Mohon tunggu...
Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyimak Sastra Bulan Purnama, Sanggarbambu dan Teater Alam di Yogyakarta

25 Desember 2018   10:39 Diperbarui: 25 Desember 2018   10:45 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Azwar AN, pendiri dan pimpinan Teater Alam (dokpri)

Geguritan yang ditampilkan dipetik dari dua buku yang malam itu diluncurkan, yakni: "Wanodya" yang digagas oleh Aireyoko, berisi karya dari 14 penggurit yang seluruhnya perempuan, dan "Pokokmen Semarangan" karya Sulis Bambang.

Tampil dalam acara ini, sebagian dari para penggurit yang karyanya termuat dalam kedua buku tersebut, grup Sanggarbambu yang mengolah performance dari tiga geguritan , Aireyoko yang membacakan salah satu geguritan karya Sulis Bambang, dan Endah Rahardjo.

Acara SBP memang sudah terancang dengan jadwal yang sudah dipersiapkan hingga setahun ke depan. "Oktober 2019 nanti, akan tampil anak-anak WS Rendra membacakan puisi-puisi bapaknya," jelas Ons Untoro di sela acara. Sukses selalu, Bung!  

Endah Rahardjo, turut membacakan salah satu geguritan (Dokpri)
Endah Rahardjo, turut membacakan salah satu geguritan (Dokpri)
Sanggarbambu

Ocong Saroso & Acmad Masih sebagai narasumber (dokpri)
Ocong Saroso & Acmad Masih sebagai narasumber (dokpri)

"55 Tahun Ikrar SanggarBambu", demikian tajuk acara yang diselenggarakan oleh Sanggarbambu bertempat di sekretariat mereka di Tempuran, Bantul. Dua orang narasumber dihadirkan yakni Ocong Saroso dan Achmad Masih yang dipandu oleh Ana Ratri. Sayang, saya datang terlambat, sehingga hanya dapat mendengar sepenggal narasi dari narasumber kedua.

Ikrar Sanggarbambu tentu merupakan peristiwa penting yang dihasilkan dari pertemuan besar yang berlangsung pada tanggal 13, 14 dan 15 Desember 1963, di Sanggar Pusat Purwodiningratan setelah  lima (5) tahun setelah berdirinya Sanggarbambu. Ikrar yang dibacakan oleh Wilmar Jassin, untuk kemudian ditandatangani oleh para seniman yang tergabung dalam sanggarbambu baik pelukis, musikus, sastrawan, pematung, mahasiswa, dan simpatisannya.

Sayang, karena datang terlambat, tidak sempat mendengar penjelasan tentang latar belakang dan proses diskusi selama tiga hari tersebut hingga lahirnya Ikrar Sanggarbambu itu. 

Saya kira, pertemuan besar yang dikatakan yang pertama bagi sanggarbambu dan dihadiri pula oleh para anggota  dan pengurus yang tinggal di Jakarta, dilatar-belakangi oleh situasi(sosial-politik) yang harus segera direspon oleh Sanggarbambu. Apakah demikian? Entahlah.

Acara yang dihadiri pula oleh para sesepuh Sanggarbambu seperti Liek Suyanto, Pak Pono, Untung Basuki, masing-masing mengungkapkan penggalan-penggalan kisah atau peristiwa di Sanggarbambu.

Ketika saya menyinggung tentang adanya informasi pemecatan anggota sanggarbambu paska 1965, hal tersebut dibantah oleh Liek Suyanto. "Tidak benar itu. Tidak ada pemecatan di Sanggarbambu. Kecuali orangnya keluar sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun