Mohon tunggu...
Ummu Muthiah
Ummu Muthiah Mohon Tunggu... Freelancer - Sabar, Taqwa dan Tawakkal

Jogja dan Solo

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menulis

13 Februari 2020   19:30 Diperbarui: 13 Februari 2020   19:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang dan terutama bagi diriku sendiri, menulis merupakan kegiatan yang memberatkan, menyusahkan bahkan bisa saja merepotkan. Akupun awalnya beralasan bahwa menulis itu membutuhkan ide, tema, metode dan teori bahkan alat-alat yang dibutuhkan yang harus setia setiap saat. Naah, yang jadi masalah yaitu tidak semua orang suka belajar, baca, hobi diskusi atau suka meneliti. Tapi sebenarnya menulis bukan perkara yang sulit, berat ataupun repot tetapi soal kemauan, karena semua orang yang "normal" dibekali kemampuan untuk menulis, selama kita mampu belajar berpikir dengan baik.

Sebagian besar diantara kita, tentu saja pernah menulis, seperti paling tidak menulis PR, menulis catatan harian atau diary, nulis surat, dan sebagainya. Mungkin kalau anak-anak sekarang paling tidak sudah pernah nulis pesan, status atau story di media sosial. Tapi bagi seorang yang mukmin, menulis merupakan karakter yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya.

Pada masa kenabian, para sahabat nabi berlomba untuk menghafal dan menulis wahyu ataupun hadits dari Nabi SAW. Pada masa berikutnya, menulis telah menjadi tradisi intelektual bagi kaum muslim. Lahirlah kalangan intelektual muslim dari peradaban Islam, seperti Imam Hasan al Bashri, Imam Ja'far ash-Shodiq, Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Ghozali, Imam Bukhori, dan seterusnya. Bahkan kalau kita masih ingat tentang pelajaran sejarah khususnya Indonesia banyak sekali peninggalan dari orang-orang sebelum kita. Meskipun zaman dahulu belum ada pena ataupun buku tapi orang dahulu meninggalkan tulisan melalui dinding-dinding goa, batu-batu an dan juga tulang ataupun kulit binatang, pelepah dan juga dedaunan.

Kemudian kita mengenal dan mengetahui keilmuan mereka melalui karya-karya yang mereka wariskan untuk generasi kita dan generasi selanjutnya. Lewat buku yang mereka tulis, kita dapat mempelajari Islam. Dunia kepenulisan kita saat ini juga menawarkan prestasi bagi para aktivis atau penulisnya. Seorang penulis yang karyanya pernah dipublikasikan, tentu saja penulis mendapatkan upah dari karya-karya yang dibaca orang. Seperti Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Kang Abik, Asma Nadia, Anwar Fuady, Andrea Hirata, Bunda Helvy Tiana Rosa, Agnes Davognas, ada juga penulis tapi lebih dulu populer seperti Dewi Lestari, Raditya Dika, Ria Ricis, dan lain sebagainya.

Jadi, menulis itu bukanlah sesuatu yang menyusahkan, menyulitkan apalagi memberatkan. Tapi menulis adalah sesuatu yang menyenangkan, mengasyikkan, menyembuhkan, dan menyehatkan. Untuk itu ayok mulai menulis! Semangat menulis!! Dan menorehkan sejarah agar bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya. (UM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun