Mohon tunggu...
obrolanvika
obrolanvika Mohon Tunggu... Koki - perantara

hanya obrolan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang Nenek Saat Membaca Artikel Pinang Sirih dan Migrasi Manusia National Geographic

15 April 2021   15:24 Diperbarui: 15 April 2021   16:18 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wadah dari kuningan. Doc: National Geographic


Saat melihat foto pertama yang mengabadikan Pekinangan (wadah dari kuningan) saya mengingat bahwa nenek jarang memperlihatkan wadah serupa saat kami bertandang. Ah ternyata wadah itu khusus dipergunakan saat ada tamu agung seperti yang dijelaskan penulis.

Ternyata banyak refensi yang bisa jadi sumber data akan pertanyaan yang biasanya pertama kali ditanyakan mengenai asal usul  tradisi pinang sirih ini dimulai. Pada artikel 10 halaman tersebut menyebutkan bahwa kebiasaan berpinang sirih tersebut sudah diitemukan dari 2000 tahun silam seperti yang dijabarkan Dawn F.Rooney dalam buku Betel Chewing Traditions in South-East Asia.

Tempat Sirih dari Sangir Talaud. Doc: National Geograpic
Tempat Sirih dari Sangir Talaud. Doc: National Geograpic


Peneliti lain yaitu Profesor Riset Harry Truman Simanjuntak bersama Francois Semah memimpin eksplorasi tim gabungan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama Museum Nasional dHistoire NaturAlle Paris,Prancis. Ada fakta menarik dari mengenai temuan situs Song Keplek di Pacitan yang ditulis dalam makalah Truman bahwa Song Keplek marupakan salah satu situs yang dihuni manusia ras Australomelanesid pada 8000-4500 tahun lalu.  Kerangka manusia di situs tersebut terdapat jejak menginang pada gigi yang berwarna coklat kemerahan.

Artkel tersebut juga menyuguhkan detail data-data lain misalnya hasil penelitian Rusyad dan Toetik Koesbardiati dari Laboratorium Antropologi Fisik, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Hasil penelitian tersebut menjabarkan tentang bukti jejak pewarnaaan gigi di daerah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nias, Jawa, Flores, Bali, Timor serta Papua.

Foto-foto karya Rahmad Azhar Hutomo sangat mendukung visualisasi dari data-data artikel tersebut misalnya saja foto tas berbahan lontar yang digunakan di daerah Timor sebagai tempat menyimpan sirih. Demikian juga foto mengenai Kacip dari bahan tembaga yang digunakan untuk membelah serta mengupas buah pinang.

Tempat sirih berbahan manik-manik dan daun pandan dari Kepulauan Sangir Talaud Sulawesi Utara juga bisa dinikmati visualisasinya. Demikian juga tempat sirih khusus masyarakat status sosial atas, yang berbentuk mirip ayam dengan bahan kuningan berasal dari Banjarmasin Kalimantan Selatan. Kedua foto terdapat pada artikel halaman 68-71.

Cover Merapah Rempah. Doc: Pribadi
Cover Merapah Rempah. Doc: Pribadi


Sudah lama saya tidak bertandang ke rumah nenek semenjak nenek sudah berangkat ke surga terlebih dahulu. Wondering apa para tetangga di desa masih melakukan aktivitas menyirih/menginang ini. Di rumah sih ada tanaman sirih merah nan rimbun, apa bisa dipakai ya untuk aktifitas pergaulan sekaligus penghormatan pada tamu ini ya? Ada yang bisa menjawab?

Judul        : Merepah Rempah
Edisi         :  Edisi Khusus Jalur Rempah. Sisipan National Geographic Indonesia Edisi Januari 2021
Isi              :  114 halaman
Penerbit.  :  PT Gramedia Percetakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun