BANJARNEGARA -- Meski musim penghujan, warga Dusun Candi, Desa Majatengah, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, masih menghadapi krisis air bersih yang semakin memburuk. Krisis ini telah berlangsung lebih dari enam tahun dan belum teratasi, meski sejumlah perbaikan infrastruktur telah dilakukan.
Salah satu upaya yang sebelumnya dilakukan adalah pembangunan sistem distribusi air dari Dusun Klesem, Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Dusun Candi.
 Karena minimnya sumber mata air di Dusun Candi, warga terpaksa mengandalkan air dari sumber di Klesem. Air dialirkan dari Klesem menggunakan pipa besar, dan sejauh ini distribusi air hingga ke Klesem berjalan lancar.
Namun, masalah mulai muncul ketika air sampai di Dusun Candi. Beberapa fasilitas pendukung seperti watermeter yang dahulu digunakan untuk mengatur aliran air kini tidak lagi berfungsi. Selain itu, bak penampung air yang seharusnya menjadi cadangan juga tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.
"Watermeter yang dulu sangat membantu, sekarang sudah tidak digunakan lagi," ujar salah seorang warga. Bak penampung air yang tidak efektif semakin memperparah situasi, membuat cadangan air yang seharusnya ada tidak dapat digunakan.
Distribusi air yang tidak merata menyebabkan beberapa rumah mendapatkan pasokan air yang lancar, sementara yang lain harus menunggu berhari-hari hingga air kembali mengalir.
"Kadang air hanya mengalir beberapa jam, setelah itu berhenti lagi. Kami harus menyimpan air setiap kali ada pasokan," ungkap warga lain.
Krisis air ini tetap terjadi meski musim hujan telah datang. Pasokan air yang tidak stabil menghambat kebutuhan rumah tangga dan kegiatan ekonomi.Â
Bagi sebagian warga, pasokan air terbatas ini mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk pemeliharaan ternak dan usaha budidaya ikan yang terganggu karena kekurangan air. "Kami ingin mengembangkan usaha budidaya ikan, tapi masalah air yang tidak stabil menghalangi rencana kami," ujar seorang warga.
Dahulu, warga mengandalkan sumber mata air dekat hutan. Namun, sumber tersebut kini tidak ada lagi. "Kami dulu sangat bergantung pada mata air di hutan, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Kami tidak tahu apakah sumbernya menyusut atau ada faktor lain yang menyebabkan hilangnya mata air tersebut," tambah warga lainnya.
Warga berharap adanya solusi untuk mengatasi krisis air ini. Mereka menginginkan sistem distribusi air diperbaiki dan cadangan air dipulihkan. Keinginan untuk mengaktifkan kembali watermeter dan menggunakan bak penampung air umum sebagai cadangan tetap menjadi harapan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H