sangat jarang, mungkin hanya sekali atau dua kali
sang guru menyapaku dalam rupa manusia
yang bisa bertutur kata dan menyapa
yang bisa diajak bertukar pikiran layaknya besi mengasah besi.
ketika jiwaku sudah tajam
rupa manusianya hilang
dan hanya jiwanya yang tersisa
karena jiwa abadi dan sempurna
beberapa tanda kemanusiaannya akan tertinggal pula
seperti kecupan lembut pada rambutku
ketika aku didera luka-luka lama
atau renyah tawa yang berderai yang menerbitkan matahari setiap pagi
atau pelukan erat yang seolah mengikat raga tapi sebenarnya melepaskan dan menerbangkan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H