terjadi pada investasi atas indeks saham yang banyak kita tanamkan untuk mencapai marketing target dengan harapan bisa meraih keuntungan sebesar -- besarnya apabila terjadi 'cuan' atas investasi yang sudah kita tanamkan tersebut. Namun karena terkadang kita terlalu terlena setelah kita merasa telah mendapatkan keuntungan yang lumayan pada saat harga indeks mencapai target yang kita inginkan, lantas kita mulai berpikir bahwa jika kita menanamkan lebih lagi pastilah kita akan meraih keuntungan tambahan yang bahkan lebih tinggi dari sebelumnya. Ini dikarenakan sifat alami manusiawi yang tidak pernah merasa cukup dan bersyukur atas apa yang telah kita raih hingga menimbulkan keserakahan dan membuat kita cenderung kehilangan kesadaran untuk berpikir lebih jernih sebelum memutuskan sesuatu hal hingga akhirnya alih -- alih mendapatkan keuntungan lebih, malah malapetaka yang kita dapatkan sehingga tidak sedikit orang yang mengalami depresi dan akhirnya mengambil jalan pintas dengan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Adapun kasus lainnya yang kerapkali terjadi di tengah -- tengah kehidupan masyarakat yang pada saat ini seringkali kita dengar yakni cyber crime. Pernahkah kita mengalami hal ini? Mudah -- mudahan kita senantiasa dihindari dari hal -- hal tidak terduga seperti ini ya. Dalam hal ini saya ingin mengingatkan kepada semua pembaca untuk lebih berhati - hati, karena pada saat ini sedang maraknya terjadi cyber crime. 

Seberapa berhati -- hatinya kita pun, tetap saja kadang kala ada orang yang iseng dan membajak akun sosial media atau financial platform orang yang kita kenal lalu kemudian mengatasnamakan orang yang kita kenal tersebut untuk meminta kita mentransfer sejumlah uang dengan berbagai alasan dan terkadang alasan -- alasan yang diutarakan seringkali begitu meyakinkan hingga kita merasa bahwa itu benar -- benar merupakan teman kita yang sedang dirundung kesulitan dan membutuhkan pertolongan, lantas kita pun akhirnya menjadi simpatik dan kemudian mengiyakan permintaan tersebut. Akhirnya setelah hal tersebut terjadi, tidak berapa lama kemudian kita baru sadar kembali bahwa ada yang salah dan merasa menyesal sudah mengiyakan permintaan teman kita tersebut dan ketika kita ingin menuntut orang yang sudah menjebak kita atas kerugian yang ditimbulkan pun semuanya sudah terlambat.

Tidak sedikit pula dikarenakan seiring berkembangnya teknologi, berbagai cara sangat diupayakan oleh orang -- orang yang tidak bertanggung jawab untuk mewujudkan keinginannya. Untuk itulah kita perlu dibekali beberapa pengetahuan atau edukasi yang disebut sebagai "LIMA FAKULTAS KEHIDUPAN". Karena selama ini yang kita ketahui hanyalah fakultas yang merupakan bagian dari sebuah perguruan tinggi tempat di mana kita menimba ilmu pengetahuan. Namun fakultas yang akan kita pelajari kali ini merupakan fakultas pendidikan yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari -- hari kita terutama untuk membekali diri kita guna memerangi cyber crime ataupun hal buruk lainnya yang mungkin kapan saja dapat menghampiri atau menimpa diri kita. Berikut ini merupakan paparan penjelasan dari Lima Fakultas Kehidupan ini :

  1. KEYAKINAN (FAITH)

Keyakinan ini merupakan landasan batin yang seringkali kita gunakan untuk mempercayai adanya suatu hal, baik yang bersifat lumrah maupun abstrak termasuk juga hal -- hal yang tidak masuk diakal sekalipun. Dalam hal tertentu, kita cenderung menggunakan keyakinan ini sebagai landasan kepercayaan kita terhadap apa yang kita yakini benar adanya, berdasarkan dari sumber informasi yang kita terima baik dari apa yang kita dengar maupun yang kita lihat. Namun dalam halnya kehidupan, kita tidak bisa terlalu banyak menggunakan keyakinan ini untuk mempercayai adanya suatu hal yang mungkin sulit kita terima, sehingga mau tidak mau kita harus memastikan kebenarannya terlebih dahulu.

Sebagai contoh pada suatu hari kita bertemu dengan seorang teman yang mungkin cukup dekat pada kita sebelumnya dan kemudian setelah berpisah cukup lama karena telah memiliki kehidupan masing -- masing lantas suatu hari tanpa sengaja kita bertemu dengannya di persimpangan jalan, dan dia mengajak kita untuk berdiskusi mengenai cara mendapatkan pendapatan yang telah digelutinya selama bertahun -- tahun yang menurutnya merupakan proyek pendapatan terbesar berskala internasional yang akan menghasilkan income dalam waktu 24 jam agar kita bisa menjadi cepat kaya seperti dirinya pada saat ini misalnya. 

Setelah mendengar semua penjelasannya mengenai hal tersebut, seharusnya perlahan -- lahan hasrat keinginan dan keyakinan untuk mencobanya sudah mulai muncul. Akan tetapi, ketika ia mulai muncul, cobalah tanyakan kedalam hati kita kembali, apakah kita harus benar -- benar meyakini seratus persen bahwa apa yang dikatakannya adalah benar adanya ataukah ia sedang berusaha untuk mengelabui kita? Cobalah belajar untuk memunculkan sedikit saja rasa ketakutan atau keraguan untuk mencari tahu terlebih dahulu kebenaran dibalik sebuah fakta. Kita toh memiliki dua pilihan, percaya begitu saja atau kita harus memunculkan rasa keraguan yang akan mengarahkan kita untuk mencari tahu serta mengumpulkan fakta -- fakta terlebih dahulu?

Manusia yang cerdas hendaknya tidak begitu mudahnya langsung memberikan penilaian atas keyakinan terhadap suatu hal yang teoritis. Sebagai makhluk yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi, hendaknya kita harus membiasakan diri kita untuk memahami hal tersebut terlebih dahulu sebelum membuat sebuah asumsi yang bisa mendasari klaim atas suatu pembenaran, mencari tahu terlebih dahulu fakta atau kebenaran dari suatu hal yang kita dengar atau lihat sebelum kita meyakini atau mempercayainya secara sepenuhnya apalagi jika berhubungan dengan hal -- hal yang dapat merugikan kita nantinya seperti yang akan dilakukan oleh pelaku kejahatan pada umumnya, sehingga akhirnya akibat keyakinan yang sembrono tersebut, kita jadi tidak hanya serta merta meyakini hal tersebut, malah pada akhirnya mendatangkan kerugian pada diri kita sendiri. 

Jangan pula mudah terpengaruh atau percaya begitu saja akan suatu hal yang belum kita ketahui pasti kebenarannya hingga akhirnya kita menjadi goyah dan rapuh oleh tipu muslihat yang sedang dilakukan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab yang sedang mencoba berusaha untuk menipu kita.

Dalam hal keyakinan, ada dua aspek penting yang harus kita ketahui, bahwa dalam memiliki suatu keyakinan, kita tidak boleh terlalu meninggikan keyakinan itu, namun juga tidak boleh terlalu menurunkan level keyakinan tersebut. Ada kalanya, ketika keyakinan kita terhadap suatu hal terlalu tinggi dan dikuasai olehnya, kemudian terjadi hal -- hal yang tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan harapan kita, seketika itu pula kita akan merasa kehilangan harapan, kecewa dan merasakan sakit hati yang teramat sangat bahkan tidak sedikit yang menjadi gila dan depresi. 

Terlalu meremehkan atau tidak meyakini sesuatu juga tidak baik, karena terkadang tanpa adanya keyakinan, ketika ada seseorang yang hendak menyampaikan suatu kebenaran, kita akan cenderung menghakimi, bahkan kita bisa menyalahkan orang yang tidak bersalah tersebut, memfitnah dan akhirnya malah akan melukai perasaan orang yang berniat baik kepada kita.

      2. KEKUATAN (ENERGY)

               Kekuatan merupakan fakultas kedua yang harus kita pegang erat dalam diri kita. Bukan kekuatan fisik yang akan kita bahas dalam hal ini, namun ada suatu kekuatan (energi) dalam diri kita yang terkadang mendorong kuat nafsu keinginan kita untuk melakukan suatu hal yang tidak sejalan dengan nalar atau akal sehat kita. Sebagai manusia yang memiliki akal, kita bisa saja memiliki kekuatan yang merupakan landasan kemampuan bagi seseorang untuk bisa melakukan apa saja yang ia inginkan. Akan tetapi, masih banyak juga dari kita yang jarang memiliki prinsip batin yang harusnya bisa menjadi landasan kekuatan atas pengendalian diri. 

Apabila kita bisa memiliki kekuatan atas pengendalian diri untuk bisa memilah atau mengeksekusi mana yang seharusnya kita lakukan atau tidak, tentu saja keyakinan yang kita punya pun menjadi bisa lebih terkendali, dan kita bisa menjadi lebih cerdas emosi dan mengetahui dengan jelas mana yang harus kita yakini atau tidak harus kita yakini. Dengan adanya pengendalian diri, kita juga akan lebih mampu untuk mengolah informasi -- informasi yang kita peroleh dari luar sehingga kita tidak akan dengan mudahnya terpengaruh oleh bujukan atau rayuan yang kapan saja datang dari luar.

Sebagai contoh, katakanlah ketika bertemu dengan seseorang yang berusaha untuk menipu kita, lantas karena keahliannya dalam memutarbalikkan fakta atau mengucapkan beribu kata rayuan untuk mengelabui kita, akhirnya kita pun menjadi goyah dan terlena dengan ajakannya hingga pada akhirnya dengan kekuatan semangat yang menggebu -- gebu kita bisa saja langsung mengajak teman -- teman sosialita kita yang lainnya untuk menginvestasikan atau mentransfer sejumlah nominal yang telah disebutkan oleh si pembujuk demi meraih keuntungan seperti yang dijanjikan adanya. Dari contoh ini, kita bisa melihat bahwa tanpa adanya pengendalian diri yang kuat, sering kali kita akan kehilangan akal sehat dan cenderung mengikuti hawa nafsu keinginan kita yang akhirnya malah membawa kemalangan atau malapetaka kepada diri kita sendiri. Ketika kita tidak meningkatkan penguatan atas pengendalian diri untuk mengeksekusi mana yang harus kita yakini dan tidak, maka kita tidak akan mampu lagi untuk menyelaraskan ucapan dan pikiran kita.

Seperti yang kita ketahui, beberapa akibat yang mungkin saja terjadi jika kita tidak memiliki kekuatan atas pengendalian diri, kita akan menjadi kehilangan kesadaran untuk melakukan hal -- hal di luar nalar yang berujung pada kesialan yang akan menimbulkan kerugian ataupun kekeliruan akan suatu pemahaman yang bersifat abstrak atau tidak benar adanya. Untuk mengatasi hal ini, kita memerlukan peranan akal yang kuat selain prinsip penguasaan sebagai wujud pengendalian diri dalam mengeliminasi hal yang tidak sesuai dengan keyakinan kita. 

Dengan adanya kekuatan atas pengendalian diri, kita bisa senantiasa menjadi orang yang sadar dalam berucap maupun dalam melakukan segala tindakan agar bisa menghasilkan perilaku yang tidak akan merugikan orang lain ataupun merugikan diri sendiri, sehingga diri sendiri pun bisa terbebas dari kejahatan -- kejahatan atau ancaman -- ancaman yang datang dari luar. Sekali lagi, belajarlah untuk meningkatkan kesadaran dan pengendalian diri yang kuat agar kita tidak mudah terprovokasi ataupun terpancing untuk mengikuti hawa nafsu keinginan kita dalam melakukan segala sesuatu hal yang akhirnya malah dapat merugikan diri kita sendiri.

        3. PERHATIAN (MINDFULNESS)

Perhatian merupakan keadaan atau kondisi di mana kita harus menjadi lebih sadar. Perhatian di sini merupakan faktor terpenting yang merupakan penengah atau penyeimbang terhadap lima fakultas yang harus kita miliki dalam diri kita selain keyakinan atas kepercayaan maupun kekuatan atas pengendalian diri yang telah disebutkan di atas. Tanpa adanya perhatian, kita tidak akan mampu mengetahui bahkan mengingat apa yang sedang kita lakukan. Menyadari apa yang sedang kita pikirkan, katakan, atau kita lakukan. 

Kedengarannya mudah, karena kita sering kali merasa bahwa ini toh adalah pikiran kita sendiri, tanpa kita sadari bahwa justru terkadang ini merupakan hal yang jarang kali kita bisa sadari. Lantas karena ketika kita lengah dan hilang kesadaran, kita tidak tahu apa yang sedang kita pikirkan, kita menjadi kehilangan kendali atas segala sesuatu yang kita pikirkan, katakan dan lakukan. Kerapkali kita hanya memikirkan tentang apa yang selanjutnya harus kulakukan, apa yang terakhir kulakukan, dan hal terburuk apa yang telah kulakukan, tanpa pernah kita menjadi lebih sadar untuk menempatkan diri kita pada momen saat ini.

Cobalah untuk sesekali memberikan celah atau ruang dalam pikiran untuk kita lebih memperhatikan kedalam diri kita dalam hidup ini dengan cara yang penuh perhatian. Hanya orang -- orang yang sadar memiliki kapasitas atau kemampuan untuk melihat kehidupannya secara objektif, yakni mereka lebih sadar dan tahu bagaimana cara mengecek kondisi emosinya, tidak terlalu keras memperlakukan diri sendiri, dan bahkan mampu membuat pilihan yang bijaksana bagaimana harus bersikap ketika hidup tidak bisa sesuai dengan apa yang kita harapkan. 

Apa yang menjadi milik kita akan tetap menjadi milik kita, dan apa yang bukan menjadi milik kita bagaimanapun kerasnya berusaha pun tetap tidak akan pernah menjadi milik kita. Belajarlah untuk menjadi lebih sadar dan penuh perhatian dimulai dengan perlahan -- lahan perhatikan apa yang sedang terjadi pada momen saat ini. Misalnya, ketika kita sedang mengunya permen karet, sadarlah bahwa kita sedang mengunyah permen karet, maka itulah yang namanya sadar. 

Dengan adanya kesadaran ini, kita akan menjadi lebih berhati -- hati ketika sedang mengunyah agar kita bisa terhindar dari keadaan tersendak atau tertelan permen karet. Senantiasa menjadi sadar terhadap apa yang sedang kita pikirkan, katakan atau lakukan pada saat ini. Bila perlu, kita bisa mempertanyakan hati kita mengenai apa yang sedang kita pikirkan, katakan, atau lakukan pada saat ini, misalnya : Apakah aku sedang menulis? Apakah aku sedang berbicara, dan lain sebagainya, maka dengan pengingat ini bisa menjadi lebih sadar pada saat ini, sehingga pada saat kita sadar, kita lebih menanyakan ke dalam hati kita : Apakah hal yang paling penting dalam hidupku saat ini?

Dengan adanya kesadaran penuh ini kita akan menjadi lebih berhati -- hati dan waspada setiap saat, sehingga kita pun bisa terhindar dan terelakkan dari berbagai kejahatan. Kali ini saya akan memberikan sebuah contoh langsung mengenai sebuah kerugian yang telah dialami oleh teman saya sendiri karena telah mentransfer sejumlah nominal uang kepada salah sebuah akun yang mengatasnamakan temannya. 

Menurutnya, alasan yang diberikan oleh temannya itu begitu meyakinkan sehingga ia pun percaya dan segera mentransfer begitu saja sejumlah uang ke akun finansial yang digunakan oleh temannya. Setelahnya ia baru menyadari bahwa ketika akun tersebut berganti nama bukan atas nama temannya lagi, ia telah terlambat bahkan untuk menuntut ganti rugi pun ia sudah tak mampu. 

Dalam hal ini, andaikan saja ia lebih sadar dan perhatian penuh terhadap orang yang mengaku sebagai temannya yang meminta sejumlah transferan, pastinya ia akan lebih mengetahui apa yang harus ia lakukan, mengingat kembali bahwa apakah temannya pernah meminta pertolongan kepadanya sebelum ini dengan cara meminta transferan kepadanya, lalu mengecek kembali akun yang mengatasnamakan temannya yang memintanya untuk mentransfer uang tersebut dengan lebih seksama tentunya ia tidak akan serta merta begitu saja mentransfer uang tersebut. 

Setidaknya ketika ia sadar, ia hendaknya berpikir terlebih dahulu apakah benar itu temannya? Apakah temannya pernah meminta tolong dengan cara chatting seperti itu? Lalu, sebelum melakukan transferan, hendaknya ia bisa terpikirkan untuk menelepon temannya terlebih dahulu guna menanyakan temannya untuk meyakini hal tersebut. Dengan demikian, ia tidak akan mudah terpengaruh oleh pesan yang mengatasnamakan temannya yang meminta tolong untuk melakukan sejumlah transferan.

Sekali lagi, perhatian yang merupakan landasan atas kesadaran penuh ini sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan sehari -- hari, karena ia merupakan poros terpenting dalam penentu segala hal. Bawalah perhatian kita ke momen saat ini, terima dan kenalilah segala keadaan pikiran, emosi dan terhadap apa yang kita rasakan. Tanpa adanya kesadaran penuh ini, kita akan kehilangan proses yang membawa perhatian kita terhadap pengalaman -- pengalaman atas keadaan tertentu, baik itu pengalaman indrawi, maupun pengalaman fokus perhatian akan hal -- hal yang sedang kita pikirkan, katakan dan lakukan. Tanpa adanya kesadaran penuh, keyakinan serta kekuatan atas pengendalian diri pun menjadi tidak akan ada manfaatnya, karena dengan hanya memiliki keyakinan, kita bisa dengan mudah terpengaruh dan percaya begitu saja terhadap segala tipu muslihat, lalu setelah percaya, tanpa adanya perhatian atau kesadaran secara penuh, kita akan menjadi lengah dan kehilangan kekuatan atas pengendalian diri yang akhirnya menyebabkan diri kita kehilangan kesadaran dan melakukan hal -- hal diluar nalar tanpa kita sadari.

      4. KONSENTRASI (STILLNESS)

Konsentrasi merupakan kondisi lanjutan dari keadaan penuh perhatian atau penuh kesadaran, di mana kondisi pikiran hening dan terhenti, dengan kata lain, ketenangan pikiran. Dalam hal konsentrasi, kita diharapkan untuk dapat menenangkan pikiran dan tidak mengamati apapun, dengan begini kita akan lebih bisa fokus, penuh kesadaran dan berada pada saat ini. 

Dengan menggunakan analogi televisi, konsentrasi yang merupakan landasan atas ketenangan batin merupakan remote-nya yang dapat kita gunakan untuk mematikan layar beberapa saat guna meregangkan tubuh untuk rileks atau santai sejenak. Dengan ini, kita dapat memberikan akses atas pikiran kita sendiri untuk mengendalikan kehendak kita. Lagi, dengan konsentrasi penuh atau ketenangan pikiran, kita dapat secara aktif mengendalikan keadaan pikiran kita dengan mengamatinya secara pasif, apakah kita memiliki kendali penuh atas pikiran kita sendiri atau justru malah kehilangan kendali akan pikiran tersebut. Dengan kata lain dalam melakukan suatu hal, konsentrasi ini sangat dibutuhkan untuk memimpin diri kita agar tidak kehilangan kesadaran ataupun pandangan/pengertian yang salah dalam mengambil sebuah tindakan.

Akan tetapi, di zaman sekarang yang serba hiruk pikuk tentunya banyak orang menemukan kesulitan untuk sekedar menenangkan pikiran. Selalu saja ada suara -- suara yang datang baik dari luar maupun dari dalam pikiran kita. Untuk itulah, terkadang praktik meditasi sangat dibutuhkan dalam hal ini. Dengan praktik meditasi sederhana seperti dengan memperhatikan masuk keluarnya nafas, setidaknya bisa menenangkan diri kita dari berbagai gejolak kondisi ketidakheningan batin. Kuncinya semua berawal dari niat kita sendiri untuk menciptakan keheningan dalam pikiran dan batin kita, sehingga kita bisa lebih membawa diri pada saat tertentu dan agar kita bisa menjadi lebih fokus pada apa yang ada dalam kendali kita, baik itu keyakinan atau kepercayaan, kekuatan atas pengendalian diri, serta kesadaran secara penuh.

Seperti contoh penawaran investasi ilegal yang ditawarkan kepada kita seperti yang sudah disebutkan di atas, andaikan pada saat ia menerima tawaran tersebut, hendaknya ia tidak langsung serta merta mengambil keputusan dan bisa pulang ke rumah terlebih dahulu untuk menenangkan hati dan pikiran kita, bahkan kita juga bisa bermeditasi sejenak untuk beberapa menit. Barulah kemudian setelah hati dan pikiran kita menjadi lebih tenang, kita pun akan menjadi lebih berkonsentrasi penuh dalam memutuskan apakah kita harus menerima tawaran tersebut atau tidak dan bahkan mampu memikirkan segala risiko atas hal yang akan kita terima. Dengan kekuatan konsentrasi atau keheningan pikiran, kita akan mampu memberikan ruang dan waktu untuk merefleksikan diri dan benar -- benar bisa mendengarkan ke dalam pikiran kita.

       5. KEBIJAKSANAAN (WISDOM)

Selain keempat fakultas yang telah dibahas di atas satu per satu hubungannya, maka ada satu jenis fakultas lagi yang harus kita jaga senantiasa dalam kehidupan sehari -- hari terutama dalam pikiran yang kita butuhkan sebelum menentukan atau mengambil keputusan terakhir, yakni kebijaksanaan. Dalam hal kebijaksanaan ini merupakan pengetahuan tertinggi yang harus senantiasa kita pertahankan guna menilai, meningkatkan intuisi dan insting kita serta mampu menelaah (meneliti) berbagai hal atau peristiwa yang sedang terjadi dalam hidup kita. Banyak dari kita yang sering kehilangan kesadaran ketika hendak mengambil suatu keputusan atau tindakan. Benar atau salahnya tindakan yang kita ambil pun merupakan hasil dari kebijaksanaan yang senantiasa harus kita kembangkan dalam pikiran kita. Tanpa adanya kebijaksanaan yang menyinari hati dan pikiran kita, maka kita akan selalu terkungkung dalam kegelapan maupun kebodohan batin yang kapan saja bisa muncul dan menjebak diri kita dalam tipu daya kejahatan duniawi yang senantiasa muncul tanpa pernah kita sadari.

Kebijaksanaan merupakan cahaya dari dalam diri kita yang menyinari atau menerangi jalan dan untuk menuntun serta membimbing kita dalam pengambilan keputusan yang tepat, langkah yang terbaik serta tindakan yang tepat guna menghindari kerugian yang tidak kita inginkan semaksimal mungkin. Dengan adanya kebijaksanaan, kita diharapkan untuk dapat menganalisis kejadian tertentu yang sedang kita hadapi dengan cara -- cara yang logis serta mampu memilih cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkannya dan menghindari bahaya sebanyak mungkin.

Setelah adanya kesadaran dan konsentrasi yang dibarengi dengan kebijaksanaan maka kita pun bisa menelaah kebenaran atas tawaran investasi ilegal seperti contoh yang dituliskan di atas, contoh lainnya seperti teman saya yang ditipu oleh temannya dalam cerita di atas, andaikan saja ia mampu berkonsentrasi penuh dibarengi dengan kebijaksanaan untuk mencari tahu terlebih dahulu dengan mengkonfirmasi kembali temannya yang memintanya mentransfer sejumlah uang tersebut dengan menelepon atau menanyakan kembali kebenaran tersebut kepada temannya apakah benar ia ada memintanya untuk mengirimkan sejumlah uang tersebut, maka sudah bisa dipastikan bahwa ia akan terhindar dari upaya penipuan cyber crime tersebut, dan ia tidak akan mengalami sejumlah kerugian setelah mentransfer uang tersebut.

Jadi inilah kelima fakultas kehidupan yang harus senantiasa kita jaga dan seimbangkan dalam pikiran kita, agar kita tidak bisa dengan mudahnya mengalami kerugian seperti kejadian di atas. Dan perhatian atau kesadaran yang merupakan poros terpenting dari kelima hal ini merupakan inti dari semua pembelajaran yang harus senantiasa kita miliki. 

Dengan adanya perhatian atau kesadaran di manapun kita berada, kita tidak akan mudah menjadi korban atas segala tindak kejahatan atau kriminal yang sekarang ini sedang maraknya terjadi. Untuk itu, dalam hidup ini kita boleh saja memiliki keyakinan atau kepercayaan akan suatu hal, setelah itu kita harus memiliki kekuatan atas pengendalian diri untuk menahan hawa nafsu keinginan kita agar kita tidak kebablasan dalam mengambil segala keputusan dengan begitu singkat, lalu sebelum mengambil keputusan, hendaknya kita tingkatkan perhatian atau kesadaran kita. Setelah itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang hendak kita pikirkan, katakan atau ucapkan akan memberikan manfaat kepada kita atau justru malah akan membahayakan apalagi merugikan kita nantinya. Setelah menyadari hal ini, maka kita bisa lanjutkan dengan menenangkan batin kita atau berkonsentrasi terlebih dahulu, lihatlah ke dalam batin kita apakah keputusan ini yang akan kita ambil nantinya sudah tepat dan logis, barulah dengan kebijaksanaan kita baru bisa menentukan kesimpulan akhir atau mengambil keputusan yang sudah kita tentukan apabila kita memang sudah benar -- benar memikirkannya secara matang dan mantap. Bahkan dengan adanya lima fakultas ini, kita juga dapat menggunakannya untuk mempertajam insting kita, dan untuk membantu mencerdaskan emosi kita terhadap suatu dilema atas penderitaan hidup yang mungkin sedang kita hadapi pada saat ini. 

Dalam halnya melakukan suatu pekerjaan pun, lima fakultas ini juga sangat bermanfaat untuk mempertajam konsentrasi dan pemahaman kita terhadap hal yang sedang kita kerjakan agar bisa terhindari dari berbagai kesalahan atau kesilapan yang kapan saja bisa terjadi hingga menimbulkan kerugian bagi diri kita sendiri sebagai tenaga kerja maupun pihak perusahaan selaku pemberi kerja.

Akhir kata, saya berharap semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua agar kita bisa selalu sadar di mana pun kita berada apalagi dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan guna menghindari terjadinya hal -- hal yang tidak kita inginkan hanya karena kita gagal fokus.

L. J. Literary Works

June 17, 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun