Mohon tunggu...
Reysha FathiaAzzahra
Reysha FathiaAzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Use active voice instead of passive voice. Active voice is more engaging and easier to read.

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi The School For Good And Evil: Kisah Tentang Si Baik Dan Si Jahat

24 Januari 2024   01:50 Diperbarui: 24 Januari 2024   02:34 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"The School for Good and Evil" merupakan film fantasi Amerika tahun 2022 yang disutradarai oleh Paul Feig dari skenario yang ia tulis bersama David Magee, berdasarkan novel tahun 2013 berjudul sama karya Soman Chainani. Film ini dibintangi oleh Sophia Anne Caruso sebagai Sophie dan Sofia Wylie sebagai Agatha, dua gadis remaja yang berteman dekat dan bermimpi menjadi bagian dari dunia dongeng. Namun, ketika mereka tiba di Sekolah untuk Kebaikan dan Kejahatan, mereka malah ditempatkan di sekolah yang salah. Sophie, yang selalu bermimpi menjadi seorang putri, dikirim ke Sekolah Kejahatan, sementara Agatha, yang selalu bermimpi menjadi seorang penyihir, dikirim ke Sekolah Kebaikan. The School for Good and Evil adalah sebuah film fantasi yang menggabungkan elemen dongeng dan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Film ini diadaptasi dari novel karya Soman Chainani dengan judul yang sama. Film ini dimulai dengan kisah dua saudara kembar, Rhian dan Rafal, yang mendirikan Sekolah Baik dan Jahat di masa lalu. Sekolah ini bertujuan untuk melatih siswa menjadi pahlawan dan penjahat dalam cerita dongeng. Suatu hari, dua sahabat, Sophie dan Agatha, tanpa sengaja terperangkap di Sekolah Baik dan Jahat. Sophie dikirim ke Sekolah Kejahatan, sementara Agatha dikirim ke Sekolah Kebaikan. 

Film ini dibuka dengan Sophie dan Agatha yang tinggal di sebuah desa kecil di tepi hutan. Sophie adalah gadis yang cantik dan baik hati, sementara Agatha adalah gadis yang jelek dan pemarah. Keduanya adalah sahabat karib, dan mereka sering bermain bersama di hutan. Suatu hari, mereka bertemu dengan dua penyihir tua, Lady Lesso (Michelle Yeoh) dan Professor Dovey (Kerry Washington), yang membawa mereka ke Sekolah untuk Kebaikan dan Kejahatan. Di sekolah, Sophie dan Agatha segera menyadari bahwa mereka tidak cocok dengan tempat mereka. Sophie, yang selalu bermimpi menjadi seorang putri, merasa terasing di Sekolah Kejahatan. Dia tidak cocok dengan gadis-gadis lain di sekolah itu, yang semuanya kasar dan jahat. Agatha, yang selalu bermimpi menjadi seorang penyihir, merasa tidak nyaman di Sekolah Kebaikan. Dia tidak cocok dengan gadis-gadis lain di sekolah itu, yang semuanya manis dan baik hati. Pada awalnya, Sophie dan Agatha merasa seperti telah bertukar posisi. Sophie, yang selalu bermimpi menjadi putri, merasa tidak cocok dengan Sekolah Kejahatan. Sementara itu, Agatha, yang selalu bermimpi menjadi penyihir, merasa tidak nyaman di Sekolah Kebaikan. Ketegangan meningkat ketika Sophie dan Agatha terlibat dalam pesta penyambutan dan jatuh cinta pada Pangeran Tedros. Namun, konflik muncul ketika Agatha diperingatkan tentang ketidakmampuannya memahami pelajaran dan Sophie dihadapkan pada syarat untuk pindah sekolah: mencium cinta sejatinya, yaitu Tedros. Seiring berjalannya waktu, Sophie dan Agatha menghadapi ujian dan konsekuensi di sekolah masing-masing. Pertemanan mereka diuji ketika Agatha kehilangan teman baru, Gregor. Sophie dan Gregor juga menghadapi konfrontasi dengan makhluk gaib dan rahasia tersembunyi sekolah.

Sophie dan Agatha berusaha untuk menyesuaikan diri dengan sekolah mereka masing-masing, tetapi mereka merasa semakin tidak bahagia. Sophie merasa seperti dia kehilangan dirinya, dan Agatha merasa seperti dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Suatu hari, Sophie dan Agatha memutuskan untuk melarikan diri dari sekolah. Mereka ingin menemukan tempat di mana mereka bisa menjadi diri mereka sendiri. Dalam pelarian mereka, Sophie dan Agatha bertemu dengan berbagai macam karakter, termasuk Beast (Jamie Flatters), seorang pangeran yang dikutuk menjadi binatang buas, dan Robin Goodfellow (Kit Young), seorang peri yang jahat. Sophie dan Agatha juga harus menghadapi tantangan yang berbahaya, termasuk Lady Lesso dan Professor Dovey, yang bertekad untuk menangkap mereka.

Ketika kegelapan muncul, Sophie tergoda oleh kekuasaan dan menghasut siswa Sekolah Kebaikan untuk menyerang Sekolah Kejahatan. Konflik mencapai puncaknya saat Agatha berusaha menghentikan Sophie, dan rahasia identitas Kepala Sekolah Rhian terungkap sebagai Rafal yang haus kekuasaan. Rafal, yang telah membunuh Rhian di tebing, menyamar sebagai Kepala Sekolah Rhian untuk mengambil alih dunia dongeng. Dia ingin menjadikan Sophie sebagai pengantinnya. Sophie akhirnya menyadari kesalahannya dan membantu Agatha menghentikan Rafal. Keduanya berhasil mengalahkan Rafal dan menyelamatkan dunia dongeng.

Pada akhirnya, Sophie dan Agatha menemukan tempat di mana mereka bisa menjadi diri mereka sendiri. Sophie menyadari bahwa dia tidak perlu menjadi seorang putri untuk menjadi baik hati. Agatha menyadari bahwa dia tidak perlu menjadi seorang penyihir untuk menjadi kuat. Mereka berdua belajar bahwa kebaikan dan kejahatan tidak selalu hitam dan putih. The School for Good and Evil adalah film yang menghibur dan penuh warna. Film ini memiliki cerita yang menarik dan karakter yang lucu dan relatable. Film ini juga memiliki pesan positif tentang pentingnya persahabatan dan penerimaan diri.

Film ini mengangkat pertanyaan tentang nasib persahabatan, cinta sejati, dan pilihan antara kebaikan dan kejahatan. Dengan elemen magis dan kejutan plot, "The School for Good and Evil" menawarkan pengalaman menegangkan dan menggugah imajinasi penonton. 

Hal  yang menarik dari film The School for Good and Evil yaitu cerita film ini adalah perpaduan yang unik antara fantasi, petualangan, dan komedi. Film ini memiliki plot yang twisty dan penuh kejutan, dan karakter-karakternya adalah orang-orang yang kompleks dan relatable. Karakter yang lucu dan relatable: Sophie dan Agatha adalah dua karakter yang mudah disukai. Mereka adalah gadis-gadis yang baik hati dan cerdas, tetapi mereka juga memiliki kekurangan mereka masing-masing. Karakter-karakter pendukung di film ini juga lucu dan relatable, termasuk Beast, Robin Goodfellow, Lady Lesso, dan Professor Dovey. Pesan positif yang bisa diambil dari film ini adalah The School For Good and Evil memiliki pesan positif tentang pentingnya persahabatan dan penerimaan diri. Film ini menunjukkan bahwa kebaikan dan kejahatan tidak selalu hitam dan putih, dan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi baik atau jahat. Secara keseluruhan, The School for Good and Evil adalah film yang menghibur dan penuh makna. Film ini adalah pilihan yang bagus untuk penonton dari segala usia.

Kekurangan dalam film The School For Good and Evil yaitu :

  • Durasi yang terlalu panjang: Film ini berdurasi dua jam dan dua puluh tujuh menit, yang terasa terlalu panjang untuk ceritanya. Beberapa adegan bisa dipotong untuk membuat film ini lebih mengalir.

  • Efek visual yang tidak konsisten: Efek visual di beberapa adegan terasa kurang realistis. Misalnya, adegan pertarungan antara Sophie dan Agatha terasa terlalu CGI-ish.

Meskipun memiliki beberapa kekurangan, The School for Good and Evil tetap merupakan film yang layak untuk ditonton. Film ini adalah perpaduan yang unik antara fantasi, petualangan, dan komedi, dengan pesan positif tentang pentingnya persahabatan dan penerimaan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun