Mohon tunggu...
Sinensis Jyotio
Sinensis Jyotio Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

One Hand for One Love

27 Oktober 2018   22:14 Diperbarui: 27 Oktober 2018   22:34 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tinnnn...tinnnnn!!!" hiruk pikuk di Jakarta tidak pernah usai. Kala itu Yudhi harus bersabar dengan kemacetan di malam minggu. Kali ini kesabarannya terasa sudah mau habis. Sebab dia harus segera mengerjakan laporan magangnya yang kini kian menumpuk. Kopaja yang yang dinaikinya tidak mengurangi garangnya saat menembus kemacetan.

"Woy tolol, pelan-pelan, tau nggak ni lagi macet!!!" terdengeran seruan pengendara mobil.

Hal ini menambah kencang urat kepala Yudhi yang tak sabar untuk segera pulang. Seorang nenek yang duduk disebelah sampingnya tampak mual dengan cara mengemudi supir kopaja yang ugal-ugalan. Yudhi tampak was-was jika suatu waktu sang nenek yang duduk disebelahnya muntah.

Untung saja diperempatan Ciledug ia segera turun lalu mencari angkot. Namun hal itu semakin menambah kejengkelannya, sebab dilihatnya seorang bapak berpeci tampak sibuk dengan smarthphone digenggamannya. Ia tampak menandai postingan digrup whatsapp yang berisi hoax "masuk surga jika share keorang-orang". Orang-orang tampak kesal dengan supir angkot itu, padahal sudah penuh sesak.

"Bang masih lama nggak nih?" Yudhi bertanya dengan ketus karena kesal.

"Bentar dua orang lagi" jawab sang supir yang masih ngetem dipinggir jalan.

Hari itu mau tak mau ia memilih turun lalu mencari ojek online. Sesampai di kos, Yudhi merebahkan diri sejenak, lalu mandi dan melanjutkan menulis laporannya. Hari ini yang paling mengesalkan selama hidupnya. Sejenak ia merasa menyesal magang di Ibu Kota yang penuh polusi dan masalah.

Maklum, ia tidak punya siapa-siapa disana, dan untuk mendapatkan kos yang murah, mau tak mau ia harus mencari di daerah luar Jakarta. Ia tidak lagi berminat lagi untuk bekerja di perusahaan asuransi tempatnya magang. Meskipun ia mendapat gaji yang lumayan untuk menunjang hidupnya di Ibu Kota.

Ia melihat sendiri bagaimana cueknya karyawan disana, meskipun hanya ada satu yang bisa akrab dengannya. Tugas menginput data mulai dijalani dengan rasa bosan. Ia butuh piknik untuk melepas belenggu rasa bosan. Namun apa daya, ia hanya mendapatkan satu hari libur yang tak cukup untuk melepas rasa penatnya.

Suatu ketika saat melewati jembatan penyebrangan orang (JPO), iya melihat beberapa anak muda yang sedang asik bercengkrama dengan anak jalanan. Namun ia tidak menghiraukannya, ia terus berjalan dengan rasa lelahnya sembari menunggu kopaja lewat. Tampak seorang perempuan menghampirinya menawarkan donat padanya, dengan cuek Yudhi menolaknya.

Yudhi terus memperhatikan wajah perempuan itu, tampak familiar baginya. Kopaja yang ia tunggu akhirnya datang, dan menikmati macetnya Jakarta seperti biasanya. Hari Minggu sekaligus hari liburnya, Yudhi datang ke gereja. Ia bertemu dengan perempuan yang menawarkan donat padanya. Tampak ia datang sendirian dan duduk dibangku paling depan.

Yudhi terus memperhatikan perempuan itu. Tampaknya ia bukan perempuan yang kurang mampu. Ia memakai dress berenda warna biru dan rok warna hitam, rambut panjangnya ia ikat ekor kuda, jika dilihat lebih dekat wajahnya tampak cantik. Secara tak sengaja mata mereka bertemu, dengan cepat Yudhi memalingkan wajahnya.

Yudhi penasaran dengan perempuan penjual donat dipersimpangan JPO itu. Selesai misa, ia melihat perempuan itu bergabung bersama anak muda lainnya menggotong kardus kesebuah mobil. Mata mereka kembali bertemu lagi, kali ini Yudhi tak bisa menghindar, karena sang perempuan mendekatinya.

"Selamat pagi kak, apakah kakak yang duduk di JPO itu?" tanya perempuan dengan penasaran.

"Iya, kamu yang berjualan donat itukan?" tanya Yudhi yang juga penasaran

"Hahaha iya, pas itu sedang menggalang dana kak. Oh ya kenalin saya Ivana" perempuan itu mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Yudhi.

"Oh pantas saja, saya Yudhi salam kenal ya" Yudhi membalas dengan menjabat tangannya yang lembut itu.

"Tertarik untuk ikut?" tanya perempuan itu dengan senyum.

Mendapat ajakan itu Yudhi tampak ragu, namun karena ada rasa sesuatu ia menerimanya dan langsung membantu apa yang dia bisa. Setelah itu ia pamit untuk melanjutkan kegiatannya sebagai mahasiswa magang. Dalam batinnya ia merasa beruntung berkenalan dengan perempuan cantik seperti Ivana.

Yudhi dan Ivana bertemu lagi, kali ini mereka bertemu saat hendak menonton pertandingan ASIAN PARA GAMES. Tampak canggung memang, namun pada kesempatan itu mereka berjalan bersama dan bercerita berbagai hal.

"By the way, boleh tau nggak kenapa pas itu kamu berjualan donat di sekitar JPO?" Yudhi tampak penasaran dengan kegiatan orang yang ditaksirnya itu.

"Oh itu, aku sedang mencari dana sekaligus merasakan langsung mencari uang tapi demi orang lain. Jujur nih, aku dari kecil apa-apa selalu diurusin pembantu, minta ini itu selalu diturutin sama papiku. Tapi suatu saat, aku lihat ada anak yang sesusiaku hidup dijalanan membuatku tersentak gitu. Aku nangis karena ada yang lebih susah hidupnya, lalu pengen bantu, untungnya di gereja ada OMK yang aktif. Jadi ikutlah kegiatan amal dengan berjualan untuk berbagi sama beli alat sekolah biar kita bisa ngajarin anak-anak yang putus sekolah. Sejak saat itu aku seneng jadi relawan" Ivana menceritakan kisahnya dengan panjang lebar.

Yudhi tampak kecil dihadapan Ivana yang ternyata adalah anak orang berada. Ia sadar bahwa selama ini ia tampak kurang bersyukur dengan hidupnya. Yudhi bersyukur bertemu dengan Ivana yang mau berbagi kisah dengannya.

Sejak saat itu Ia dan Ivana sering bertemu, namun untuk ikut dalam kegiatan amal. Dimana Yudhi ingin memaknai hidupnya dengan berbagi dan menemukan obat kejenuhannya yang dicari selama ini. Yaitu bersyukur. Bonusnya Yudhi menjadi berkenalan dengan perempuan yang sekarang menjadi pasangannya, Ivana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun