Izinkan hari menyapa lewat kesibukan utuh yang terbelit waktu. Semua terbuang demi ambisi atau relaksasi, semua orang berlari, semua berkejaran melewati garis finish yang tak tau pasti. Angin ripuh berbisik lembut, menusuk telinga dengan anggun, menuang kata-kata irit yang menggugah atau memasrah.
.
Matahari masih terlalu panas untuk setiap langkah kaki yang melangkah cepat, mengejar mimpi katanya, tiap kepala menunduk melamun di trotoar kota, dengan isi pikiran yang terbagi. Tanda tanya meledak kencang bersautan teriak amarah yang terpendam.
.
Ramai segala kata berkeliaran membanjiri Beranda wajah usia muda. Disilingi ribuan suara bisu terpendam memegang takut. Tak ada yang muncul, tak ada yang terlihat, tak ada yang terdengar. Minus semua yang terbayang dan terpikirkan. Asap hitam menjadi kawan dekat, merangkul akrab dengan pikiran bosan atau penat.
.
Suara di waktu senja menutup waktu, bersama penat yang mulai akrab atau ambisi yang mendekat. Pulanglah pulang, membagi waktu dan menikmati. Sebab semua berhak membunuh penat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H