Mohon tunggu...
Riko Fendiawan
Riko Fendiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa S2 STTAL

membaca sejarah sejarah perang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengembangan Buffer Zone sebagai Atisipasi Ancaman Nuklir Korea Utara

4 September 2024   10:00 Diperbarui: 4 September 2024   10:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENGEMBANGAN AREA BUFFER ZONE SEBAGAI ANTISIPASI ANCAMAN NUKLIR KOREA UTARA

Oleh:

Mayor Laut (T) Riko Fendiawan.

Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut

 

  • Pendahuluan

Semenanjung Korea awalnya merupakan bagian kekaisaran Jepang sampai pecahnya perang dunia II di putuskan bahwa Semenanjung Korea dibagi menjadi dua sepanjang parallel 38 (Wirawan,2020). Seperti yang sudah diketahui bahwa meskipun sejarah, bangsa bahasa ras dan wilayah geografis kedua negara semenanjung Korea ini hampir sama karena dilatar belakangi ideologi yang berbeda perilaku kedua negara ini berbeda dalam memandang dunia ini menjadi tantangan untuk menyelesaikan konflik energi nuklir dan misil di Semenanjung Korea Kawasan ini menjadi strategis di Asia Timur dan terus terlibat dalam isu keamanan, terutama terkait dengan pengembangan nuklir dan misil Korea Utara (Khoiriyatul, 2020). Selama tiga dekade terakhir isu nuklir Semenanjung Korea dianggap sebagai salah satu ancaman paling serius terhadap keamanan dan stabilitas di Asia Timur Laut (Barrannikova,2022)

Kapabilitas nuklir Korea Utara yang meningkat tetap menjalankan misi pengembangan senjata nuklir agar mampu menunjukkan eksistensi dalam diplomasi internasional, serta menjadi alat dalam pengambilan kebijakan demi kepentingan rezim. Pengembangan senjata nuklir Korea Utara dapat memperburuk security dilemma dari negara kawasan di Asia Timur yang kemudian mendestabilisasi hubungan regional yang dimana akan memperkuat aliansi antara Amerika Serikat dan Jepang (Manoe,2022)

Buffer zone merupakan zona atau wilayah yang memiliki letak geografis dan fungsi strategis yang dibuat untuk mendeteksi, melacak sehingga dapat mengurangi dampak potensi ancaman nuklir terhadap wilayah yang beresiko tinggi menjadi target serangan nuklir dalam Wilayah ini adalah sebagai lapisan pertama dalam pertahanan suatu negara. Untuk memastikan keamanan dan integritas wilayah suatu negara. Indonesia, sebagai negara besar di kawasan Indo-Pasifik, penentuan Indonesian Buffer Zone (IBZ) akan memiliki implikasi signifikan terhadap keamanan regional dan global (Moreta,2024)

 

Korea Utara kembali menjadi fokus perhatian Internasional dengan program nuklirnya. Pengembangan nuklir pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Kim Il-Sung dengan pembangunan kompleks nuklir di Yonghyeon. Kompleks nuklir tersebut hingga saat ini menjadi basis pengadaan senjata bagi Korea Utara. Pada masa pemerintahan Kim Jong-Il. Ancaman nuklir Korea Utara semakin meningkat, Fenomena mengenai uji coba senjata nuklir Korea Utara merupakan ancaman terhadap stabilitas keamanan (Manoe,2022). Dalam konteks politik internasional, kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang memiliki nilai tawar yang sangat tinggi, sehingga nuklir dapat dijadikan sebagai suatu instrumen kekuasaan negara. Program nuklir ini dinilai akan berdampak pada munculnya bencana besar seperti kelaparan, kesengsaraan dan kematian. Di samping membahayakan bagi lingkungan, kesehatan dan kehidupan manusia, nampaknya program nuklir ini juga berpengaruh pada terjadinya kemerosotan ekonomi di sebagian negara kawasan. Alasan Korea Utara menggunakan nuklir sebagai alat diplomasi adalah rezim survive, ekonomi, dan keamanan karena beranggapan bahwa sebagai negara kecil yang memiliki banyak keterbatasan membutuhkan suatu strategi untuk mencapai kepentingan nasionalnya, termasuk pengembangan nuklirnya (Purwono,2010)

  • Buffer Zone

Ketegangan situasi politik di semenanjung korea merupakan isu yang tidak pernah mereda, konflik antara korea utara dan korea selatan seringkali terlibat dalam tensi ketegangan kawasan yang tidak stabil akibat dari berbagai faktor yang menjadi latar belakang. Berbagai Upaya usaha yang diupayakan untuk kedua negara tersebut belum menampakkan hasil yang optimal. latar belakang konflik Korea, peran Uni Soviet dan Cina mendukung Korea Utara, serta dukungan AS untuk Korea Selatan, dan peran jepang dalam perebutan pengaruh di Korea, yang semula hanya bersifat ekonomi  dan  kepentingan  regional,  meningkat seiring  persaingan  ideologi  Perang  Dingin. (A Rustamah, WN Afiah, 2024). Ditambah dengan kekuatan militer korea utara yang terus melakkan ujicoba bom nuklir menjadikan ancaman dari korea selatan secara langsung dan negara sekitar yang kemungkinan terdampak salah satunya Indonesia. Sebagai Langkah antisipasi dampak nuklir terhadap wilayah Indonesia maka perlu kita kaji bagaimana cara menanggulanginya agar meminimalisir efek terhadap wilayah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun