Mohon tunggu...
Obi Samhudi
Obi Samhudi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Nama Obi Samhudi, alamat sekarang Jalan Parit Haji Husein II Komplek Griya Caraka No.c4, Pontianak Kalimantan Barat. No telpon yang dapat dihubungi 089697876596. Sekarag sedang menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan. E-mail aktif :obisamhudi@yahoo.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lawan Kabut Asap di Kalbar!

10 September 2015   21:14 Diperbarui: 10 September 2015   21:14 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena kabut asap menjadi problematika yang sering muncul di dalam masyarakat setiap terjadi pembakaran hutan dan lahan besar-besaran di Kalimantan Barat. Seperti yang diliput oleh satu diantara media massa nasional, “Sejumlah pengendara roda dua memakai masker seadanya, berupa syal. Sementara di Jembatan Sungai Landak, Jembatan Kapuas I dan Jembatan Kapuas II, kabut asap tampak begitu pekat menyelimuti pada pagi hari, maupun malam. (sumber:viva.co.id)”. Ini menunjukkan bahwa kabut asap menimbulkan masalah substansial pada masyarakat, artinya masyarakat mengalami fenomena mendasar dalam kehidupannya yang berdampak pada kesehatan yaitu kabut asap. masyarakat merasakan damapak yang luar biasa dari kabut asap, tidak hanya kesehatan, tetatpi multisektoral yaitu, ekonomidan sektor lainnya.

Selain itu, penyebaran kabut asap dan titik api (hotspot) inipun sagat luar biasa. berbagai daerah merasakan dampak kabut asap di Kalimantan Barat. tidak hanya Ponttianak yang terkena dampaknya, Kabupaten lain dan kota lain juga merasakan hal yang sama, yaitu Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, kota Singkawang, dan sejumlah kota dan kabupaten di Kalimantan Barat. Bahkan titik sebar api (hotspot) juga berada fase yang sangat rawan atau mengkhawatirkan yaitu 616 titik. Dengan titik sebar api terbesar pada Kabupaten Ketapang dengan jumlah 442 titik api.  “Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat masih terus terjadi. Dampak kabut asapnya pun merata menyelimuti sejumlah kota/kabupaten, di antaranya Pontianak, Singkawang, Bengkayang, Sanggau, dan sejumlah kabupaten lainnya.  Jumlah titik api pun meningkat dari hari-hari sebelumnya. Terpantau berdasarkan pantauan satelit Modis dari BMKG per Rabu (9/9/2015) pukul 05.00 WIB, ada 616 titik api yang tersebar di sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat. Titik api terbanyak terpantau di Kabupaten Ketapang, sebanyak 442 titik. Jumlah ini meningkat dari pembaruan informasi satu hari sebelumnya pada pukul 16.00WIB sebanyak 73 titik. Jumlah titik api terbanyak lainnya yaitu di Kabupaten Kayong Utara, sebanyak 81 titik dan Kabupaten Kubu Raya sebanyak 54 titik”. (sumber: Kompas.com). jelas ini adalah sebuah problematika yang mesti ditemukan solusinya agar permasalahan ini segera diatasi. Masyarakat sebagai elemen fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapatkan kesehatan yang sebaik-baiknya sesuai yang tercantum pada UUD 1945 pasal 28 H yang berbunyi; “setiap orang berhak sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Dampak atau efek samping terhadap kabut asap yang lahir dari pembakaran hutan dan lahan juga sangat berbahaya bagi masyarakat. Satu diantaranya adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Penyakit ini banyak menimpa masyarakat karena kabut asap yang terjadi. Hal ini bisa dilihat di satu diantara daerah di Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak. Bencana kabut asap yang terjadi menyebabkan kondisi udara di Kota Pontianak semakin memburuk, hingga pekan ke-35 pada pantauan di lapangan sudah sekitar 1.219 masyarakat yang mengalami penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang berobat ke puskesmas-puskesmas. (sumber: tribunpontianak.com). Pada masyarkat terjadi peningkatan kondisi memburuknya kesehatan, yang bisa saja menjadi akibat fatal pada sektor-sektor lainnya.

Mengutip pendapat Siti Nurbaya menteri KLHK  "Rata-rata terjadi di kebun. Yang Kalimantan Barat, sawit. Sumatera Selatan juga sawit. Riau kayaknya iya," kata Siti ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (10/9/2015).
Siti lebih lanjut menerangkan, kalaupun tidak ada unsur kesengajaan dari kebakaran hutan,  perusahaan yang bersangkutan juga tetap bersalah lantaran dinilai melakukan pembiaran. Dengan kata lain ada unsur kelalaian perusahaan. "Di Sumatera Selatan ada dua, Riau ada dua, Kalimantan Barat ada tujuh, di Kalimantan Tengah ada tujuh. Paling sedikit segitu (18)," papar Siti.(Sumber:kompas.com). Ini jelas menunjukkan bahwa besar kemungkinan kabut asap tidak seperti yang diucapkan Cornelis selaku Gubernur Kalbar kepada kompas.com yaitu: "Cornelis menjelaskan, kabut asap yang menyelimuti Kalimantan Barat berasal dari luar wilayahnya. "Ini asap impor dari tetangga. Hari ini bahkan asap sudah luar biasa. Saya minta kepada daerah Kalimantan yang lain untuk menanggulangi," ujarnya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun