malam bulan purnama. malam dengan beragam kisah. antara kengerian dan keindahan saat lolongan memecah kesunyian dalam sinar bulan bulat sempurna manusia mewujud serigala dalam kekuatan mistis yang mencapai puncaknya keindahan gerak tubuh dan kilatan senjata yang tertangkap mata dari berbagai pertarungan yang dihadirkan dalam kisah-kisah persilatan. kisah masa lalu, tentang ruang pertemuan para tetangga dan saudara, antara anak-anak dan orang dewasa yang berbaur dalam aneka permainan, menikmati malam bagaikan siang.
malam bulan purnama hadir dalam berbagai imajinasi mengenai cinta asmara dua sosok manusia, sesama manusia, hubungan dengan semesta pada lirik-lirik bersahaja, sebagai puisi ataupun senandung lagu dalam ragam irama
malam bulan purnama ah, sengaja terpilih sebagai waktu engkau mempertemukan orang-orang untuk membacakan puisi dan para penikmatnya, di sela kopi, teh dan gorengan yang tersaji. Pembicaraan di sela waktu, bersapa, bercengkrama dalam untaian kata-kata yang bisa pula melahirkan beragam rencana.
Ons Untoro dan Kris Budiman, melalui Rumah Budaya Tembi (RBT), menyapa dan mengajak beranjangsana, padamu, pada siapa saja, yang bersuka. Sastra Bulan Purnama, tajuk yang terbawa, 10 November 2011, putaran kedua.
Ya, putaran kedua, setelah bermula pada 12 Oktober, bersambut suka. ”Kita akan berjumpa, setiap Purnama,” demikian dikata, oleh Ons Untoro, saat menutup acara pada gelaran yang pertama.
Pada saat pertama, daftar nama para lelaki semua, walau perempuan turut juga membaca. Kini kaum perempuanlah yang dimuka. Perempuan membaca, ialah Umi Kulsum, Dorothea Rosa Herliany, Abidah El Khalieqy, Sri Qadariatin, Naomi Srikandi, Ririe Rengganis, Retno Iswandari, ndari Sulandari, Okti Muktini Ali, Maria Pakpahan, Ida Ayu Galuh, Dyah Ayu Wecha, Mutia Sukma, Eko Purwati, dan Herlinatiens.
”Setelah penyair perempuan membaca, silahkan siapa suka, juga bisa turut ke muka,” sapa Ons Untoro pada wall undangan acara.
”Opa KB, itu saya bukan penyair, koq dimasukkan jadi penyair je,” Pada wall Ririe Rengganis bertanya.
”Penyair itu artinya ”orang yang membuat syair. Ga usah aneh-aneh mengartikan sebuah kata.... Kamu sudah banyak bikin syair toh?” sahut Kris Budiman yang ditanya.
Nah, bila engkau berada di Yogya atau kebetulan tengah ada di Yogya, jangan sungkan untuk singgah.
Sastra Bulan Purnama: Membuka Hati, Membaca Puisi
10 November 2011, pukul 19.30 -23.00 Tembi Rumah Budaya, Jln. Parang Tritis km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul
Ayolah ingat, jangan sampai lupa ya....
Salam
Odi Shalahuddin Yogyakarta, 8 November 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H