Hal ini diamini oleh Petrik Matanasi dalam artikel "Pemuda Kiri Mendesak Proklamasi" yang dimuat oleh Tirto. Namun, Petrik mengungkapkannya dengan cara yang sedikit berbeda yaitu "..belakang areal Laboratorium Bakteriologi". Susanto Zuhdi dalam "Membangun Kembali Rumah Soekarno" menyebut bahwa rapat diadakan "di salah satu ruang Laboratorium Bakteriologi".Â
Banyak tulisan lain dengan rancu menuliskan bahwa rapat diadakan di laboratorium bakteriologi. Meskipun dapat memberikan impresi bahwa rapat tersebut diadakan di dalam fasilitas pengujian ilmiah namun lebih memungkinkan jika lokasi yang dimaksud adalah Laboratorium Bakteriologi Wilhelmina secara keseluruhan.
Pertama, lokasi gedung ini sangat dekat dengan tempat tinggal basis pemuda yang mendukung rencana penculikan Soekarno dan Hatta yaitu Asrama Menteng Raya 31, Asrama Prapatan 103, dengan mereka yang berafiliasi dengan Institut Bakteriologi Wilhelmina sebagai tuan rumah. Selain itu, Laboratorium ini sangat dekat dengan kediaman Soekarno di Pegangsaan Timur no. 56.Â
Kedua, seperti telah diungkapkan sebelumnya, terdapat hadirin rapat yang berafiliasi dengan Institut Wilhelmina. Menurut Suhartono Wiryopranoto dalam Kaigun, Angkatan Laut Jepang Penentu Krisis Proklamasi, Djohar Nur dan Darwis, dua hadirin dalam rapat tersebut, berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran. Maka, kemungkinan besar, mereka berdualah yang dianggap Toetie Kakiailatu sebagai Kelompok Laboratorium Bakteriologi Wilhelmina.
Meski diadakan di sebuah lembaga bakteriologi, tidak satupun keputusan rapat ini menyinggung organisme tanpa membran inti sel sebagai fokus studi dari lembaga tersebut.Â
Rapat yang diadakan pada 15 Agustus 1945 setelah para pemuda mendengar berita penyerahan Jepang terhadap sekutu di Perang Dunia II itu ditutup dengan keputusan untuk menuntut Soekarno agar mengumumkan kemerdekaan Indonesia.Â
Kita sama-sama tahu bahwa kemudian Soekarno menolak dan mendorong golongan muda untuk membawanya ke Rengasdengklok, Karawang. Harapan saya sih sederhana, semoga sejak rapat hingga proklamasi dibacakan, mereka tidak lupa cuci tangan!
Catatan Akhir:
[1] cnnindonesia.com
[1] De Indische Courant, 6-7-1926. Hlm. 2. Perubahan nama menjadi Eijkman Instituut terjadi pada tahun 1939 untuk menghormati salah satu direktur dari lembaga ini yaitu, Christiaan Eijkman.