Mohon tunggu...
Anonim
Anonim Mohon Tunggu... Administrasi - anon aja

Akademis yg berguru pada "Kerasnya Kehidupan."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Pesan Tanpa tujuan

9 Agustus 2016   23:11 Diperbarui: 16 Oktober 2016   07:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika semua usaha telah dilakukan dan kesemua itu berakhir dengan kegagalan,  apakah aku akan menyerah ?, Ya Menyerah.. Itu hanyalah perumpamaan yang dberikan oleh manusia ketika ia memilih untuk tidak berbuat apa-apa lagi atas sesuatu yang ia telah perbuat sebelumnya. Menyerah atau tidaknya seseorang pada permasalahan yang ia hadapi itu sebenarnya kembali pada orangnya itu sendiri. 

"Tak ada kata menyerah bagi orang yang tak mau berhenti." 

Hanyalah orang-orang yang tidak memiliki keyakinan pada usahanya sendirilah yang akan menyerah. Mereka adalah orang yang masih ragu-ragu sejak awal dia mulai berjuang mewujudkan impiannya dan ketika masalah demi masalah yang ia hadapi itu semakin sulit keraguan itu semakin besar dan menghentikan usahanya. Pesanku bila kamu melakukan suatu usaha namun menemui kebuntuan dan kamu ingin menyerah maka "jangan menyerah untuk mewujudkannya, tapi rubahlah rencanamu dengan cara mencari alternatif-alternatif lain yang hasilnya nanti bisa mewujudkan tujuan awal yang telah direncanakan atau setidaknya mendekati dari tujuan awalmu.

Aku malam ini mengenang suasana  yang telah lama terpendam, kenangan yang mungkin selalu terbayang dan masih mengekang di memori ini. Hari ini  9 agustus 2016, sudah lama masa itu terlewatkan sebuah kehilangan besar yang hampir mengugurkan harapan mimpi dari anak muda yang penuh gelora. Empat tahun sudah kehangatan itu sirna dan memudar, Kehangatan keluarga kecil yang walaupun hidup dalam kesederhanaan dan kesusahan tapi  mereka masih tersenyum lepas tanpa beban. Teringat jelas bagiku saat terakhir kali aku melihatmu pergi dari rumah  dengan keadaan sehat. Saat itu engkau memakai baju kemeja putihmu.  Saat itu aku hanya melihat punggungmu, dan entah mengapa saat itu waktu berjalan begitu melambat. Langkah demi langkah engkau berlalu begitu lama, ingin ku panggil dirimu supaya tak usah pergi tapi itu tak aku lakukan. seolah begitu berat leherku untuk berpaling ke lain arah dan engkau tak urung juga untuk pergi. Hingga akhirnya aku medapatkan telepon yang benar-benar membuat remuk redam  suasana batinku.

Saat malam engkau akan dirujuk ke Rumah sakit di Palembang, Aku menemui dirimu untuk yang terakhir kalinya, saat itu  engkau hanyalah terbaring tanpa kata, Hanyalah bola matamu yang terbuka. Aku tahu, banyak hal yang ingin engkau katakan. Tapi dari semua tatapan itu, Aku mengerti apa arti dari tatapanmu. Sebagai orang yang mengenalmu bertahun-tahun tentu aku tahu betul, apa yang ingin kamu sampaikan padaku saat itu, walau aku hanya melihat dari tatapan matamu saja, saat itu yang ingin engkau sampaikan sebenarnya mebuatku kecewa. Karena dari semua tatapan itu mempunyai arti yang sama bagiku, yaitu: 

" Engkau mengkhawatirkan kami setelah engkau tiada nanti." 

 Yaa.. disaat itu,   dimasa kritismu bukanlah dirimu mengkhawatirkan akan kondisi dirimu, tapi engkau mengkahwatirkan kami, engkau mengkahwatirkan bagaimana kelanjutan sekolah kami nanti setelah engkau tiada, engkau mengkahwatirkan bagaimana kami yang mungkin akan mengikuti nasibmu menjadi petani yang malang, engkau mengkahwatirkan kami akan mengalami mimpi buruk yang telah rasakan terlebih dahulu. Tak habis pikirku mengapa engkau begitu mengkahwatirkan kami ketimbang mengkahwatirkan dirimu. Aku menjadi teringat saat engkau mengatakan   sebuah pesan yang membekas di pikiranku, saat itu aku sedang marah padamu tentang sesuatu hal.

"Nanti kamu akan mengerti bagaimana besarnya rasa sayangku pada kalian semua, pada saat  kalian telah memilki anak endiri"

Waktu demi waktu berlalu, Rumah menjadi terlalu tenang tanpamu. Menyaksikan El-clasico tak begitu mengasikan seperti dulu bagi ku, walaupun Madrid  lebih sering menang. Ku yakin  berita ini tak begitu baik bagimu, karena engkau selalu menginginkan Barcelona menang di tiap pertandingan. Bangun tengah malam untuk menonton pertandingan bola tak menarik lagi bagiku. Kebiasaanmu menonton berita di pagi  dan sore hari  masih aku lakukan, malahan aku menjadi orang yang kecanduan ingin tahu perkembangan berita yang berkembang saat ini, ini gara-gara kamu yang selalu mengganti acara kartun favoritku dengan acara berita dan aku terpaksa menyaksikannya. Ternyata Sifat keras kepalaku  yang paling engkau benci dariku  ini dapat berguna juga, Saat aku gagal berkali-kali tes masuk perguruan tinggi dan dengan keras kepala aku tak mau berhenti begitu saja, terus menerus ikut tes hingga lulus di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Nampaknya Aku bisa melanjutkan cita-citamu waktu kecil. Engkau sering bercerita dulu saat engkau kecil, engkau bercita-cita ingin  menjadi  seorang penegak hukum yang memeriksa para menteri, atau para pejabat besar negara yang melakukan kejahatan kemudian mejebloskannya kepenjara. Kini mungkin aku akan melanjutkan mimpi itu,  Doakan saja.

Indonesia dewasa ini tak banyak yang berubah, hanya presiden saja yang berubah. Semuanya masih sama, Negara ini  masih menjadi Negeri yang terjajah oleh kaum yang  berada. Mereka masih tertawa dengan senangnya di atas kesensaraan kaum jelata yang semakin terlupakan dan terpinggirkan.  Aku masih sering ketika sendiri di asrama, Menengok keluar, meratapi langit hingga cukup lama dan mencoba membaca bintang gemintang yang engkau ajarkan walaupun aku masih saja belum mengerti, langit masih terlalu rumit bagiku. dan pada akhirnya ketika semua telah terjadi maka itu akan menjadi takdir Hidup ini, dan kehidupan ini pun masih akan terus berlanjut untuk kami disini.

Sebagai  pesan penutup  dari  albus dumbledorel  di film Harry potter :

"Jangan mengkasihani mereka yang telah tiada tapi kasihanilah mereka yang masih ada yang masih butuh perhatian darimu"

for my litle sister "T.A.G" and my family

...........................................................................................................................................................................

0ts..  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun