Mohon tunggu...
imam poldi
imam poldi Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mami Ratna Sarumpaet dan Settingan Unik Politik

9 Oktober 2018   11:00 Diperbarui: 9 Oktober 2018   11:33 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perkembangan media sosial saat ini melaju dengan cepat dan aktual. Informasi yang disampaikan sering kali tidak memenuhi kaidah dalam data dan fakta yang diberikan sehingga menimbulkan bias dalam sesuatu hal yang dibagikan. Banyaknya informasi yang berkembang memberikan manfaat dan sekaligus memberikan bumerang bagi masyarakat terutama masyarakat yang melek dengan teknologi dan media sosial (medsos) pastinya. 

Menurut Yosep Adi Prasetyo, sesuatu hal yang ditulis dan dibagikan melalui media sosial sejatinya berbentuk informasi yang dapat dikomunikasikan siapa saja serta dikelola secara individual. Selain itu, masyarakat yang menulis dan membagikan informasi di media sosial tidak memiliki pertanggungjawaban yang pasti seperti produk pers. Bersifat bebas dengan memanfaatkan teknologi serta dibagikan melalui Twitter, Facebook, Instagram, Whatsapp dan lainnya. Kemudian, sumber informasi tersebut bersifat tidak resmi, tidak jelas dan dapat direkayasa.

Informasi maupun berita yang saat ini berkembang begitu cepat di Indonesia, perlu dicermati dan ditelaah guna menghindari adanya Hoax maupun Fake News yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Mengapa demikian? Karena saat ini perkembangan informasi sungguh luar biasa dan dapat dibagikan oleh siapa saja serta tidak menutup kemungkinan adanya rekayasa-rekayasa yang sengaja dibuat untuk membuat sesuatu hal menjadi luar biasa. 

Hoax dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditulis dengan "hoaks" yang berarti berita bohong. Sedangkan menurut Ahli Komunikasi dari Universitas Indonesia Professor Muhammad Alwi Dahlan menjelaskan bahwa Hoax merupakan kabar bohong yang sudah direncanakan oleh penyebarnya. Kabar bohong yang sudah direncanakan ini dapat memberikan opini-opini kepada publik untuk digiring demi kepentingan-kepentingan seperti ekonomi maupun politik.

Kita ambil contoh gampang, menjelang pemilihan pilpres 2019 saat ini, sangat mudah untuk menemukan Hoax yang sengaja dibuat demi kepentingan politik. Saat ini yang paling menjadi trending topic adalah kasus penganiayaan terhadap mami Ratna Sarumpaet di Bandung yang terbukti Hoax yang sengaja dibuat dan disebarluaskan. Dalam berita penganiayaan yang diciptakan oleh mami Ratna Sarumpaet, diceritakan kepada media oleh ibu Nanik S Deyang bahwa mami Ratna Sarumpaet dianiaya oleh tiga orang pada 21 September 2018 disekitar Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat setelah menghadiri acara konferensi dengan peserta beberapa negara asing di sebuah Hotel. 

Seolah di dramatisir, mami Ratna Sarumpaet naik taksi dengan peserta asal negara Sri Lanka dan Malaysia. Kemudian, Hoax yang dibagikan ke masyarakat bahwa mami Ratna Sarumpaet telah merasa curiga karena taksi diberhentikan agak jauh dari keramaian dan kedua temannya juga turun dan berjalan menuju bandara. Akan tetapi, mami Ratna Sarumpaet ditarik oleh tiga orang tidak dikenal ke tempat gelap dan dihajar habis-habisan hingga menginjak-injak bagian perut mami Ratna Sarumpaet dan dilempar ke pinggir jalan yang menyebabkan bagian samping kepalanya robek. 

Lebih anehnya lagi, cerita fiktif itu tidak hanya sampai disitu. Lalu, dengan sisa tenaga yang ada, mami Ratna Sarumpaet mencari kendaraan menuju rumah sakit di Cimahi serta segera menelepon seorang dokter bedah untuk segera ditangani. Hoax ini disebarkan oleh ibu Nanik S Deyang yang merupakan Wakil Ketua Tim Sukses Pemenangan Prabowo-Sandiaga dan merupakan seorang jurnalis senior di Indonesia. Tidak mungkin sekali seorang jurnalis senior menyampaikan informasi tanpa ada data dan fakta yang jelas.

Selain itu, seolah-olah ada penyerangan yang dilakukan oleh lawan politik Prabowo-Sandi. Sampai sekelas Calon Presiden mengeluarkan pernyataan yang keras terkait kekerasan Hoax yang dialami mami Ratna Sarumpaet. "Perbuatan itu dilakukan terhadap ibu-ibu yang usianya sudah tua. Itu tindakan pengecut" serta "Seorang ibu berusia 70 tahun yang berjuang untuk orang miskin, berjuang untuk demokrasi (diperlakukan tak manusiawi). Ini ancaman serius terhadap demokrasi." 

Pernyataan tersebut seolah-olah benar adanya tanpa ada data dan fakta yang jelas. Akan tetapi, ketika dibuktikan oleh Polisi apa yang terjadi? Tidak ada fakta pendukung dengan kejadian-kejadian yang diceritakan oleh ibu Nanik tentang mami Ratna Sarumpaet. Ini merupakan hal yang ganjil pastinya menjelang pemilihan presiden tahun 2019. Tentu hal ini memiliki tujuan yang pastinya mengarah kepada politik di tengah masa kampanye.

 Seharusnya, menjelang pesta demokrasi 2019 itu dilakukan persaingan yang sehat antar calon sehingga menghasilkan kualitas yang baik juga. Saya pikir, sebagai masyarakat yang kritis dalam informasi kita bisa membedakan dan menilai dari salah satu contoh nyata yang terjadi saat ini. Apalagi menjelang pemilihan presiden saat ini, bahwa kejadian Ratna Sarumpaet adalah Hoax yang disengaja untuk tujuan tertentu, bahwa Hoax  tersebut adalah settingan atau drama politik yang sengaja dibuat untuk tujuan-tujuan politik pastinya.

*FIKOM Gunadarma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun