Penulis : Octavino Arya Prapanca
Virus COVID-19 mulai mewabah di seluruh dunia sejak maret 2020 lalu. Virus ini berasal dari Negara Cina, lebih tepatnya Wuhan yang disebabkan oleh hewan kelelawar. Virus ini sangat mempengaruhi semua sektor kehidupan, terkhususnya pada sektor pendidikan, mengingat kegiatan belajar mengajar di sekolah yang terdiri dari ratusan hingga ribuan jiwa, termasuk pengajar dan peserta didik.Â
Agar virus COVID-19 tidak menyebar luas, maka dibuatkanlah solusi alternatif, yaitu pembelajaran secara daring (dalam jaringan). Pembelajaran daring ini biasanya ditandai dengan pelaksanaan kelas secara virtual atau online class (kelas online).Â
Pembelajaran melalui daring ini mewajibkan para siswa maupun guru untuk memakai alat perangkat, seperti : laptop, hp, dll. Kegiatan pembelajaran daring ini dilaksanakan di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari SD, SMP, SMA, hingga ke Perguruan Tinggi. Pembelajaran secara daring ini juga bukan hanya dilaksanakan di Indonesia saja, seluruh dunia melakukan hal yang sama, karena virus ini menyebar ke seluruh pelosok bumi.
Berbicara mengenai proses pembelajaran secara daring, banyak sekali tanggapan-tanggapan mengenai pembelajaran secara daring ini mulai dari tanggapan positif maupun negatif yang dilontarkan baik dari peserta didik maupun dari pengajar itu sendiri, yang biasanya terdiri dari beragam alasan.Â
Termasuklah saya sendiri sebagai Mahasiswa di  Perguruan Tinggi Negeri di Tanjungpinang yaitu Universitas Maritim Raja Ali Haji. Selama 3 semester pelaksanaan perkuliahan secara daring, banyak sekali tanggapan yang dapat saya lontarkan mengenai sistem pembelajaran ini, baik tanggapan positif maupun tanggapan negatif. Tanggapan-tanggapan tersebut akan segera saya jelaskan secara lebih lanjut.
Terdapat beberapa tanggapan positif yang dapat saya berikan mengenai pembelajaran secara daring ini. Yang pertama yaitu, lebih efisien, kenapa saya katakan efisien, itu dikarenakan metode pembelajarannya, seperti pembuatan tugas contohnya, kalau misalnya pembelajaran tatap muka atau pembelajaran seperti biasa, tentunya peserta didik harus menulis di buku kemudian nanti dikumpulkan kepada pengajar secara langsung, namun, jika pembelajaran secara daring, pembuatan tugas dapat diketik sehingga tidak membuat lelah karena tidak perlu menulis dan pengumpulannya tidak secara langsung, seperti contohnya : pengumpulan melalui google form, google classroom, ataupun whatsapp group. Selain itu juga, sumber informasi, jika pembelajaran biasa kebanyakannya harus mencari jawaban di buku, nah pembelajaran secara daring, kita dapat memanfaatkan internet sebagai sumber informasi yang lebih lengkap dan luas.Â
Kemudian yang kedua, selain efisien, pembelajaran secara daring ini juga lebih menghemat biaya, kenapa dikatakan lebih hemat biaya, itu dikarenakan kita tidak perlu hadir di sekolah yang biasanya membutuhkan kendaraan agar sampai kesana, biasanya kendaraan pasti membutuhkan bahan bakar yang membutuhkan uang untuk membelinya.Â
Nah, inilah yang dikatakan lebih menghemat biaya, karena pembelajaran secara daring ini, kita tidak perlu hadir di sekolah, pembelajaran dapat dilakukan dimana saja termasuk di rumah, karena pembelajaran dilakukan melalui kelas virtual atau online class.
Lalu yang ketiga, yaitu mudah didokumentasi, ini dikarenakan peserta didik tidak perlu lagi mencatat di buku tentang materi yang diberikan pengajar, karena pada pembelajaran daring biasanya pengajar menampilkan materi pembelajaran melalui powerpoint yang biasanya bisa dibagikan kembali ke grup kelas ataupun aplikasi khusus pembelajaran. Jadi, peserta didik tidak perlu mencatat lagi materi pembelajaran yang diberikan, cukup buka saja file materi pembelajarannya yang sudah dibagikan di grup kelas ataupun aplikasi.
 Kemudian yang terakhir, yaitu pengalaman belajar yang lebih menarik, dikatakan lebih menarik karena biasanya dalam pembelajaran biasa atau tatap muka, media yang paling sering digunakan adalah papan tulis dengan spidol sebagai alat tulisnya.Â