Sebagai pemuda yang beragama kita perlu peduli tentang isu perubahan iklim. Tanpa disadari kita sekarang ini tengah mengalami bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, dan lain-lain yang disebabkan oleh perubahan iklim. Dalam agama kita juga diajarkan untuk menjaga bumi, di dalam agama Islam disebutkan bahwa kita adalah Khalifah di bumi. Oleh karena itu kita memiliki kewajiban untuk menjaga bumi kita ini. Sebagai pemuda kita perlu menambah kepedulian, kepekaan, dan pengetahuan mengenai masalah perubahan iklim karena kita merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan pejuang terdahulu kita. Â
Tentu peran agama sangat penting dan besar dalam aksi pemuda tersebut. Agama merupakan landasan bagi kita sebagai manuisa dalam menjalani hidup. Sejak kecil kita sudah diajari tentang agama. Dalam semua agama baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu mengajarkan untuk menjaga dan merawat bumi. Tidak ada agama yang mengajarkan tentang keburukan dan merusak bumi.Â
Salah satu wadah atau tempat bagi pemuda untuk menambah wawasan dan kepedulian terhadap perubahan iklim adalah webinar literasi iklim yang diadakan oleh BMKG. Didalamnya kita akan menambah wawasan mengenai perubahan iklim dan peran agama dalam menjaga bumi dan mencegah (mengendalikan) perubahan iklim. Salah satu aksi yang mudah dan pasti dapat kita lakukan dalam menjaga bumi adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Karena perlu diketahui dampak dari sampah ini sangat besar, contohnya pencemaran tanah, banjir, pencemaran udara dan masih banyak lagi.Â
Sebagian besar bencana hidrometeorologi yang terjadi disebabkan oleh manusia itu sendiri. Contohnya banjir, banjir terjadi karena saluran air yang tersumbat, tanah yang seharusnya menjadi daerah resapan diberi semen atau aspal, dan pohon yang ditebang. Tentu saja selama sekolah kita telah diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, tapi kenyataanya hmmm....
Oleh karena itu, peran agama dibutuhkan disini karena memiliki impact atau dampak yang sangat besar. Banyak orang dan mansyarakat khususnya daerah pedesaan lebih menurut atau mengerti jika disampaikan oleh pemuka agama dari pada pejabat RT/RW. Mari sebagai pemuda penerus generasi bangsa dan juga pemuda yang beragama kita jaga bumi kita ini karena ini adlaah tempat tinggal kita, kalau bukan kita siapa lagi..
Untuk menambah literasi mengenai iklim, saya lampirkan lagi rangkuman webinar yang telah saya ikuti. Pada forum webinar menghadirkan 12 pembicara, antara lain 3 pembicara dari BMKG dan 9 pembicara dari lembaga atau organisasi. Diharapkan dari webinar ini menghasilkan gagasan-gagasan baru ataupun kerjasama dan sinergi yang lebih memperkaya khazanah literasi iklim di masyarakat. Dibutuhkan sinergi karena begitu besarnya masalah ini dan dampaknya bagi bangsa Indonesia.
- Dr. Urip Haryoko, MSi (Plt. Deputi Klimatologi)
Tantangan perubahan iklim merupakan tantangan yang sangat besar dan akan dihadapi oleh generasi di masa depan. Peingkatan suhu yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia terjadi dengan laju lebih cepat dari yang diperkirakan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data, suhu global tahun 2020 menempati urutan ke-3 sebagai tahun terpanas sejak zaman praindustri dan menjadi tahun terpanas ke-2 sepanjang sejarah pencatatan iklim. Meskipun tahun 2020 terjadi pengurangan aktivitas manusia yang disebabkan pandemic covid-19 dan La Nina, yang seharusnya memiliki efek pendinginan sementara. Ini adalah indikasi yang jelas bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia sekarang sama kuatnya dengan kekuatan (variabilitas) alam. Namun isu perubahan iklim di Indonesia kurang diperhatikan yang disebabkan kurangnya penyampaian yang efektif serta rendahnya literasi masyarakat. Hal tersebut kemudian berdampak kepada minimnya aksi nyata masyarakat dalam menyikapi isu perubahan iklim. Contoh aksi nyata yang telah dilakukan oleh generasi muda adalah memberikan edukasi kepada masyarakat.
- Dr. Hayu Prabowo (Ketua Lembaga Pengelolaan Lingkungan Hidup dan SDA MUI)
Menurut data bencana dari BNPB tahun 2020, bencana yang terjadi lebih banyak merupakan bencana yang disebabkan oleh manusia itu sendiri, seperti banjir. Hal tersebut menjelaskan bahwa krisis lingkungan hidup dan krisis iklim sejatinya adalah krisis moral. Penanganan krisis moral tersebut memerlukan pendekatan agama. MUI memiliki fatwa-fatwa tentang lingkungan hidup dan sumber daya alam. MUI juga membuat buku pedoman, seminar,dan pelatihan dai yang berdasar kepada fatwa-fatwa tadi. Adapun gerakan lintas agama yang dilakukan saat ini adalah internalisasi gerakan lingkungan dan iklim untuk masing-masing organisasi keagamaan dan membangun serta memberdayakan gerakan lintas agama. Intinya adalah kita harus memobilisasi ormas keagamaan untuk lingkungan hidup dan iklim.
- Gregorius Setyadhi Budhi Darmawan, SE, M. (Kepala Pusat Jaringan Komunikasi)
Menyampaikan materi mengenai expose informasi dan peringatan  dini multi bahaya geo-hidrometeorologi BMKG (MHEWS). konsep dari mhews adalah membantu kedeputian teknis menyampaikan informasi kepada pemerintah daerah kemudian kepada masyarakat secara keseluruhan. Kemudahan dari sistem ini adalah kita hanya perlu laptop atau Hp dan internet. Aplikasi ini sebagai salah satu solusi untuk menyampaikan informasi yang telah dibuat oleh BMKG dapat tersampai ke masyarakat pelosok dan berguna bagi lemaga yang terkait.
- Dr. Ardhasena Sopaheluwakan (Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan, BMKG)
Menyampaikan mengenai pemahaman informasi iklim untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Terdapat tiga hal yang disampaikaan diantaranya  informasi iklim dan perubahan iklim BMKG, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta penguatan resiliensi masyarakat. Kemudian bapak juga mengajak untuk bersama bersinergi dalam menyelesaikan masalah perubahan iklim.
- Nana Firman (Green Faith Ambassador, Faiths 4 Climate Justice)
Menyampaikan mengenai pentingnya umat beragama di seluruh dunia harus membela bumi. Agama memiliki world view untuk menjaga bumi, otoritas moral dan kapasitas membangun komunitas (umat). Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual. Greenfaith turutserta membuat perbedaan nyata dalam pergerakan untuk keadilan iklim. Aksi Greenfaith dilakukan pada bulan Maret dan Oktober 2021.
- Fitria Ariyani, S.AG, MM (lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama)
Menyampaikan mengenai aksi generasi muda dalam perubahan iklim dan pelestarian lingkungan. Setiap agama memiliki ajaran untuk menjaga bumi tinggal bagaimana dalam menerapkannya. Misalnya dalam islam kita kenal kebersihan sebagian dari iman. Â Karena NU focus kepada masyarakat dan juga pesantren, maka pesantren dijadikan sebagai agent of change untuk mendampingi masyarakat di kawasan pesisir.
- Dr. Gatot Supangkat, M.P (Lektor Kepala Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Pengurus Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah)
Menyampaikan mengenai gerakan Muhammadiyah dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Menurut data, sebagian besar bencana alam yang terjadi di bumi disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri. Untuk menangani masalah perilaku tersebut diperlukan pendidikan. Memelihara lingkungan adalah amanah Allah dan tanggung jawab manusia sebagai khalifatullah fil ardl. Adapun model pendekatan program dari Muhammadiyah yaitu sosialisasi, edukasi, dan advokasi.
- Pdt. Robby Igusti Chandra, DMin, MA. MATh. (Gereja Kristen Indonesia sinode wilayah Jawa Barat)
Menyampaikan mengenai aksi generasi muda kristen untuk mitigasi-adaptasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan. Pertama melakukan riset mengenai generasi muda kristen dan membuat mereka sadar terlebih dahulu mengenai masalah lingkungan. Kemudian membuat mereka lebih dan teus tertarik dengan masalah tersebut sampai akhirnya melakukan aksi.
- RM. Andang Binawan, SJ. (Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara)
Menyampaikan mengenai mengubah gaya hidup dan kebiasaan sosial. Dalam mengubah gaya hidup terdapat beberapa masalah manusia yaitu yang pertama pelupa, maka harus diingatkan dengan khutbah, dan melalui media lain seperti media sosial. Yang kedua yaitu tidak mau repot/malas, maka harus ditunjang dengan fasilitas yang banyak seperti memperbanyak tempat sampah agar terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Dan yang terakhir egosentris/kurang peduli kepada orang lain, maka harus 'dipaksa' dengan aturan.
- Â I Gede Raka Subawa ST MM CPA CPI (Parisada Hindu Dharma Indonesia)
Menyampaikan mengenai aksi generasi muda hindu untuk mitigasi-adaptasi perubahan iklin dan pelestarian lingkungan. Di Hindu terdapat konsep Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan) yang merupakan salah satu cara bagaimana menanggulangi perubahan iklim. Karena dalam ajaran tersebut , ada semua unsur yakni hubungan harmonis manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan harmonis manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan harmonis manusia dengan alam (Palemahan). Guna menjaga lingkungan, beberapa ritual Hindu ada hubungannya dengan alam seperti Tumpek Wariga, Upacara Caru, dan Hari Suci Nyepi.
- Pandita Utama Alim Sudio, S.Psi (Sekjen Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia)
Sebenarnya kondisi lingkungan sekitar kita merupakan cerminan dari perilaku/diri kita sendiri. Terdapat prinsip bahwa nasib itu ditangan sendiri. Kita harus bisa menyentuh nurani/hati untuk melakukan perubahan guna menjaga lingkungan. Aksi yang telah dilakukan adalah penanaman 10.000 pohon bakau, menanam pohon di Batam, Jakarta, dan masih banyak lagi. Pesan terakhir yang Bapak Pandita sampaikan yaitu kalau kita peduli lingkungan maka hidup kita juga akan lebih baik, maka jangan banyak mengeluh.
- Js. Yugi Yunardi, S.Pt. M.Ag (Pramubakti Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu, Kemenag RI)
Menyampaikan mengenai literasi iklim dalam perspektif Khonghucu. Terdapat konsep Sancai yaitu memuliakan hubugan dengan Tuhan, memuliakan hubungan dengan alam, dan yang terakhir memuliakan hubungan dengan sesama manusia. Hal-hal yang sudah dilakukan diantaranya dari Matakin yaitu bantuan bencana alam di Sulawesidan saat pandemic (masker, sembako, dll), kemudian dari Perkhin yaitu penanganan banjir di Tangerang, dan dari Pakin yaitu penanganan banjir di Kampung Melayu dan Krawang.
Melaui agama dengan menggandeng pemuka agama merupakan langkah yang strategis dari BMKG guna menyampaikan mengenai masalah perubahan iklim. Karena dapat mengakomodir banyak masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari sendiri peran pemuka agama sangat tinggi bahkan lebih dari pejabat RT atau RW.
Keterangan:
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bela negara
Nama : Ofana Tri Wibowo
NPT Â : 21210026
Prodi  : Klimatologi 1
Dosen :Bapak FENDY ARIFIANTO, M.Si.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H