Mohon tunggu...
Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jagalah Keperawananmu

18 Desember 2011   17:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Aku nggak bisa balikin lagi perawanku. Perawan ini mahal banget loh. Sebisa mungkin kalian itu bisa jaga. Buat masa depan kamu juga. Nyesel aku mah kayak gini. Jujur aja, nyesel,” demikian dikatakan seorang anak yang dilacurkan di kota “B”, ketika saya berkesempatan bertemu dan berbincang dengannya, lalu meminta dirinya untuk menyampaikan saran kepada anak-anak yang lain.

Anak yang lain di kota yang sama di tempat yang terpisah seakan memberi penegasan tentang pernyataan itu: “Sayang banget ngelepasin perawannya, nggak akan bisa balik lagi meskipun nangis darah juga,”

Soal tidak perawan, memang bukan satu-satunya faktor resiko yang menyebabkan anak-anak mudah dijerumuskan ke prostitusi. Ada berbagai faktor yang satu sama lain bisa saling berhubungan terkait dengan faktor pendorong dan penarik. Umum dipahami, sebagaimana juga terungkap dalam berbagai penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh antara lain, latar belakang kemiskinan, keluarga berantakan, pergaulan bebas, tuntutan gaya hidup, penipuan yang menjerumuskan, dan bekerjanya jaring-jaring kejahatan yang selalu mencari mangsa.

Namun soal keperawanan tampaknya layak menjadi perhatian utama mengingat banyak anak menyatakan salah satu alasan mereka berada di prostitusi lantaran sudah terlanjur tidak perawan lagi. Pernyataan yang bisa menghentakkan dada kita, misalnya dikemukakan oleh seorang anak dari kota “S” : “Daripada gratisan, lebih baik sekalian cari uang,”

Puluhan atau tampaknya mencapai angka lebih dari seratus anak yang dilacurkan yang pernah saya jumpai selama rentang waktu lima belas tahun terakhir, ada perbedaan yang menonjol pada situasi anak-anak di akhir dan awal tahun 2000-an dengan anak-anak pada masa sekarang ini. Pada masa sebelumnya, saya banyak menjumpai anak-anak yang kehilangan keperawanannya diakibatkan karena perkosaan. Sedangkan pada anak-anak di masa sekarang, lebih banyak disebabkan oleh lingkaran gaya hidup bebas.

“Hal itu sudah biasa. Gak gaul kalau tidak seperti itu,” ungkap seorang anak yang masih duduk di kelas 2 SLTA di Kota “P”.

“Kalau teman-teman berani melakukan, masak tidak berani?” ungkap seorang anak yang juga masih duduk di kelas 2 SLTA di kota ”BL”

Maka, mensikapi situasi prostitusi anak yang menurut perkiraan pada tahun 1998 (sejauh ini belum ada data terbaru) ada sekitar 40,000 – 70,000 anak-anak Indonesia yang dilacurkan di wilayah Indonesia (tidak termasuk anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri), saran dari dua anak yang dikemukakan di atas perlu mendapat perhatian dan bisa disosialisasikan ke anak-anak agar mereka memiliki kewaspadaan guna menghindari menjadi korban prostitusi.

Tentu saja, tetap tak terlupa untuk terus menggemakan bahwa melakukan hubungan seksual dengan seorang anak (dibawah 18 tahun) adalah suatu kejahatan. Seluruh aparat penegak hukum harus serius memberikan perlindungan terhadap anak-anak dari kejahatan seksual dengan menjerat para pelakunya.

Salam

Odi Shalahuddin

Yogyakarta, 18 Desember 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun