Mohon tunggu...
Occe Idaman
Occe Idaman Mohon Tunggu... Penulis - Maria, Kau adalah sebait puisi yang ditulis hujan pada debu. Penyairmu adalah rindu.

Yang Fana adalah Hina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dialog dan Kegelisahan Pluralitas Agama

26 Juni 2020   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2020   07:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama, program dan kegiatan hari Minggu misi yang dilakukan oleh beberapa frater itu sebetulnya ingin menggugat, menggedor, dan membongkar jeruji prasangka kita tentang umat beragama lain. 

Sebab, tidak sedikit pihak dari agama yang satu menaruh prasangka negatif terhadap pihak beragama lain dan justru prasangka-prasangka seperti itulah yang mendorong orang merasa acuh tak acuh dan malah merasa takut berinteraksi dengan umat beragama lain.

Kedua, kegiatan hari Minggu misi itu hendak menggelitik nurani dan pikiran kita bahwa sebagai anak-anak Abraham, kita semua adalah saudara. Bahwasannya, tidak ada sekat yang memisahkan yang satu dari yang lain. Sebaliknya, kita mesti bersama-sama membangun rumah persaudaraan untuk kita huni secara bersama sebagai saudara sebapa.

Ketiga, di tengah kegelisahan panggung zaman yang sering kali mempertontonkan aksi anarkis atas nama agama tertentu, maka kegiatan dan pengalaman yang telah diramu oleh para frater bersama umat Muslim di Geliting itu kiranya menjadi seberkas titik cerah yang menerangi kalbu kita bahwa tidak ada cara lain selain bertekad membangun dialog, baik dialog kehidupan maupun dialog aksi guna memupuk tali persaudaraan dan rasa solidaritas di antara kita, sebab bagaimanapun dialog mengandaikan adanya sikap saling terbuka, saling memahami, dan saling menerima yang lain sebagai suatu keberagaman dan kekayaan yang khas.

Dari sekian makna yang telah saya petik dari pengalaman berdialog bersama umat Islam di Geliting itu, ada satu hal yang menggelisahkan hati kecil saya, yaitu soal ketidakterlibatan remaja (kaum muda) Muslim dalam hampir setiap kegiatan. 

Bayangkan, mereka terlibat hanya pada saat olahraga bersama (pertandingan persahabatan) saja. Mestinya, jika kegiatan ini berkontinyu, baiklah jika kaum muda dilibatkan dalam setiap kegiatan yang telah direncanakan bersama. Ingat, masa depan Bangsa ada di telapak tangan kaum muda. Salam.

*Artikel ini pernah dipublikasikan di Surat Kabar Harian Umum Flores Pos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun