Mohon tunggu...
Ocyid
Ocyid Mohon Tunggu... Lainnya - xocyid.wordpress.com

In the Age of Information, being unknown is a privilege

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Indonesia Berdasarkan Buku Klasik (Bagian 1): Sribhoga (Sribhoja) dalam Catatan Biksu I-Tsing

19 Maret 2024   21:19 Diperbarui: 23 Mei 2024   01:03 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Identifikasi Sribhoga (Sribhoja) yang disebutkan berada di Palembang/Dok Pribadi


Pendahuluan

Pada sekitar tahun 1800-an hingga awal abad ke-20, terdapat gerakan penerjemahan kitab-kitab suci dunia, khususnya yang berasal dari timur, ke dalam bahasa Inggris. Gerakan monumental ini menghasilkan suatu koleksi buku-buku, yang terdiri dari 50 volume, yang disebut “Sacred books of the East”. 

Gerakan yang diprakarsai oleh profesor Friedrich Max Müller ini membuat banyak buku-buku kuno dari berbagai bahasa kini, atau pada masa itu, hadir dalam bahasa Inggris, termasuk di dalamnya Al Quran yang diterjemahkan oleh profesor EH Palmer pada 1880, kitab-kitab klasik Cina yang diterjemahkan oleh profesor Jemes Legge, Dhammapada Buddha yang diterjemahkan oleh profesor Muller, dan sebagainya. 

Salah satu orang yang terlibat dalam penerjemahan ini adalah sensei Takakusu Junjiro, B.A., Ph.D. yang terlibat dalam penerjemahan kitab Mahayana Buddha (Buddhist Mahayana Texts). Sensei ini jugalah yang menerjemahkan catatan biksu I-tsing (Yijing):“Nan-hai-chi-kuei-nai-fa-ch'uan” (Record of the Inner Law sent home from the Southern Sea) tertanggal 671-695 Masehi – dalam bukunya “A Record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago” yang diterbitkan pada tahun 1896 dan didahului oleh surat dari profesor Max Müller kepada beliau pada bagian kata pengantar. 

Buku ini sendiri, atau catatan biksu I-tsing, sebetulnya berfokus pada praktek-praktek agama Buddha di sekitar nusantara dan India pada masa itu -  sebagaimana yang tercermin dari judul buku tersebut. Pun begitu, tetap ada catatan-catatan penting yang berhubungan dengan sejarah Indonesia yang mungkin, atau seharusnya, tidak terlewatkan. 

Dari catatan inilah, kita dapat menembus waktu dan, setidaknya, meraba asal-usul bangsa kita sendiri – walau mungkin tidak dengan satu kepastian. Bermodal tekad dan nekat, penulis memberanikan diri untuk menorehkan hal-hal menarik yang penulis temui pada buku tersebut dalam satu cakupan “kritisasi (dan bukan ‘kritik’) sastra” - yang sebetulnya mengarah pada “pertanyaan-pertanyaan” (dan bukan kesimpulan-kesimpulan) terkait keterangan-keterangan yang ada dalam buku tersebut. Namun, sebelumnya...

Salah satu metode “receh” yang penulis gunakan dalam tulisan ini, di antara metode-metode remeh-tidak jelas nan tidak penting, adalah membandingkan antara catatan biksu I-tsing dengan keterangan-keterangan terkait topik yang sama yang ada di masa ini – khususnya tentang kerajaan Malayu atau Sribhoga (Sribhoja). Salah satu keterangan menarik yang penulis temukan terkait kerajaan Sribhoja adalah adanya keterangan yang mengaitkan kerajaan ini dengan kerajaan Sriwijaya

Keterkaitan ini dapat kita lihat dalam laman Wikipedia tentang Sriwijaya atau dalam artikel di situs Historia.id berjudul Mempertanyakan Eksistensi Sriwijaya yang ditulis oleh Risa Herdahita Putri (08 September 2019). 

Dalam artikel ini disebutkan bahwa “Takakusu… pada 1896 pun belum mengenal Sriwijaya. Nama itu dikira transkrip Tionghoa dari nama asli Sribhoja (Sribhoga)”. Sedikit catatan, dalam bukunya pada bagian “General Introduction” halaman xvii-xviii, Takakusu sensei menjelaskan bahwa biksu I-tsing, dalam perjalanan pulangnya, sempat menetap di Sribhoga di mana sensei Takakusu menuliskan (dalam tanda kurung) “Palembang, in Sumatra”:

Identifikasi Sribhoga (Sribhoja) yang disebutkan berada di Palembang/Dok Pribadi
Identifikasi Sribhoga (Sribhoja) yang disebutkan berada di Palembang/Dok Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun