Â
Hari itu
Aku menemukanmu duduk di depanku, larut dalam perbincangan dengan seorang kawan. Aku hanya duduk dalam diam menatapmu dari belakang.
Lantas, entah darimana dan hendak ke mana, seorang perempuan melintas. Melintas tepat di depanmu seakan tanpa niatan apa pun. Namun hatiku samar-samar membaui hatinya. Aku tahu ia ingin mengatakan, ini aku, lihatlah...
Aku memergoki matamu bergerak mengikuti sosoknya. Sedetik. Lalu matamu beralih. Jatuh ke bawah.
Aku terpukau menyaksikan cara matamu mengerjap dengan kokoh. Baru kusadari, betapa elok bulu matamu saat kau mengerjapkan matamu itu. Bulu matamu mengentak, seakan hendak mengibaskan sesuatu yang mengganggu dan tak perlu. Aku terpana tatkala mencoba mencerna bahasa bulu matamu.
Mataku berkedip saat terus mengawasimu diam-diam. Bulu mataku saling berentakan, melepas pesan kerinduan kepadamu. Kepada bulu matamu. Kuberharap bayanganku tersangkut di sana. Di bulu matamu.
Agar ke mana pun kau memandang, diriku selalu terperangkap di sana, di dalam matamu. Sehingga aku dapat selamanya bersemayam di sana, di dalam lubuk jiwamu...
Â
Octaviana Dina
Jakarta,
Desember 2015
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H