Mohon tunggu...
Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Apresiasi terhadap Fiksi Kompasiana Mulai Bermunculan

30 November 2011   08:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhamburan puluhan ribu karya fiksi para kompasiana yang terus mengalir tiada henti setiap harinya dalam beragam bentuknya. Walaupun tidak melakukan penghitungan, saya kira terbesar adalah puisi, disusul cerita pendek dan cerita mini, lalu dongeng dan cerita bersambung atau novel. Drama tidak masuk dalam perhitungan saya, karena bila melihat isi-nya lebih pada genre kisah-kisah drama, bukan pada naskah drama lakon.

Kanal fiksiana, yang khusus menampung karya-karya fiksi ini, walau pada kenyataannya ada pula yang memasukkan pada kategori non fiksi, semakin mempermudah kita untuk mencari dan menemukan karya-karya fiksi.

Sejak adanya fiksiana, admin juga telah berperan aktif melakukan penyeleksian terhadap karya-karya yang layak menempati headline, dengan rentang waktu yang lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Pada periode lalu, tak jarang kita dipaksa untuk menatap headline yang terus bertengger sampai dua minggu bahkan lebih.Tentu saja perubahan dan perkembangan ini layaklah untuk mendapatkan penghargaan.

Ada berbagai kepentingan orang menulis fiksi. Mulai dari sekedar curahan hati, ekspresi diri hingga sebagai media belajar menulis yang semakin lama semakin dimatangkan dan bisa dihadirkan pada ruang publik yang lain baik media online ataupun media cetak. Semuanya saya kira adalah sah-sah saja.

Pada kondisi demikian, maka menggeneralisir karya fiksi di kompasiana, walaupun dengan niat baik sekalipun bisa salah penilaian dan alih-alih mendapatkan respon negatif. Kasus yang pernah terjadi misalnya tentang persoalan ”fiksi sampah”, ”kebenaran fiksi” dan yang tentunya masih hangat adalah tentang ”sastra instan”.

Tapi, tak bisa dipungkiri, di luar beragam respon yang muncul, sesungguhnya situasi-situasi tersebut membangkitkan gairah untuk berkarya lebih baik dan menunjukkan kualitas yang layak pula untuk diperhatikan. Beberapa kegiatan para fiksioner didorong oleh situasi tersebut, seperti Malam Prosa Kolaborasi (MPK) dan Festival Fiksi Kolaborasi (FFK) yang tidak saja berhasil menggalang para fiksioner, tetapi juga para kompasianer lain untuk melahirkan karya fiksi dengan jumlah (orang dan karya) yang layak untuk diperhitungkan. .

Beberapa waktu belakangan, saya merasa teramat gembira ketika beberapa kompasianer mulai memberikan perhatian terhadap karya-karya fiksi, melakukan apresiasi dan kritik sastra, yang bisa memberikan pelajaran baru untuk memacu semangat belajar guna meningkatkan kualitas bagi penulis yang tulisannya terpilih dan juga bagi para pembacanya.

Beberapa kompasianer yang tampaknya serius untuk mulai memperhatikan karya dan perkembangan karya fiksi di kanal Fiksiana diantaranya adalah: Kang Insan (Insan Purnama), Zulfikar Akbar, Ramdhani Nur, Hilda, dan Mukhotib MD, dimana kelimanya bukanlah sosok yang asing bagi saya, yang selama ini saya ketahui memang memiliki perhatian terhadap karya fiksi atau pula karya sastra.

Salam

Odi Shalahuddin
Yogyakarta, 30 November 2011

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun