Mohon tunggu...
Stevanify
Stevanify Mohon Tunggu... Jurnalis - Tour Guide

Seorang pemandu wisata, penulis, pecinta seni, dan pegiat Museum di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Hal Paling Menarik tentang Kerajaan Demak di Museum History of Java

26 April 2023   16:19 Diperbarui: 26 April 2023   16:35 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Koleksi Museum History of Java. Dokpri

Secara arsitektur budaya, atap masjid berbentuk limas bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.

History of Java Museum memiliki sebuah teknologi foto 3D yang disebut Augmented Reality (AR). Salah satu obyek 3D yang jika disorot layar aplikasi ponsel akan tampil nyata ialah AR Masjid Agung Demak. Selain AR Masjid Demak, Augmented Reality Museum juga menampilkan Masjid Agung yang dibangun oleh Walisongo.

Foto : Barcode AR Masjid Agung Demak. Dokpri
Foto : Barcode AR Masjid Agung Demak. Dokpri
Foto : Museum History of Java. Dokpri
Foto : Museum History of Java. Dokpri

3. Piring Dinasti Ming Berkaligrafi

Sebuah piring keramik Tiongkok yang memuat kaligrafi berbahasa Arab. Sekitar abad ke-14 adalah era perkenalan Islam di Jawa oleh Walisongo. Saat itupun Kerajaan Demak menjadi penopang aktivitas dakwah Islam di Penjuru Jawa.

Pada abad ke-16, kerjasama yang terjalin dengan bangsa-bangsa sekitar kian erat. Disinilah pertukaran benda-benda fungsional berlangsung. Sebagian besar diantaranya ialah peralatan makan. Seperti halnya piring keramik Tiongkok koleksi Museum History of Java.

Foto : Koleksi Museum History of Java. Dokpri
Foto : Koleksi Museum History of Java. Dokpri

Patembaya, demikian koleksi piring museum ini secara tersirat bertutur tentang pertalian antar suku bangsa, tepatnya Kerajaan Demak di Jawa dengan Kekaisaran Dinasti Ming, Tiongkok.

Pada masa itu, posisi Demak sebagai pusat kesultanan Islam pertama tengah berada dalam kepemimpinan Raden Patah. Relasi dengan para pedagang asing berjalan mulus bahkan ajaran Islam lebih cepat meluas. Seorang Kaisar Cina bernama Yong Le ()bergegas mengutus Laksamana Cheng Ho menuju Demak.

Sepanjang ekspedisinya Cheng Ho berhasil memperkuat diplomasi modern antara Dinasti Ming dengan Kerajaan Demak. Sejak ekspedisi pertama, Cheng Ho memperkenalkan diri sebagai muslim dari Yunnan China. Sikapnya yang sangat bersahabat sanggup memikat simpati para raja di Tanah Jawa, salah satunya Raden Patah.

Perihal alasan tersebut maka Kaisar China menitipkan cindera mata "Patembaya" bagi Kerajaan Demak. Sebagai wujud Patembaya, piring keramik Tiongkok terlihat dari motif serta gaya ungkap ornamen, yaitu aksara kaligrafi berwarna merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun