Â
Jatuh cinta, perihal diatas kertas baginya
Menulis puisi dengan lukisan wajahnya sendiri yang murung,
menulis sebuah lekukan pelangi yang melenturkan kesedihan-kesedihan dimatanya,
setelah hujan,
setelah Tuhan berbagi kepedihan
karena, sejatinya puisi adalah air matanya, dia bisa menaruh kata-kata sebagai tanda. Dan seseorang bisa paham isyarat tentang tanda. Entah itu jantung yang tertusuk duri atau hatinya yang pilu disebabkan pukulan duka berkali-kali
ketahuilah dia lelaki, miniatur logika dan perasaan yang terluka
Senantiasa dia merelakan pelukan rindu kepada beberapa manusia yang dicintainya
Selepas itu dia lupa bahwa lingkar keliru mengalung di lehernya
Dia mesti tahu penyair penyuka laut sepertinya mestinya menghabiskan waktu menghirup angin, mendengar ombak-ombak liar dan melihat ikan-ikan tenang lepas di dasar
Â
Tetapi, dia tetap yang mengalamatkan dirinya lelaki yang memeluk nelangsa untuknya sendiri
Â
Obi Samhudi
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H