Cerpen berjudul "Pesan Pendek dari Sahabat Lama" merupakan sebuah cerpen karya Indra Tranggono. Cerita ini menceritakan tentang tokoh Aku yang kehilangan sahabatnya semenjak kerusuhan 30 tahun yang lalu. Dikisahkan tokoh Aku merupakan seorang gubernur. Ia bertemu kembali dengan Gardaz, sahabatnya. Ia merasa bersalah dengan Gardaz karena ia sekarang merupakan seorang gubernur, padahal ia dan Gardaz merupakan pejuang melawan tirani. Gardaz yang kini menjadi seorang geladangan datang kembali untuk untuk meminta kebaikan hati tokoh aku tersebut.
Cerpen ini merupakan cerpen yang sangat bagus, dilihat dari tata bahasanya. Didukung dengan unsur pembangun yang baik, yaitu unsur intrinsik. berikut merupakan analisa dari unsur intrinsik cerpen "Pesan Pendek dari Sahabat Lama".
- Sudut pandang cerita : sudut pandang orang pertama tokoh utama
“ Aku meminta ajudanku meninggalkan kami. Aku mengajak dia masuk ruang tamu….”
- Tokoh :
Gardaz
“Ya, tamu itu benar-benar Gardaz,….”
Aku
“Aku telah kehilangan dia mungkin sekitar 30 tahun….”
istri tokoh aku
“Istriku mencegahku. Dia memintaku untuk….”
- Latar :
tempat :
-kota margaz
“…ia mendatangi komandan daerah militer di kota Margaz.”
-Rumah sakit
“Dia memintaku untuk bertahan di rumah sakit….”
waktu : 30 tahun yang lalu
“Aku telah kehilangan dia mungkin sekitar 30 tahun… waktu itu….”
suasana : digambarkan dalam cerita suasana yang tegang dan rusuh
“ sejak kerusuhan di Ibu Kota itu meletus dan nyawa-nyawa membubung bagai gelembung- gelembung busa sabun: pecah di udara, lalu tiada.”
- tema : persahabatan
“…kawan lama yang terakhir kulihat di kerusuhan Ibu Kota, 30 tahun lalu.”
- penokohan :
-gardaz : digambarkan secara langsung dalam cerita Gardaz merupakan seorang yang baik dan membela kebenaran.
“…Gardaz yang mampu bertahan untuk tetap bersih….”;” Namun, bayangan wajah Gardaz bersama para korban penggusuran….”
-aku : digambarkan sebagai seorang yang tida setia dan tak berbelas kasih
“Gila. Pacarku yang mana?”;”Gadis itu kukenal saat aku mengunjungi ibunya yang rumahnya kamu gusur untuk mal, Bung”.
- alur : campuran
“Waktu itu, di tengah kepungan panser yang siap menggilas siapa saja, doaku sangat sederhana: semoga Tuhan belum berkenan memanggilnya.”
- gaya Bahasa : paradoks
“Aku merasa kehilangan seorang kawan, sahabat yang sangat kukagumi. Namun, aku tak pernah berharap dia kembali lagi.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H