Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jangan Jemu-jemu Berdoa

1 Februari 2025   06:21 Diperbarui: 2 Februari 2025   17:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(PIXABAY.COM/ Tep. Ro)

Lukas 18:1-8 merupakan salah satu perumpamaan yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya tentang pentingnya berdoa dengan tekun. 

Dalam perumpamaan ini, Yesus menceritakan tentang seorang janda yang terus-menerus meminta keadilan kepada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati manusia. 

Meskipun hakim itu awalnya enggan, pada akhirnya ia mengabulkan permintaan janda tersebut karena kegigihannya. 

Yesus kemudian mengajarkan bahwa jika seorang hakim yang tidak adil saja bisa bertindak demikian, terlebih lagi Allah yang adil akan membela umat-Nya yang berseru kepada-Nya siang dan malam.

Baca juga: Indah Kita Berdua

Makna Ketekunan dalam Doa

Perumpamaan ini menekankan bahwa doa bukan sekadar permintaan sesaat, tetapi sebuah proses yang membutuhkan ketekunan. 

Yesus secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan perumpamaan ini adalah agar murid-murid-Nya "berdoa dengan tidak jemu-jemu" (Luk. 18:1). 

Ketekunan dalam doa mencerminkan kepercayaan kepada Allah bahwa Ia mendengar dan akan menjawab sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.

Kontras antara Hakim yang Tidak Adil dan Allah yang Adil

Salah satu elemen utama dalam perumpamaan ini adalah perbedaan karakter antara hakim yang tidak adil dan Allah yang benar. 

Hakim dalam cerita ini digambarkan sebagai sosok yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati manusia (Luk. 18:2). Ia bertindak hanya berdasarkan kepentingannya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun