Jika itu diberlakukan untuk kunjungan umum mungkin sah-sah saja walaupun tetap terasa kurang pas juga, tapi kalau dikenakan untuk ibadah kunjungan yang kedua dan seterusnya maka biaya segitu besar kesannya seperti mengambil keuntungan dalam kesempitan. Jelas-jelas orang mau beribadah, bukannya dibantu malah terkesan memanfaatkan aji mumpung atas kedatangan manusia dari seluruh penjuru bumi untuk melaksanakan ibadah.Â
Dengan naiknya biaya visa tersebut sudah barang tentu pelaksana usaha umroh di tanah air akan berhitung ulang terhadap biaya yang akan dibebankan kepada calon jemaah yang akan berangkat, terutama bagi yang akan melaksanakan ibadah umroh kedua dan seterusnya. Berdasarkan informasi dari media di timur tengah sana, tahun 2016 ini Indonesia menduduki urutan ketiga (kurang lebih 699.000) untuk urusan mengirimkan jemaah umroh setelah Mesir dan Pakistan. Tapi apa hendak dikata, namanya orang mau niat beribadah maka berapapun angka dipasang tokh tetap akan dilakoni.
Habis mau bagaimana lagi, faktanya negara Arab Saudi memang tidak memiliki sumber daya lain sebagai tambahan sumber pemasukan negara, Â mau tidak mau akhirnya memanfaatkan kesempatan yang ada di depan mata. Entahlah kalau harga minyak mentah nanti akan kembali naik, apakah biaya visa akan kembali normal atau tidak. Tapi melihat perekonomian global saat ini, nampaknya mimpi harga minyak kembali perkasa akan sulit terlaksana dalam waktu dekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H