Di dalam ruang koleksi Museum History of Java terdapat gambar lelaki dan perempuan Jawa di sekitar tahun 1800 - 1900-an. Sejumlah turis asing yang mengetahui buku Raffles, atau memang tertarik pada budaya Jawa, menunjukkan ketertarikan mereka, pada kedua gambar ini. Terutama bagaimana cara berpakaian Jawa tempo dulu. Ilustrasi keindahan gambar inilah yang terinspirasi buku History of Java, karya Thomas Stamford Raffles.
History of Java ialah sebuah museum yang namanya mengadaptasi buku paling bersejarah di Nusantara, History of Java. Museum-nya terletak di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Sebagai story teller, kerapkali ada pengunjung yang bertanya mengenai keterkaitan buku Museum History of Java, dengan penceritaan Museum ini.Â
Nah, seperti halnya buku karya Sir Thomas Stamford Raffles, di Museum History of Java pun terdapat keragaman budaya Jawa, dengan beragam koleksi indah serta filosofi yang menawan.
Sejumlah ratusan koleksi tersebut menandai era purbakala Tanah Jawa, zaman Kerajaan Hindu-Buddha, masuknya pengaruh ajaran Islam ke penjuru Jawa, era Kerajaan Islam Tanah Jawa, hingga terbentuknya Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Fasilitas menariknya, seluruh penjelasan oleh guide didukung fasilitas berteknologi kekinian seperti Film Teater, Ruang Koleksi yang sangat luas, ruang menonton film 3D, serta ruang diorama untuk berfoto dengan background kehidupan Jawa, serta properti yang sesuai tema foto instagramable.
Mengenang Karya Raffles
Jika mengingat nama Sir Thomas Stamford Raffles memang sangat lekat dengan bukunya, History of Java. Lantas, siapakah sosok sang Gubernur Jendral Hindia-Belanda, yang meninggalkan banyak cerita di Nusantara?
Selama kurun waktu 1811 - 1916, Hindia-Belanda dikuasai oleh Inggris, usai Kapitulasi Tuntang pada 18 September 1811. Seminggu sebelumnya, Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles, sebagai Letnan Gubernur di Jawa. Saat berkuasa itulah Raffles menciptakan system liberal yang bebas dari tekanan, jauh berbeda dari periode kepemimpinan Daendels sebelumnya.
Selain pemerintahan, Raffles kerap aktif di bidang pengetahuan alam dan kebudayaan, terutama Ia sangat dekat dengan masyarakat Jawa. Dari sekian banyak jasa Raffles di Nusantara, tentu salah satunya terkait penulisan buku berjudul History of Java melalui serangkai penelitian yang luar biasa. Ia pun mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Saat itu Raffles didampingi seorang ilmuwan bernama Dr. Joseph Arnold berhasil menemukan bunga Rafflesia Arnoldi jauh dalam hutan Bengkulu.
Selain itupun Ia merintis terciptanya Kebun Raya Bogor yang hingga kini masih identik dengan temuan bunga Rafflesia Arnoldi raksasa, dari Hutan Bengkulu tadi.
Sayang, pemerintahan Raffles hanya berjalan 5 tahun. Sampai tahun 1823,  Raffles menjadi Gubernur di Bengkulu, yang memang berdasarkan suatu perjanjian tidak diserahkan ke  tangan Belanda bersama Belitung,  dan Bangka.
Meski tak lagi berada di Hindia-Belanda, Raffles telah menerbitkan buku History of Java di tahun 1817. Buku Raffles ini adalah sebentuk dokumentasi keindahan Tanah Jawa, keadaan geografis, situasi kehidupan masyarakat Jawa, system pertemuan, bahasa, kepercayan, serta penemuan sejumlah benda dan situs bersejarah, salah satunya Candi Borobur di Magelang. Jawa Tengah.
Museum History of Java di Yogyakarta
Sejak tahun 2018, Museum ini berdiri di lokasi Jalan Parangtritis KM 5,5, Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Koleksinya telah menyampaikan berbagai pengetahuan sejarah dan budaya Jawa seperti halnya di dalam buku History of Java karya Raffles. Secara menyeluruh terdapat 5 lorong ruang koleksi dengan penceritaan yang sangat runtut, menarik, bahkan dilengkapi sejumlah spot foto instagramable.
Selain itu terdapat sebuah teknologi unik yaitu Augmented Reality dimana pengunjung dapat menscan obyen gambar 3D melalui layar ponsel. Namun terlebih dulu harus mendownload aplikasi "History of Java AR" agar seluruh obyek tersebut lebih nyata ketika dipotret.
Sekian dulu yaa, cerita kita tentang "History of Java", selamat membaca buku dan berwisata Museum!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI