Mohon tunggu...
Alexander Hendy
Alexander Hendy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Art is not a mirror to hold up to society, but a hammer with which to shape it. - Leon Trotsky

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sosialisme Chile 1 : Fasisme Indonesia 0

4 Februari 2014   23:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup sangat membosankan di Indonesia, karena tidak ada variasi/keragaman dan tidak bisa memberikan inspirasi intelektual. Dan memang hal inilah yang mereka rencanakan.

Untuk pergi ke tempat-tempat pertunjukan teater, kebanyakan warga Santiago memilih untuk menggunakan metro, salah satu angkutan publik yang paling baik dan palinge fisien di bumi. Setiap stasiunnya didedikasikan untuk para seniman lokal, banyak yang dilengkapi dengan perpustakaan umum, dan bahkan ada yang dilengkapi dengan bioskop yang memutar film seni yang gratis, di mana seseorang dapat duduk sepanjang hari dengan hanya membayar satu token metro dan bisa menonton film-film klasik yang terkenal di dunia.

Jakarta tidak punya metro, hampir tidak ada tempat pejalan kaki, dan hanya punya beberapa taman publik. Untuk menyeberang jalan, kadang kita harus naik taksi. Kemacetan di kota ini sudah mendekati, beberapa orang bahkan mengatakan sudah mencapai, tingkatan macet total.

Chile merangkul ilmu pengetahuan dan segala sesuatu yang bersifat ‘publik’. Indonesia terjebak dalam budaya pop yang benar-benar tidak keren dan murahan, tenggelam dalam individualisme yang membuat depresi, dan dipaksa untuk mengagumi semua yang bersifat ‘pribadi’.

Negara-negara Amerika Selatan yang menderita akibat kediktatoran brutal yang diterapkan oleh pihak Barat sekarang ini sudah bebas dan punya pemerintahan yang sosialis.

Pemerintahan Indonesia dijalankan oleh para preman, jenderal-jenderal yang sudah tua dan oleh kelompok/klik kapitalis yang muram dan bobrok.

Para perempuan sudah memimpim Brazil, Argentina dan Chile, sementara Indonesia dipimpin oleh seorang laki-laki yang dulu pernah menjadi pemimpin sebuah unit militer di Timor Timur saat terjadi genosida.

Michelle Bachelet yang sudah siap untuk menang di babak kedua dan kembali menjadi Presiden Chile (setelah sebelumnya menjadi kepala UNIFEM) adalah seorang dokter, dokter anak, ibu tunggal dari 3 orang anak dan juga seorang atheis. Ayahnya, seorang jenderal militer di bawah pemerintahan Allende, dibunuh oleh rezim Pinochet, dan Michelle Bachelet juga disiksa secara brutal dalam tahanan. Dia meninggalkan negaramya dan dilatih sebagai dokter di Jerman Timur, sebelum balik ke tanah airnya.

Sementara Camila Vallejo (25 tahun) dan teman-temannya yang juga menjadi pemimpin mahasiswa siap menjadi anggota parlemen di Chile, banyak dari mereka mewakili Partai Komunis. Anggota parlemen perempuan di Indonesia mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh sesama anggota parlemen dan dilakukan di gedung Parlemen. Partai Komunis tegas-tegas dilarang di Indonesia, hanya untuk memastikan bahwa tidak akan ada lagi yang mendorong untuk memperjuangkan reformasi tanah dan keadilan sosial.

Rakyat Chile saat ini berjuang untuk mendapatkan pendidikan dan perawatan medis gratis, dan diharapkan bahwa tuntutan mereka akan terpenuhi selama masa kepemimpinan presiden Bachelet.

Rakyat Indonesia hidup dengan sistem perawatan medis dan pendidikan yang sudah benar-benar bobrok, dan siapa saja yang mampu akan pergi berobat ke rumah sakit di Singapura atau Malaysia, dan pergi sejauh mungkin untuk memperoleh pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun