Lihat contoh:
http://news.detik.com/read/2013/10/03/205618/2377332/10/7/
Judul beritanya adalah:Â 7 Foto Mobil Mewah Milik Adik Gubernur Ratu Atut
Berita itu tebalnya hanya delapan paragraf, tapi apa yang dia lakukan? Dia meng-etrek-etrek (memotong-motong) berita itu menjadi delapan halaman. Apa motif dia memotong-motong berita menjadi delapan halaman? mari kita tanyakan penjelasannya kepada Pak Esbeye.
DE (Dukung Esbeye): Apakah Bapak suka membaca Detik Com?
PE (Pak Esbeye): Â O ya, tentu. Detik Com adalah media berita online yang beritanya dikirim setiap detik. Sehingga saya tidak bakalan ketinggalan jaman kalau setiap detik mengunjungi situs Detik Com.
DE: Kenapa Bapak suka?
PE: O, ada banyak alasan. Pertama, adalah karena beritanya singkat dan padat. Ditambah lagi dia suka bikin sensasi. Juga up to date dan to the point. Selain itu ada taste tersendiri sehingga saya menjadi ketagihan dibuatnya.
DE: Lho apa Bapak tidak jengkel kalau membaca berita di sana, misalnya ini:Â http://news.detik.com/read/2013/10/03/205618/2377332/10/7/ ?
PE: Ada apa dengan berita itu?
DE: Lho katanya suka membuka Detik Com, coba lah klik lah Pak. Lalu amati. Apa Bapak tidak jengkel membacanya?
PE: Ooo itu berita bagus... Â itu berita tentang korupsi, judulnya saja sudah mengindikasikan demikian. Coba baca judulnya "7 Foto Mobil Mewah Milik Adik Gubernur Ratu Atut"
PE: Benar-benar informatif kan. Sekali baca judul kita langsung tahu isinya tentang apa. Kaidah jurnalistik 8W 3H sudah tercakup hanya dengan membaca judulnya.
DE: Lho Pak itu kan tidak ada unsur kata kerjanya.
PE: Jaman sekarang tidak musim kerja-kerja. Yang penting korupsi, titik. Kerja itu kuno. Kita orang sudah menggalakkankan program korupsi di segala bidang. Jadi kalau ada berita itu, itu bagus. Program kita berhasil. Program itu sudah kita desentralisasikan ke daerah-daerah, sehingga orang kalau mau demo akan kebingungan karena saking banyaknya korupsi di setiap lini.
DE: Bukan itu Pak, maksud saya outline-outline, Pak. Gimana outline nya?
PE: Outline nya cukup bagus. Berita itu cerita tentang mobil. Mobil yang bagaimana? Mobil mewah. Ada berapa? ada tujuh. Semua pertanyaan sudah terjawab dari judulnya.
DE: Wadhuh, Bapak ini gimana sih? Apa Bapak tidak capek ngeklik-ngeklik?
PE: O, kalau itu jelas saya jengkel dan mangkel sama Detik Com, tapi saya tahan. Mosok, berita tersebut kan cuma berisi delapan paragraf pendek-pendek. Lha kok dietrek-etrek menjadi delapan halaman. Ini berarti menunjukkan kecerdasan orang Detik Com. Saya ndak tahu mereka itu lulus SD apa enggak. Tapi itu ndak apa-apa bagi saya, wong saya sendiri juga kurang kerjaan kok, sehingga kalau dikasih kerjaan sama Detik Com untuk ngeklik-ngeklik sampai delapan kali hanya untuk melihat satu per satu penjelasan jenis mobil kan endak apa apa bagi saya. Saya tahu dan paham betul filosopi dari Detik Com. Sasaran konsumen dia adalah orang-orang yang kurang kerjaan seperti saya ini. Sehingga bagi orang cerdas dan orang sibuk, mereka pasti jengkel dan mangkel karena dibikin habis waktu mereka oleh Detik Com.
DE: Wah, iya betul Pak. Itu yang saya rasakan juga. Kalau misalnya pertimbangannya cuma iklan, kok ya sampai tega-teganya begitu ya. Â Dibuat satu saja halaman kenapa sih. Kecuali kalau beritanya itu lumayan panjang, bisa dibagi menjadi beberapa segmen. Lha wong cuma delapan paragraf pendek-pendek kok dietrek-etrek jadi delapan halaman. Iya betul, saya setuju Pak kalau Bapak menggolongkan Detik Com adalah rakus akan penampilan iklan.
PE: Iya Mas, nanti kalau saya ketemu sama yang punya Detik Com biar saya ungkapkan keprihatinan saya dan sampeyan kepada dia tentang hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H