[caption caption="La Despedida by Remedio Varo Uranga"]keterangan gambar : La Despedida by Remedio Varo Uranga
Â
Tanpa disadari, kita menjelma jadi sepasang hantu. Sepasang hantu yang gemar saling menghantui dalam senyap yang hana, sonya dan sunyi. Bermain terka bermain duga, menyambangi mimpi, dan bergentayangan dalam benak.
Kita sepasang hantu penakut. Bersembunyi dalam temaram dan enggan mengaku. Hari demi hari sibuk menipu dan tak henti mendustai diri meski pertanda itu telah tergurat cemerlang : perjumpaan kita adalah ajaib.
Perjumpaan ajaib adalah satu di antara sejuta, dan hanya digariskan bagi pasangan-pasangan kekasih magis. Seperti diriku dan dirimu. Seperti diri kita.
Namun kita lebih suka jadi hantu, yang berdiam dalam bayang-bayang seraya menutup bibir-bibir kita dengan hukum yang memberangus kejujuran, seraya sibuk membungkam hati yang kasmaran.
Betapa kita adalah sepasang hantu pengecut. Berpura-pura tak mengerti sementara jiwa kita setiap waktu saling memanggil dalam rindu.
Akan tetapi, waktu yang perlahan akhirnya menyinari ambang kesadaran: bahwa menjadi hantu adalah pilihan terbaik. Percintaan kita ialah percintaan roh, yang telah melampaui ujian ragawi.
Betapa beruntung kita sesungguhnya. Sebab aku dan engkau tetap teguh bersetia di tempat kita masing-masing tegak tanpa berkalang kecemaran.
Tempus fugit, amor manet.
Waktu berlalu, cinta menetap.
Spero noster amor ad aeternum.
Semoga cinta kita selamanya.
Mari, sayangku, hantuilah aku selalu. Akan kukirimi benakmu bayangan senyumanku senantiasa setiap waktu. Mari kita saling menghantui dengan cinta yang menggenangi segenap jiwa hingga kesudahan jaman.
Sumus umbra, sumus in amore,
ad infinitum, ad aeternum.
Kita adalah sepasang hantu dalam dekapan cinta,
tak terhingga, hingga selama-lamanya.
Â
Octaviana Dina
Jakarta, April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H