Teknologi Augmented Reality (AR) di Museum History of Java dirancang sebagai media pengenalan obyek sejarah melalui aplikasi ponsel android. Keunikan 3D Augmented Reality (AR) ini salah satu cara perkenalan suatu obyek materi sejarah yang akan memancing rasa ingin tahu anak-anak.Â
Sebut saja contoh Augmented Reality manusia purba virtual berhadapan kita di dunia nyata. Untuk anak-anak usia dini memasuki ruang virtual ponsel ini tentu harus dalam pengarahan orang dewasa. Terutama setelah melakukan download aplikasi "History of Java AR".
Apabila kita mengacu pada teori Piaget dalam Slamet Suyanto (2005:55) perkembangan kognitif dapat dimulai sejak usia TK yang berada pada tahap praoperasional.Â
Pada tahapan inilah anak-anak mulai menunjukkan proses berfikir yang jelas serta mengenali beberapa simbol, tanda, bahasa dan gambar. Menurut prinsip pembelajaran anak usia dini, suatu stimulasi melalui teknologi baru dengan gambar akan dapat menstimulasi ketertarikan pada obyek, terutama bermuatan sejarah dan budaya.
Augmented Reality merupakan teknologi modern untuk menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata kemudian memproyeksikan benda maya tersebut dalam waktu nyata. Disini Augmented Reality hanya menambahkan atau melengkapi kenyataan.
Sebagai solusi teknologi digital terbaru tentunya ponsel dengan aplikasi AR akan menjadi perangkat media untuk bermain obyek 3D bergerak dan bersuara. Namun berbeda dengan permainan interaktif yang biasanya, teknologi ini mengharuskan adanya interaksi antara perangkat dengan benda nyata, seperti papan keterangan museum.
Tentu saja hal ini solusi bagi daya imaginative anak terhadaop kesejarahan daripada mereka hanya memandangi layar ponsel seharian untuk bermain game atau menonton video pada umumnya. Sebab, dalam permainan teknologi AR, anak diharuskan untuk berinteraksi dengan dunia nyata dan dunia digital.Â
Dengan cara demikian bukan hanya kemampuan kognitif yang terasah, tapi juga kemampuan motorik. Oleh karena itu, ketika berkunjung ke museum, anak dapat diajak berinteraksi dengan teknologi AR beserta seluruh obyek menarik di dalamnya.
Berkunjung ke Museum History of Java
Kunjungan Museum History of Java di Jalan Parangtritis KM 5,5 Sewon, Bantul, akan mengoptimalkan ranah kognitif dan psikomotorik bagi para siswa pelajar. Semisal meeka dioptimalkan dengan memberikan kesempatan eksplorasi ruang koleksi museum serta memperoleh informasi dari edukator.Â
Sedangkan ranah psikomotorik dioptimalkan dengan mencoba berbagai koleksi, pengisian LKS sebagai hasil dari proses kognitif selama tour museum, serta menjajal permainan Augmented Reality (AR).
Keberadaan Museum Histoy of Java memang tepat dimanfaatkan untuk pengembangan ranah kognitif dari koleksi bertema sejarah Peradaban Tanah Jawa sehingga kunjungan keluarga maupun sekolah menjadi lebih bermakna bagi anak-anak.Â
Penceritaan dari educator dimulai dari alkisah kehidupan purbakala (Migrasi Austronesia) di Tanah Jawa. dilanjutkan jaman Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa (Mataram Kuno, Kediri, Majapahit, dll). Dekade Penyebaran Islam oleh Wali Songo - Terlahirnya Kerajaan Mataram Islam. Serta periode Kasultanan Surakarta - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Setiap ruangan museum pun sangat luas, yaitu dimulai dari Ruang Teater, Ruang Koleksi (5 lorong dan 1 Paviliun Keraton), Ruang 3D Animasi, Ruang Diorama, hingga jalur pintu keluar di spot foto exit door yang disebut Little Malioboro. Selain itu fasilitas teknologinya sangat lengkap, antara lain Augmented Reality (AR), QR Video Movie, Film Teater, Film 3D animasi, serta background foto 3D di Ruang Diorama.
Ayoo, Berkunjung ke Museum History of Java Yogyakarta!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H