Penghapusan skripsi juga bisa dilihat sebagai langkah untuk mendorong inovasi dalam evaluasi akademik. Menilai mahasiswa berdasarkan proyek kolaboratif, presentasi publik, atau portofolio mungkin lebih mencerminkan tantangan dunia nyata. Hal ini dapat merangsang mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih kuat, yang sangat penting dalam dunia profesional saat ini.
Namun, transisi ini tidak tanpa tantangan. Penilaian alternatif harus adil, obyektif, dan dapat diandalkan. Institusi harus mengembangkan kerangka evaluasi yang sesuai, menghindari penilaian yang dangkal atau tidak konsisten.
Kesimpulan: Antara Kenangan dan Beban
Penghapusan kebijakan skripsi memicu refleksi mendalam tentang nilai dan beban yang dibawanya. Meskipun skripsi memiliki nilai penting dalam perkembangan akademis, pengganti alternatif seperti proyek kolaboratif dan portofolio memberikan mahasiswa peluang untuk mengembangkan keterampilan yang lebih luas dan relevan di dunia nyata.
Namun, proses ini juga harus dijalani dengan hati-hati. Institusi harus memastikan bahwa penilaian alternatif benar-benar mencerminkan kemampuan akademis dan penelitian mahasiswa. Keselarasan antara pengembangan keterampilan praktis dan kemampuan penelitian mendalam harus dijaga.
Di era yang berubah dengan cepat, perubahan kebijakan pendidikan tinggi harus responsif dan dipertimbangkan dengan matang. Bagaimanapun bentuk evaluasi akhir yang diambil, tujuan utamanya harus tetap sama: memberikan pendidikan berkualitas dan relevan bagi mahasiswa agar mereka siap menghadapi tantangan dunia nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H