Mengajar di desa punya segudangcerita unik namun menjadi tantangan tugas tersendiri. Ya masalah mulai dari tenaga pengajar kurang, sarana belajar tidak memadai, situasi lingkungan murid yang kurang mendukung, gaji pas-pasan, barang mahal,transpotasi sulit dan seabrek masalah lain.
Mengajar di pedalaman harus bias menahan diri untuk tidak marah kalau murid kurang disiplin, malas sekolah dan belum naik kelas sudah keluar untuk menikah. Di lingkungan yang sempit dalam artian segala hal anak cepat dewasa, anak prempuan umur 13 tahun sudah menikah.Seorangibu menggendong anaknya sambilbermain layaknya remaja pada umumnya menjadi pemandangan biasa di sini. Untunglah ada KB kalau tidak mungkin nanti anaknya bisa banyak sekali. Anak yang lahir dari ibu muda inilah yang kemudian menjadi murid saya. Dan sudah bisa dibayangkan sebagian besar dari mereka daya tangkap terhadap pelajaran lemah sekali.
Mungkin bagi orang kota sulit membayangkan bagaimana seorang murid lulus ujian Sekolah Dasar tetapi tidak bisa membaca. Tapi inilah kenyataan yang kami alami di sini selama 20 tahun. Kami tidak ingin menilaitetapi kenyataan bahwa Sekolah Dasar di Pedalaman diantaranya belum maksimal menerapkan system kompetensi dasar untuk tingkat SD. Akibatnya kami disekolah lanjutanpun mengerjakan pekerjaan dobel.Tentu dampaknya bisa dibayangkan ,akhirnya kami juga tidak bisa maksimal dalam menerapkan kempetensi dasar di tingkat SMP.Mudah-mudahan tidak berlanjut ke tingkat SLTA.
Inilah tantangan Kurikulum KTSP dalam praktiknya di sekolah-sekolah semua tingkatan dipedalaman Kalimantan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H