Mohon tunggu...
Roy Octara
Roy Octara Mohon Tunggu... lainnya -

Segala tentang fiksi, misteri, horor dan humor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FFM] Owl and Wolf

27 Oktober 2013   15:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1382861669615065608

[caption id="attachment_297377" align="aligncenter" width="550" caption="ilustrasi : how2drawacupofcoffee.com"][/caption]

Sudah 25 tahun Tim hidup dengan Maria. Meski hanya separuhnya Maria benar-benar mengingat Tim. Selama 12 tahun terakhir, Maria mengalami lumpuh ingatan karena kecelakaan . Ia tak mengingat apa-apa dalam 30 tahun terakhir hidupnya. Hal terakhir yang ia ingat hanya saat kelulusannya menjadi sarjana. Sayangnya, mereka baru bertemu lalu menikah 5 tahun setelahnya. Kisah cinta yang kini terbungkus amnesia parah yang diidap Maria.

Kini, setiap hari Tim selalu menyuguhkannya kopi untuk Isterinya. Suatu ritual yang dulu lazim mereka lakukan setiap pagi di cafe-cafe kota Paris. Tim tahu, kandungan kopi memang bisa merangsang ingatan sesorang. tapi bukan itu yang ia andalkan. Tim selalu memesan cangkir-cangkir khusus untuknya. Cangkir-cangkir bergambar kartun serigala dan burung hantu. Tim serigala dan Maria burung hantu. Begitu selama ini mereka saling memanggil. Di setiap cangkir-cangkir itu bertuliskan kalimat-kalimat tentang mereka berdua. 'Burung hantu yang pintar melukis', 'Serigala aneh yang mencintai burung hantu', 'Burung hantu pecandu kopi', dan lainnya. Tim berharap Maria mampu kembali menemukan dirinya dari semua itu.

---------- Owl and Wolf ----------

Paris pagi ini di bawah reruntuhan hujan. Di beranda rumah sederhana, 20 tahun kemudian, Tim masih memberikan Maria secangkir kopi.

"Tim, aku mencintaimu," ujar Maria tiba-tiba. Sebuah kalimat yang sudah puluhan tahun ini tak pernah lagi didengarkan oleh Tim. "Apa? Kau sudah mengingatnya?" Tanya Tim gugup. "Iya! Tim! Aku sudah mengingatnya. Kau adalah serigalaku yang bodoh," jawab Maria lirih dengan kedua mata tuanya yang sudah basah. "Oh Tuhan.." Tim memeluk Maria dengan penuh isak tangis.

Maria membalas pelukan Tim lebih erat dan kuat. Mungkin itu pelukan terbaiknya pada seorang pria.

"Sayang! Tunggulah. Aku akan membawakan sesuatu untukmu." Ujar Tim sambil bergegas dengan tubuh rentanya, mengambil sesuatu ke dalam rumah.

Entahlah. Mungkin Tim akan membawa tumpukan foto-foto kenangan mereka dulu. Atau kanvas-kanvas lukisan Maria.

Sementara itu, Maria menatap cangkir kopi di tangannya lekat-lekat. Bergambar sepasang serigala dan burung hantu dengan tulisan 'Burung hantu yang pencemburu'.

Maria memejamkam kedua mata. Air matanya semakin tumpah. Tangannya bergetar. Jerit kepedihannya tertahan. Cangkir itu jatuh dan terbelah menghantam lantai. Pecahan serigala dan burung hantu terpisah di antara tumpahan hitam kopi. Segelap dan masih sekelam ingatan Maria kini.

"Tuhan. Bagaimana caranya agar aku benar-benar bisa mengingat semua ini," bisiknya.

-Selesai-

@OctaraRoy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun