Mohon tunggu...
Muhamad Gunarsah
Muhamad Gunarsah Mohon Tunggu... -

Penulis, Web Designer, dan Co-Facilitator Emotional Healing Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Ada Nila Setitik, Ganti Saja Susunya

4 Oktober 2011   06:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:21 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Lu itu gak tahu diri ya! Gak tahu terima kasih! Udah bertahun-tahun gua tolongin elu, tapi lu gak anggap sama sekali bantuan gua! Gua kasih elu makan sampe gua sendiri kehabisan tabungan! Sekarang cuma karena gua ga bisa bantu sekali aja lu malah marah-marah! Itu ngelunjak namanya!!" bentak Melati.

"Ya udah kalau gak mau nolongin gak usah marah-marah!! Gua mau cari om-om aja! Gua mau jual diri! Cape gua sama masalah ini! Gak ada habis-habisnya!!" Balas Bunga.

"Heh!! Mikir dulu kalau ngomong! Lu mau nyesel seumur hidup gara-gara salah bikin keputusan? Jangan putus harapan gitu dong! Elu tuh kayak gak punya Tuhan aja!! Lu tuh kebanyakan ngeluhnya daripada bersyukur! Belajar dong syukuri dulu apa yang udah lu dapet selama ini!" hardik Melati.

"Gua gak butuh ceramah! Ceramah gak bakalan nolongin gua! Sekarang gua butuh duit! Duiiiitt!!!" Bunga menjerit.

Jadilah dua sahabat ini bertengkar hebat.

Nah, sodara-sodara...contoh pertama bercerita tentang karyawan yang merasa jasanya pada perusahaan diabaikan hanya karena sekali kesalahan yang sebelumnya tak pernah dia lakukan. Tapi dia jadi merasa terhina dan sakit hati, sehingga secara tidak langsung dia menuntut perusahaan untuk mengingat jasa-jasanya selama ini.

Contoh kedua bercerita tentang Bunga yang gelap mata sehingga seolah lupa dengan jasa -jasa Melati selama ini hanya karena Melati tak bisa menolong lagi. Tapi sebaliknya, Melati pun jadi emosi sehingga dia merasa perlu mengingatkan Bunga bahwa dia sudah berkorban selama bertahun-tahun lamanya demi Bunga. Dalam arti lain, dia jadi minta dihargai atas jasa-jasanya selama ini.

Perbuatan baik yang diawali dengan niat tulus ikhlas ingin membantu, bisa saja berubah jadi keinginan untuk diakui ketika orang yang kita bantu menunjukkan sikap yang tak menghargai.

Pekerjaan yang diawali dengan niat cari uang, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ataupun sekedar untuk bersosialisasi, bisa saja berubah menjadi sikap minta penghargaan ketika sedikit kesalahan yang kita lakukan membuat perusahaan seolah lupa dengan kontribusi yang selama ini kita berikan.

Mungkin itulah sebabnya nasehat bijak mengatakan: "Kalau kita berbuat baik segeralah lupakan, dan jangan diingat-ingat lagi."

Mungkin salah satu alasannya adalah agar kita tidak sakit hati ketika kebaikan yang kita lakukan seolah tidak diperhitungkan, dan karena minta pengakuan atau penghargaan bisa merusak niat kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun