Mohon tunggu...
Octa Alfiana
Octa Alfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi! Aku Octa Alfiana, hobi aku menonton film, lebih tepatnya ngedrakor hehheheheh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengurai Kontroversi Pajak Bea Cukai yang Membesar

7 Mei 2024   22:14 Diperbarui: 7 Mei 2024   22:35 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Octa Alfiana 

06 Mei 2024 07.00 WIB

Tindakan Bea Cukai dan DJBC yang menimbulkan kontroversi terkait penanganan impor dan ekspor barang. Beberapa kasus, seperti pengenaan bea masuk yang dianggap tidak adil terhadap barang impor, menjadi sorotan utama dalam perdebatan publik. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpuasan di kalangan masyarakat terhadap kebijakan yang diterapkan oleh Bea Cukai.

Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah ramai dikiritik akhir-akhir ini. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani turun tangan untuk menanggapi kritik tersebut.

Beberapa kasus yang viral seperti pengiriman sepatu seharga Rp10 juta yang dikeluhkan pria bernama Radhika Althaf karena dipungut bea masuk lebih dari Rp30 juta. 

Menurut keterangan yang didapatnya dari Bea Cukai Soetta, nilai sepatu yang dikirimkan perusahaan jasa titipan DHL lebih rendah dari harga aslinya. "Bea Cukai melakukan koreksi untuk penghitungan bea masuknya. Ini mengakibatkan pembayaran denda dan itu dilakukan oleh perusahaan DHL. Jadi, (denda) bukan (dibayar) oleh Radhika Althaf.

Kasus-kasus kontroversial yang terjadi di Bea Cukai menunjukkan bahwa masih banyak kekurangan dalam sistem penanganan kepabeanan, yang menyebabkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat.

Kasus lainnya yakni barang hibah untuk Sekolah Luar Biasa atau SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta. Barang berupa alat belajar siswa tunanetra bernama taptilo itu dikirim dari Korea Selatan

Barang itu tiba di Indonesia sejak 18 Desember 2022, tetapi pihak sekolah malah diminta melengkapi sejumlah dokumen, bahkan ditagih ratusan juta untuk menebus barang tersebut. Namun, Sri Mulyani telah meminta Bea Cukai membebaskan barang tersebut karena merupakan hibah.

intervensi yang dilakukan oleh Sri Mulyani dalam menanggapi kritik terhadap DJBC memberikan gambaran yang jelas akan pentingnya responsivitas pemerintah terhadap aspirasi publik terkait dengan kualitas layanan publik. Dengan turun langsung tangan untuk menyelesaikan kasus-kasus yang menuai kontroversi, langkah ini tidak hanya menunjukkan kepedulian terhadap kekhawatiran masyarakat, tetapi juga menegaskan komitmen pemerintah untuk memperbaiki sistem birokrasi yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan.

Lalu, di manakah letak permasalahan yang membuat kasus-kasus tersebut terjadi dan Bea Cukai dikritik adalah karena kelemahan pengawasan internal di lembaga tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun