Muhamad Riyono, atau yang akrab disapa Pak Riyono, merupakan seorang seniman kaligrafi berusia 51 tahun yang berasal dari Desa Pagergunung. Kehidupan sehari-harinya yang dikelilingi oleh keindahan alam pedesaan, khususnya hamparan perkebunan hijau, telah menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dalam jiwanya. Rasa syukur ini terwujud dalam setiap karya kaligrafi yang ia buat, di mana ayat-ayat suci Al-Quran yang sarat makna menjadi jembatan antara keindahan alam dan kedalaman spiritual masyarakat Desa Pagergunung.
Sebelum merintis usaha kaligrafi, Pak Riyono menekuni banyak bidang usaha mulai dari usaha konveksi, tukang potong daging, toko bangunan, dan produksi tahu. Setiap usaha yang ia geluti memiliki peminatnya tersendiri. Namun, kaligrafi menjadi hal yang sangat disenangi Pak Riyono. Usaha kaligrafi sudah ia tekuni sejak tahun 2005, banyak sekali rintangan yang sudah dihadapi sehingga membuat Pak Riyono tidak gentar dalam menjalani bisnis kaligrafi ini.
Melalui bakatnya dalam seni kaligrafi, Pak Riyono tidak hanya meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Desa Pagergunung. Beliau telah berhasil mempekerjakan 20 warga desa sebagai pengrajin kaligrafi. Dengan pelatihan yang intensif, para karyawan ini, yang awalnya mungkin tidak memiliki keterampilan khusus, kini telah menjadi pengrajin kaligrafi yang mahir. Bekerja selama 9 jam setiap hari, mereka tidak hanya memperoleh penghasilan yang layak, tetapi juga turut melestarikan warisan budaya desa.
Dengan penuh dedikasi, Pak Riyono telah melahirkan lebih dari 90 desain kaligrafi yang sarat akan makna dan keindahan. Setiap karyanya merupakan hasil dari proses kreatif yang panjang, menghasilkan karya-karya unik yang mampu menyentuh hati para penikmat seni. Tak heran jika karya-karyanya telah diburu oleh kolektor dari berbagai daerah, mulai dari Pulau Jawa hingga ke Pulau Sumatera dan Sulawesi.
Berusaha mempertahankan kualitas karya di tengah keterbatasan akses terhadap bahan baku merupakan tantangan tersendiri bagi Pak Riyono. Jarak yang jauh dari pusat kota membuat ketersediaan lem stik dan foil menjadi tidak menentu. Namun, dengan kreativitas dan kegigihannya, beliau terus berupaya mencari solusi agar produksi kaligrafinya dapat berjalan lancar.
Perjalanan Pak Riyono mengajarkan kita bahwa kesuksesan tidak mengenal batas usia dan latar belakang. Semangatnya menginspirasi kita untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Melalui kaligrafi, Pak Riyono tidak hanya menciptakan karya seni yang indah, tetapi juga membangun warisan budaya yang akan terus dikenang oleh generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H