"Selamat Pagi, Selamat Pagi"  suara lembut para receptionis kantor menyapa menambah suntikan semangat beraktifitas. Mengarahkan langkah segera menuju lantai tiga tempat ruangan kerja. Report hasil kerjaan kemarin segera dibuat. Baru saja laporan akan di email, datanglah manajer  "Oen nanti sehabis makan siang tolong kamu cek kualitas signal 2G dan 3G di Museum Antonio Blanco ya". Wah kebetulan, selama ini ke Ubud belum sempat berkunjung ke museum itu, keinginan untuk kesana akhirnya kesampaiannya juga.
Masuk melewati sebuah pintu gerbang yang besar terdapat  area seluas  20.000 m2tempatnya tepat diatas bukit tepi sungai Campuhan di daerah perbukitan yang sejuk dan tenang. Museum Antonio Blanco ini sendiri mempunyai arsitektur bangunan yang indah, dengan desain bangunan bergaya eropa yang unik membentuk suatu ruangan yang mengagumkan.  Meski demikian, berbagai ornamen khas Bali, tetap menjadi ciri khas dari museum ini ditambah dengan cahaya lampu dan lukisan yang khas membuat ruangan berlantai 2 ini semakin cantik.
Ketika akan memasuki museum harus terlebih dahulu menaiki anak tangga yang di kedua sisinya terdapat relief ular naga. Sesampainya di dalam, sambil menikmati lukisan telingah akan dimanjakan dengan iringan musik opera klasik yang lembut sehingga membuat suasana berubah menjadi sangat romantis. Sebagian besar lukisan-lukisan hasil karya sang maestro bertemakan wanita yang bertelanjang dada dengan estetisme yang tinggi sehingga tidak terkesan pornografi. Sekitar 300 karya seni yang didominasi keindahan fisik kaum perempuan di Bali. Rupanya Antonio Blanco terinspirasi dengan kebiasaan wanita Bali masa lampau yang suka bekerja keras dan berjalan jauh dengan tangan terangkat menjunjung panggulan di atas kepala sehingga menjadikan bentuk payudara wanita Bali indah.
Banyak sekali spot yang bisa diambil untuk berfoto ria disini. Di tangga yang elegan, di sofa yang anggun, dan di sekitar tiang besar yang kokoh. Tapi karena saya berkunjung sambil bekerja jadi tetap harus melaksanakan tugas kantor. Apa boleh buat saya tidak sempat memotret secara detail setiap lukisan.
Halaman museum tertata dengan rapi dan asri. Terlihat beberapa fasilitas pendukung seperti teater mini, galeri, toko souvenir, restaurant, taman burung lengkap dengan koleksi burung-burung jenis golden macaw, kakak tua dan konservasi burung jalak Bali yang tak kalah cantik menjadikan suatu pemandangan yang semakin menarik.
Konon ceritanya museum ini dibuat karena keinginan sang Maestro untuk mengabadikan semua semua hasil karyanya, namun sebelum diresmikannya museum ini Antonio Blanco meninggal dunia. Impian ini diteruskan oleh putranya bernama Mario Blanco yang mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pelukis.
Sekedar tambahan informasi Antonio Blanco seorang Spanyol-Amerika yang lahir di Manila, Filipina, pada 15 September 1912 dan meninggal di Ubud pada 10 Desember 1999 itu terkenal dengan karya seni lukis yang menggambarkan eksotisme kaum perempuan di Bali. Pada 1952 dia datang ke Bali setelah melakukan perjalanan dari Hawaii, Jepang, dan Kamboja. Ia menikahi Ni Ronji, penari sekaligus model lukisannya pada 1953. Museumnya dibangun pada tanggal 28 Desember 1998. Sumber wikipedia.
Catatan: Semua foto koleksi pribadi