Di bawah cahaya rembulan yang samar-samar kelam
Aku terpagut oleh mimpi yang kian suram
Muram, masam, lebam
Bendera di lanteraku padam
Terseok-seok aku melangkahkan muramku pada sekulum senyum yang terpancar dari matamu dan mengulurkan suramku pada seberkas cahaya purnama yang lahir di bawah lidahmu
Ternyata kau sambut aku dengan bibir yang gemetar kelam
Aku masih di sini, di antara barisan suara yang enggan terlelap
Aku berdiri menancapkan bendera sukmaku di atas palung air mata hingga engkau gugur bersama dedaunan yang layu
Dan seiring dengan itu, kan kutabuhkan suaraku yang telah bertahun-tahun kau pasungkan di bawah selangkangmu
Aku adalah selembar suara
Yang disulam benang sukma
Dan jarum yang berduka
Pada altar rindu yang lara                                       Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H