Mohon tunggu...
Octa Dwinanda
Octa Dwinanda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang anak manusia yang suka menulis, tapi susah untuk menuangkannya. Lihat tulisan saya juga di blog pribadi: octadwinanda.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berikhtiar di Atas Restu Sepasang Bidadari

16 Oktober 2013   11:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:28 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore 15 September 2013, saya dapat giliran untuk menjaga lapak analisa tubuh gratis berukuran 1,5 x 2  meter di Plaza Buaran Jakarta Timur. Sebelum berangkat saya pamit dengan istri dan anak-anak dan minta didoakan semoga sukses. Tidak lupa juga mampir ke rumah orang tua untuk mengambil beberapa peralatan. Saya ceritakan juga ke ibu bahwa saya akan menjaga lapak di mall. Saya pamit dan ibu saya mengantarkan sampai ke pintu pagar sambil mengangkat dua jempol seraya berkata, “Sukses ya, nak”. Rankaian kata dari seorang ibu bagaikan setitik air di hamparan gurun luas... Menyejukkan hati....

Dengan berbekal kata-kata penyemangat tersebut , saya geber gas motor menuju mall untuk  menjemput rezeki.

Jadwal jaga lapak sore sebenarnya sudah dimulai sejak pukul 4 sore. Tapi karena saya harus berkunjung ke rumah mertua yang sedang pergi haji, saya baru bisa sampai di mall sesaat sebelum azan magrib.

Sesampainya di lapak, beberapa teman sudah berada di lokasi sedang duduk-duduk dan 1 orang sedang melakukan aksi sebar flyer nutrisi kesehatan sambil menawarkan jasa analisa tubuh gratis. Setelah bertegur sapa, saya bergegas menuju mushollah mall yang berada satu lantai tidak jauh dari lapak.

Setelah kewajiban sholat magrib terpenuhi, perjuangan dimulai. Setumpuk flyer warna-warni dan buku form isian analisa tubuh saya keluarkan dari tas hitam yang saya bawa. Dengan sedikit canggung, saya temani teman saya yang sejak saya datang sudah berdiri di depan lapak sambil sebar flyer.

Dengan senyuman tulus saya sebar flyer satu demi satu. Ada yang meraih flyer dengan wajah datar, ada yang sambil tersenyum. Ada pula yang tersenyum sambil mengangkat tangannya menandakan penolakkan. Ada juga yang berjalan melalui sisi jauh dari tepat saya berdiri sambil memalingkan wajahnya.

Apa pun tanggapan para pengunjung mall, saya terus sebar flyer yang ada di tangan  dengan tetap menyunggingkan senyuman yang mungkin sedikit tercoreng dengan rasa kecewa karena beberapa kali ditanggapi dengan dingin oleh pengunjung. Hmmm... seharusnya tidak begitu. Yah, tapi kecewa itu wajar lah... Saya hanya bisa berusaha untuk menyembunyikan kekecewaan itu dengan lebih mengangkat lagi kedua sisi ujung bibir ku.

Usaha ku tidak hanya sebatas menyebar flyer saja. Saya selipkan informasi seperlunya agar orang-orang lebih mengetahui lebih jauh lagi apa yang saya tawarkan. “Analisa tubuh gratis, pak”. Silahkan pak, timbang gratis untuk mengukur kadar lemak dan massa otot”. Di beberapa kesempatan untuk menyakinkan orang dengan apa yang saya tawarkan, saya perlihatkan foto saya dulu ketika mengalami obesitas yang ada di HP blackberry saya. Saya jelaskan bahwa saya turun 15 kilo dalam waktu 3 bulan.

Tidak beberapa lama, usaha saya membuahkan hasil. Beberapa orang akhirnya mendekat dan bertanya-tanya, dan akhirnya mau untuk dianalisa tubuhnya. Bahkan, tanpa disangka pengunjung datang bertubi-tubi. Belum selesai menimbang, sudah datang yang lain. Syukur alhamdulillah ada teman yang membantu.

Alhasil, hari itu saya mendapat cukup banyak data calon pelanggan untuk di follow up lebih lanjut dan berhasil mendapatkan cash keras hasil dari penjualan paket sarapan sehat.

Ingin saya sampaikan ke ibu tentang ini, tapi beliau sudah tertidur pulas dikamarnya ketika saya mampir ke rumahnya. Di rumah saya ceritakan perjuangan ku ke istri. Sambil tersenyum-senyum dengan penuh arti istriku berucap,”Selamat ya yang”.

Itulah cerita saya tentang berikhtiar menjemput rezeki diatas restu sepasang bidadari. Cerita tentang seorang suami yang memohon doa restu kepada istri sebelum mencari nafkah. Cerita seorang anak yang memohon doa restu kepada ibu sesaat sebelum berikhtiar menggapai rezeki.

Salam Bahagia,
Octa Dwinanda

NB: Cerita diatas adalah sebagai pengingat diri bahwa segala ikhtiar yang saya lakukan, haruslah dengan restu dan doa sepasang bidadari, yaitu istri dan ibu. Semoga bermanfaat juga untuk pembaca...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun