[caption id="attachment_385336" align="aligncenter" width="630" caption="Inilah dua pasang tengkorak di Londa yang akhir kisah cintanya seperti drama Romeo Juliet. Cinta keduanya tak direstui karena adanya hubungan sedarah."][/caption]
Orang bilang cinta datang tak kenal waktu, tempat dan siapa. Alih-alih membuka mata yang terjadi justru sebaliknya. Pesonanya seringkali membutakan mata. Walau sulit tapi yang namanya cinta haruslah dikendalikan. Pasalnya manusia memiliki batasan-batasan dalam hidup.
[caption id="attachment_385355" align="aligncenter" width="630" caption="Londa yang berlokasi di Tana Toraja tampak hijau dari kejauhan. Beberapa peti mati ditaruh di atas goa karena masyarakat Tana Toraja percaya semakin tinggi tempat pemakaman maka akan semakin dekat dengan nirwana. Sedangkan beberapa dimakamkan di bagian bawah. Termasuk pasangan yang dijuluki Romeo Juliet dari Londa."]
Namun ada yang berbeda dengan kedua muda-mudi yang hidup di Londa-Tana Toraja ini. Mabuk asmara membutakan mata hati mereka bahwa dalam kenyataannya ada ikatan hubungan sedarah. Keputusan untuk mengakhiri hidup pun mereka ambil demi mempertahankan cinta, mirip akhir cerita drama Romeo Juliet.
Cerita kisah cinta muda-mudi yang berakhir bak drama karangan William Shakespeare ini menjadi magnet bagi pengunjung Londa. Menariknya wisatawan bisa melihat tengkorak keduanya yang diletakkan berdampingan di dalam goa karena tradisi pemakaman Tana Toraja tidak menganut penguburan di dalam tanah.
[caption id="attachment_385338" align="aligncenter" width="630" caption="Inilah ujung dari goa pemakaman Londa, Tana Toraja. Tampak peti, tulang dan tengkorak berserakan tapi bukan berarti disengaja. Karena untuk memindahkan tengkorak atau tulang yang jatuh atau keluar dari peti juga harus menggunakan upacara."]
[caption id="attachment_385341" align="aligncenter" width="630" caption="Di sebelah kiri gambar ini adalah peti mati modern untuk orang yang baru dimakamkan. Sedangkan di sebelah kanannya adalah Erong. Erong adalah peti mati yang digunakan pada jaman dahulu. Usia petinya bisa mencapai ratusan tahun karena tidak mudah lapuk. Namun saat ini sudah tidak digunakan lagi."]
Londa merupakan salah satu goa pemakaman yang menjadi obyek wisata di Tana Toraja. Satu orang pengunjung akan dikenakan tarif masuk sebesar 10 ribu rupiah. Ukuran goanya terbilang besar pun dalam sehingga mustahil untuk masuk ke dalam tanpa bantuan penerangan. Maka dari itu pengunjung sangat direkomendasikan untuk menyewa petromaks sebelum masuk goa. Harga sewanya relatif murah yaitu 35 ribu rupiah saja.
Dengan sewa petromaks setiap pengunjung berhak mendapatkan bonus tour guide gratis. Tak lain sebabnya karena para pemilik petromaks tersebut adalah masyarakat setempat. Sehingga sembari menyusuri dua lubang goa di Londa kita bisa memperoleh pengetahuan gratis tentang sejarah tempat pemakaman ini.
[caption id="attachment_385343" align="aligncenter" width="630" caption="Inilah tampak depan Goa Londa Tana Toraja. Terlihat Tau-tau, peti Erong tergantung diatas dan keranda pengangkut jenasah yang bentuknya seperti Tongkonan. Beberapa tulang dan tengkorak juga berserakan disini."]
[caption id="attachment_385345" align="aligncenter" width="630" caption="Tau-tau di depan Londa Tana Toraja. Posisi Tau-tau yang duduk menjadi salah satu pertanda kalau mereka yang dimakamkan di Londa ini pada umumnya bangsawan berkasta tinggi."]
[caption id="attachment_385347" align="aligncenter" width="630" caption="Erong atau peti mati orang Tana Toraja pada jaman dahulu. Erong umumnya dibuat dalam beberapa bentuk. Di depan Londa banyak Erong tergantung di dinding-dinding goa. Salah satunya yang terlihat di foto ini memiliki bentuk kapal."]
[caption id="attachment_385357" align="aligncenter" width="630" caption="Sebelum masuk ke dalam goa di Londa sudah terlihat banyak tengkorak dan tulang berserakan. Bersamaan dengan itu juga terlihat banyak rokok, permen, minuman botol dan barang kebutuhan hidup harian lainnya untuk mereka yang meninggal yang dibawa oleh keluarganya."]
Londa dipercaya sebagai tempat pemakaman bangsawan berkasta tinggi. Tanda-tandanya bisa dilihat dari rupa wajah Tau-Tau yang sangat mirip dengan rupa manusianya, posisi badan Tau-tau yang duduk bukan berdiri dan pakaian bagus yang mereka kenakan.
Karena pada jaman dahulu belum ada foto maka masyarakat Toraja mempersonifikasikan mereka yang meninggal dalam bentuk ukiran patung yang disebut Tau-tau. Harga pembuatan Tau-tau sangat dipengaruhi oleh kemiripan antara wajah manusia yang meninggal dengan wajah Tau-tau yang dibuat.
Tau-tau juga diyakini dapat mendatangkan rejeki bagi yang memilikinya. Maka tak heran jika kemudian marak terjadi pencurian Tau-tau. Pembelinya pun diyakini bukan hanya berasal dari dalam negeri saja. Semakin bagus kualitas ukiran Tau-tau maka akan semakin mahal pula nilai jualnya. Tak heran jika kemudian diberikan pengamanan khusus seperti pagar besi dan gembok untuk para Tau-tau tersebut hampir di semua goa pemakaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H